Bijak dalam Mengelola Limbah Makanan ala Aksata Pangan

Hai Laras! Sebelumnya terima kasih ya sudah mau berbagi tentang kamu bagi para OZIPmates. Boleh diceritakan mengenai sosok Laras dalam kesehariannya seperti apa?

Halo, saat ini kesibukan saya sehari–hari adalah tengah memimpin sebuah foodbank yang berada di Kota Medan, Sumatra Utara bernama Aksata Pangan (Instagram: @aksatapangan). 

Dengan melakukan ini saya merasa seperti ada panggilan jiwa untuk bisa banyak berkontribusi di masyarakat, karena sejak 2012 saya mulai aktif di kegiatan volunteer dan bergerak melakukan perubahan sosial. Sejak berkecimpung di bidang sosial, saya merasa mengapa tidak membuat “sesuatu” dari pengalaman–pengalaman tersebut. Akhirnya, saya berinisiatif untuk mencoba membentuk komunitas anak muda bernama Food Truck Sedekah (FTS). Seperti salah satu kutipan yang saya baca dari buku Self Driving oleh Prof. Rhenald Kasali bahwa kita jangan terus menjadi mental passenger tetapi saatnya bergerak mengubah mindset menjadi seorang driver.

Berarti sebelumnya namanya Food Truck Sedekah ya? Apa saja yang kemudian menjadi pemikiran untuk berganti nama?

Benar sekali, awalnya bernama FTS. Karena dulu ketika memulai masih dalam bentuk komunitas dan saya merasa cara kerjanya pun belum terlalu jelas. Lalu kemudian saya belajar dari beberapa kegiatan agar mencapai target yang lebih besar lagi. Ternyata jika ingin lebih besar lagi, ada sistem yang lebih baik bernama foodbank, maka dari situ kita ubah formatnya.  Nah, untuk FTS kita belajar dari kesalahan, termasuk feasibility-nya, alur prosesnya, sistem internal, maupun output-nya yang lebih besar kepada masyarakat.

Bagaimana peran latar pendidikan Laras dalam mendirikan Aksata Pangan? 

Untuk background pendidikan, saya berasal dari bidang kesehatan masyarakat yang mana kami memiliki prinsip bahwa dalam hidup bermasyarakat, masyarakat adalah laboratorium bagi kita. Jadi apa yang kami lakukan adalah membantu sistem distribusi makanan bagi yang membutuhkan,  mememotong akses aman, dan melakukan manajemen agar tidak ada gap terhadap isu kelangkaan makanan maupun di sisi lain surplus bahan makanan dari beberapa produsen baik dari yang terkecil di rumah tangga maupun tingkat industri.

Mengenai Aksata Pangan ini saat ini fokusnya ke bidang apa saja? Siapa sih sebenarnya target market dari kegiatan ini?

Untuk sasaran yang menerima manfaat kegiatan Aksata Pangan adalah mereka yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, lansia, anak–anak, penyandang disabilitas maupun yatim piatu. Sementara untuk para donor adalah mereka yang bergerak di bidang hospitality seperti pengusaha makanan, bakery, dan juga perusahaan yang bergerak di FMCG. Untuk memudahkan proses, kami membagi dalam dua bentuk target nya yaitu penerima bantuan (beneficiaries) dan juga mereka yang memberikan sokongan atau para donor.

Apa hal yang kemudian membuat Aksata Pangan bisa bekerjasama dan banyak dipercaya dengan berbagai macam stakeholder?

Kita memanfaatkan media sosial untuk menceritakan dan mempromosikan apa saja yang telah kami lakukan. Pola komunikasi ini bisa membantu para donor untuk lebih tahu banyak tentang kegiatan kami. Jadi mungkin dari dari berbagai foto maupun video yang ada di media sosial, kami membuat baik stakeholder atau donor maupun masyarakat memiliki kepercayaan pada Aksata Pangan sejauh ini. 

Alhamdulillah kami juga mendapatkan bantuan dana dari YSEALI (Young Southeast Asian Leaders Inititaive) berupa Seeds for the Future Grants. Selain itu, kami juga tengah dalam proses penilaian dari GFN (Global Foodbanking Network) yang ada dalam 50 negara untuk technical assistance dan mendapatkan donor potensial yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Setelah proses penilaian tersebut, kami pun bisa mendapatkan lisensi dan tergabung dalam jejaring GFN.

Lalu selama bulan Ramadhan kemarin ada kegiatan apa saja dari Aksata Pangan?

Selama Ramadhan kemarin kami melakukan sharing food, yaitu kegiatan khusus selama Ramadhan dan telah berlangsung dari tahun-tahun sebelumnya dari puasa pertama. Untuk tahun 2022 ini kami melakukan 2 kali penyaluran dan dalam satu kegiatan penyaluran kami membagikan 600 porsi makan berupa paket lengkap (takjil, minuman dan makanan berat). Pada tahun–tahun sebelumnya sebelum COVID, kami bekerjasama dengan berbagai komunitas dan membuat Fridge Sharing tetapi hal ini kami urungkan agar masyarakat tidak terlau berkerumun selama pandemi.

Untuk kedepannya apa yang Laras dan rekan-rekan di Aksata Pangan harapkan untuk kegiatan kalian?

Kita berharap foodbank bisa jadi solusi terbaik menjadi tempat yang aktif dalam menyalurkan makanan khusus dari perusahaan-perusahaan. Semoga nantinya pemerintah juga bisa memberikan support dalam isu yang berkaitan dengan SDGS ini. Kami ingin terus bergerak agar nantinya ada shelter–shelter kecil dari tahap terkecil seperti di kelurahan bagi mereka yang membutuhkan.

Terima kasih ya Laras untuk ceritanya. Apakah ada saran–saran untuk para OZIPmates?

Saran saya adalah habiskan makanan yang ada di piring, jangan malu untuk dibungkus, dan kalau bisa disimpan dalam lemari es, serta membuat shopping list agar lebih bijak dalam mengelola makanan. Dan intinya kita bisa memulai dari diri sendiri.

Narasumber: Siti Suci Larasati

Teks dan foto: Destari Puspa Pertiwi