Memaknai Pancasila di Masa Pandemi

Sudah lebih dari setahun pandemi terjadi dan mengubah tatanan kehidupan dari berbagai aspek, seperti kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya. Adaptasi masyarakat dengan kenormalan baru (new normal) menciptakan perubahan yang signifikan sebagai bentuk aktualisasi recovery dampak pandemi terutama dalam proses untuk membangkitkan kembali sektor-sektor yang sempat lumpuh. Masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda kini tengah berbenah dengan aktifnya berbagai social project demi mewujudkan cita-cita bersama, yaitu kesejahteraan bangsa. Semangat kemanusiaan yang muncul secara kolektif ini merupakan penerapan nilai-nilai Pancasila yang penuh makna di masa pandemi.

Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni ini menjadi momentum untuk mempertegas lagi relevansi Pancasila yang diaktualisasikan dengan implementasi nilai-nilai luhurnya. Seperti hal yang memotivasi Reyhan Syafril, alumni program Masters of International Hospitality Management di Blue Mountains International Hotel Management School di Sydney. 

Sambil menjalankan bisnisnya, ia berinisatif melakukan beberapa social project yang berusaha untuk meminimalisir krisis dan menawarkan solusi bagi masyarakat yang terdampak pandemi di lingkungannya. Meskipun masih dalam lingkup yang kecil, program dan kegiatan yang diinisiasi Reyhan cukup impactful.

Dampak pandemi begitu signifikan terhadap industri pariwisata, khususnya para pemandu wisata. Di tengah pembatasan COVID, permintaan untuk bepergian dialihkan dengan mengoptimalkan online platform dalam melaksanakan tur. Oleh karena itu, Vacaypals memfasilitasi tur virtual untuk mengobati kerinduan berwisata. Tur virtual ini juga menunjukkan bahwa apa pun yang terjadi sekarang, para pelaku pariwisata akan tetap berkomitmen membuktikan bahwa pariwisata masih hidup.

Vacaypals mengadakan tur virtual sekali seminggu mengunjungi destinasi populer dan menawarkan pengalaman istimewa. Vacaypals menargetkan wisatawan online yang mencari wawasan lokal dalam perjalanan mereka untuk mengikuti charity virtual tour yang dibayar secara sukarela. Pendapatan yang diterima akan disumbangkan untuk membantu para pemandu wisata yang menganggur selama masa hiatus. Saat ini, Reyhan dan tim Vacaypals sedang melatih keterampilan para tour guide di lapangan untuk beralih menjadi pemandu wisata online agar mendukung ketahanan mereka di tengah situasi yang sedang berubah.

Selain sektor pariwisata, Reyhan juga menginisiasi kegiatan donasi #BerbagiSalero melalui bisnis kuliner yang dikelolanya, Rumah Salero. Dengan menjadi pelanggan,  setiap pesanan di Rumah Salero menjadi peluang untuk kita berbagi seikhlasnya. Setiap Sabtu, tim Rumah Salero menyiapkan ricebowl rendang dan dibagi ke panti-panti asuhan dan dhuafa di kota Depok. Sebagai bentuk keadilan sosial dan kepedulian pada sesama, program ini memberikan kesempatan bagi anak yatim piatu, terutama yang masih di usia sekolah, untuk bisa merasakan makan enak.

Dampak pandemi juga dialami oleh anak-anak yang tengah menempuh pendidikan. Oleh karena itu, dunia pendidikan pun tak luput dari perhatian Reyhan, sehingga ia tergerak untuk membuka Kelas Dongeng berbahasa asing bernama Lingua Habit Course. Lingua menyelenggarakan sesi belajar bahasa asing (Inggris, Korea, Jepang, dan Mandarin) lewat aktivitas berdongeng supaya belajarnya lebih fun dan membentuk kebiasaan mendongeng. 

Dengan konsep #BisakarenaBiasa, Lingua berpedoman bahwa belajar bahasa asing jangan dihafal, tapi dibiasakan supaya jadi habit dan dinikmati agar terbiasa. Lingua juga terbuka untuk kolaborasi berupa ide aktivitas lain yang memungkinkan dilakukan secara online dan gratis.

“Walaupun semua suffering dengan situasi sekarang, tapi tak sebanding dengan challenge hidup para yatim piatu. Saya ingin membuka kelas bahasa asing untuk mereka juga, tapi masih terkendala protokol kesehatan sedangkan kelas online sulit realisasinya karena mereka tidak punya device untuk belajar,” papar Reyhan.

Melalui tiga platform yang di-manage oleh Reyhan tersebut, ia berusaha meyakinkan masyarakat bahwa melakukan kegiatan sosial merupakan contoh sederhana aktualisasi nilai-nilai Pancasila di masa pandemi. Reyhan mengatakan, “Pandemi COVID-19 paling banyak bebannya pada lapangan kerja, jadi solusinya tidak hanya konsumtif tetapi juga harus produktif.” Selain kegiatan donasi, usaha yang dikelola Reyhan juga terfokus pada pemberdayaan warga lokal dengan meningkatkan lifeskill

“Karena situasi slowing economy, tenaga yang tersisa dapat dikerahkan pada hal yang bisa dikerjakan,” tambah Reyhan dengan optimis.

Memaknai ideologi Pancasila akan lebih terasa hikmahnya apabila kita berkomitmen untuk terlibat dalam proses mewujudkan keadilan serta kesejahteraan publik. Sudah sejauh apakah peran diri kita sendiri dalam mengutamakan kepentingan umum? Untuk memberikan dampak positif bagi orang lain tidak harus menunggu jadi kaya dan berkuasa, cukup berkontribusi sesuai kapasitas diri sendiri. Dengan demikian, kita berharap agar Pancasila sebagai nafas filosofis kehidupan semakin membumi dan menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia dengan keanekaragaman budayanya. 

Teks: Evelynd 

Foto: Berbagai sumber