The Forum 2023 – Diskusi Inovasi SDM Negeri

Acara talkshow The Forum milik PPIA University of Melbourne kembali diselenggarakan secara luring di Union Theatre University of Melbourne kampus Parkville pada hari Kamis (30/03/2023). Untuk penyelenggaraan kali ini, The Forum mengundang Staf Khusus Presiden RI Billy Mambrasar, CEO Bukalapak Willix Halim, dan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmojo. Adapun acara dimoderasi oleh Hirzi Putra Laksana yang merupakan pemimpin redaksi What is Up, Indonesia? 

Tema yang diangkat pada acara bersifat gratis tersebut adalah “Unlocking Indonesia’s Innovative Potential and Human Capital Development”. Menurut Alfian Eugenius Tendean selaku Project Manager The Forum, tema tahun ini erat hubungannya dengan kesenjangan ekonomi di Indonesia. 

“Gimana kalau kita sekarang lihat dari Indonesia, masih ada inequality in terms of economy, in terms of human resource, dan di situ yang kita mau bangun, yang kita mau kasih kesadaran buat masyarakat Indonesia, khususnya yang di Melbourne,” jelas Alfian. 

Panitia The Forum juga menekankan tiga perspektif berbeda yang ditawarkan oleh ketiga pembicara: Billy dari sudut pandang presiden RI sebagai staf khusus, Willix dari sudut pandang korporat-bisnis, dan Kartika dari sudut pandang badan usaha milik pemerintah. 

Adapun Billy juga diundang untuk menggarisbawahi pemerataan di daerah pedalaman Indonesia. “That’s why kita undang Billy Mambrasar, dimana dia Staf Khusus Presiden, tapi dia fokus untuk memberikan pemerataan khususnya di Papua, sehingga ini bisa memberikan wawasan buat masyarakat Indonesia di Melbourne kalau Indonesia bukan cuma di Jawa,” pungkas Alfian. 

Selain itu, keberadaan Willix sebagai CEO Bukalapak dan Kartika sebagai Wakil Menteri BUMN diharapkan dapat mempertegas tema inovasi dalam The Forum. “Willix Halim sebagai seorang CEO dan business owner, jadi ke sisi korporat dan bisnis, dan pak Kartika dari segi Wakil Menteri BUMN memang dari sektor pemerintahan yang tidak hanya membahas bisnis tapi untuk badan usaha dari negara,” jelas Bryan Nathanael selaku Presiden PPIA Unimelb. Bryan juga menambahkan, “Dari ketiga pembicara, kami berharap mereka semua saling melengkapi dan membawa perspektif baru ke dalam topik kami.”

Salah satu pertanyaan besar yang disuguhkan ke para pembicara adalah faktor yang menjadi hambatan perkembangan inovasi dan sumber daya manusia di Indonesia. Solusi yang ditawarkan oleh masing-masing pembicara juga beragam: Billy menyarankan penyediaan knowledge workers atau tenaga kerja terpelajar; Willix memaparkan kebijakan Bukalapak dalam memperkerjakan pekerja ekspatriat guna menginisiasi pertukaran ilmu; serta Kartika yang menjelaskan peran industri mendukung penelitian yang bisa memajukan negara. 

Pendanaan, infrastruktur, dan ekosistem bisnis yang belum optimal juga menjadi perhatian Kartika dalam kurangnya inovasi sumber daya manusia di Indonesia. Ia juga menyebutkan fenomena jarak antara dunia kerja dan dunia pendidikan di Indonesia yang masih terbilang cukup jauh. “Berbeda dengan di negara maju, dimana gap antara pendidikan dan kerja sudah sangat tight.” Menurut Kartika, sistem pendidikan di Indonesia juga kurang memberikan perhatian terhadap perkembangan otak kanan. Mantan CEO Bank Mandiri tersebut juga menyebutkan pentingnya membangun kemampuan kepemimpinan di generasi muda Indonesia. 

Tidak hanya itu, pendidikan di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dari segi pemerataan, begitu ungkap Billy. Lulusan Australian National University tersebut mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih terputus satu dengan yang lain, dimana hanya terdapat 14,000 SMA dari 17,000 pulau di Indonesia. Ia juga menyebutkan sebanyak 66% anak Indonesia hanya bisa sekolah sampai tingkat SMP. Meskipun demikian, dana alokasi pendidikan APBN yang mencapai Rp 542 triliun pada tahun 2022 tidak bisa menyelesaikan segalanya, karena 70% APBN pendidikan masuk ke masing-masing pemerintah daerah (pemda). “Pertanyaannya, siapa yang menjaga akuntabilitas pemda?” tanya Billy. 

Oleh karena itu, ketiga pembicara berpesan kepada peserta acara yang mayoritas merupakan mahasiswa Indonesia untuk kembali ke tanah air. “Kita punya privilege untuk bisa sekolah dan kita punya tanggung jawab yang besar,” kata Billy. Menggunakan data statistik 9 dari 10 anak Indonesia yang tidak bisa mencapai jenjang S1, Billy mengajak para mahasiswa untuk berkontribusi terhadap Indonesia. “Kontribusi diawali dari rasa tanggung jawab terhadap negeri.” 

Pernyataan senada juga diucapkan oleh Willix yang secara tidak langsung mengajak para peserta untuk kembali dengan menyiratkan iklim bisnis Indonesia yang lebih bersahabat dibandingkan Australia. “Mari bekerja untuk memajukan perekonomian Indonesia, karena financial reward lebih baik di Indonesia,” ajaknya. 

Pesan untuk kembali berkontribusi terhadap negeri terus disampaikan oleh The Forum, yang juga terdiri dari presentasi Senior Vice President Human Capital Strategy Bank Mandiri, Steven Yudiyantho, yang mengajak para peserta untuk berkerja di BUMN. Hal ini senada dengan visi The Forum yang mengedepankan kontribusi balik untuk Indonesia. 

“Kita ingin memberikan yang terbaik untuk masyarakat Indonesia di Melbourne supaya bisa berkontribusi untuk negeri lewat panel discussion nanti,” tegas Alfian. 

Teks: Jason Ngagianto 

Foto: The Forum