Apa Kata Mereka tentang OZIP?

OZIP tak akan bisa mencapai 100 edisi tanpa dukungan pembaca. Kehadiran pembacalah yang menjadi bahan bakar bagi OZIP untuk terus memberikan informasi yang bermanfaat di setiap edisinya. Nah, lalu, apa sih pendapat pembaca tentang OZIP?

Luqman Yanuar Rachman (Mahasiswa Master of Public Health, University of Melbourne)

Saya pertama kali mengenal OZIP bulan Juli 2016, waktu itu saya baru saja tiba di Melbourne. Bagi saya, konten majalah OZIP menarik dan bervariasi, mulai dari iklan-iklan, informasi umum, jadwal acara yang akan datang, review kegiatan komunitas Indonesia di Melbourne, sampai ada teka-teki silang juga. Sangat bermanfaat untuk komunitas Indonesia yang ada di Melbourne. Ke depannya, bisa ditambahkan ulasan kegiatan pelajar Indonesia di berbagai universitas di Melbourne, perbanyak juga iklan restoran atau makanan Indonesia di sini. Bahkan OZIP bisa juga memberikan satu kolom khusus yang memuat tulisan pembaca, semacam citizen atau reader journalism.

 

 

 

Estelle Fraser (Mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia, University of Melbourne)

Saya sudah mengenal majalah OZIP ketika saya masih duduk di kelas 12, itu sekitar tahun 2014. Saya selalu menikmati membaca majalah OZIP karena menurut saya majalah ini selalu menginformasikan, menginspirasi, dan menghibur para pembacanya. OZIP edisi favorit saya adalah edisi Desember 2017, karena itu pertama kalinya saya ditampilkan dalam edisi itu, yang berjudul Indonesianist. Saya berharap agar OZIP bisa dibaca oleh lebih banyak orang sehingga mereka bisa lebih menghargai budaya dan Bahasa Indonesia.

 

 

 

 

 

Yapit Japoetra (Direktur YNJ Migration Consultant)

Saya sudah mengenal majalah OZIP selama lebih dari satu decade, tepatnya sejak tahun 2004. Waktu itu OZIP adlaah the first Indonesian student magazine in Melbourne. Kontennya menarik dan cukup dekat dengan selera pembaca. Saya berharap ke depannya OZIP semakin maju dan semakin proaktif membangun jejaring dengan komunitas Indonesia di Australia.

 

 

 

 

 

 

Diana Nur Fathimah (Mahasiswa Master of education di Monash University)

Saya pertama kali membaca majalah OZIP di tahun 2017. Edisi favorit saya adalah edisi September 2017 saat OZIP meliput kegiatan Pasukan Pengibar Bendera di upacara Hari Kemerdekaan RI. Buat saya konten OZIP sudah cukup bagus dan up-to-date, namun memang informasi yang spesifik seperti musik dan olahraga tidak tersedia di majalah ini. Ke depannya, konten OZIP mungkin bisa dibuat lebih variative lagi. Perbanyak juga menampilkan profil orang Indoensia di Australia agar pembaca bisa merasa lebih mengenal orang atau komunitas Indonesia lainnya melalui OZIP.

 

 

 

 

Nuim Mahmud Khaiyath (Mantan jurnalis/broadcaster BBC London/Radio Australia/ABC Melbourne)

Saya mengenal OZIP sejak majalah ini terbit pertama kali. Dulu OZIP masih dikelola oleh sebuah toko penjual bahan makanan impor dari Indonesia yang letaknya di Springvale. Saya juga diajak untuk ikut menyumbang tulisan di setiap edisi OZIP. Sepengamatan saya, OZIP sering menonjolkan kepariwisataan Indonesia. Hal ini tentu bagus, tapi bisa ditingkatkan lagi dengan tulisan-tulisan yang dapat memperluas wawasan pembaca, misalnya isu-isu terbaru di Australia dan Indonesia. Bisa juga dengan memperbanyak tulisan berbahasa Inggris terutama pada tulisan-tulisan yang bicara tentang Indonesia.

Teks: Nudia Imarotul Husna

Foto: Dok. istimewa