Apa yang ada dalam pikiran kalian saat kita berbicara tentang pahlawan? Sebagian besar dari kita pasti teringat dengan gambar para tokoh yang kita kenal dalam buku-buku sejarah. Kisah-kisahnya yang kerap berbau perjuangan di jaman kolonialisme selalu menjadi koleksi memori yang tak akan pernah mengikis. Cerita perjuangannya selalu bangkit dan dikenang setiap tahunnya. Itulah potret pahlawan kita, pahlawan Indonesia.
Namun, seiring berjalannya waktu, arti kata “pahlawan” kini berkembang. Ia tak lagi hanya diasosiasikan dengan perjuangan dalam peperangan di jaman kolonialisme. Namun, nilai-nilai perjuangan kepahlawanan dapat tecermin dari seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti apakah makna kepahlawanan bagi beberapa orang dan siapa pahlawan dalam hidup mereka?
Bagi Rachmat Satria Teguh Putra, mahasiswa Deakin University, kepahlawanan tak hanya dapat diidentikkan dengan perjuangan bersenjata. Namun, ia juga dapat diasosiasikan dengan sifat atau perbuatan seseorang yang penuh manfaat bagi orang lainnya. “Perbuatan yang dapat memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekitarnya,” tuturnya.
Ketika ditanya siapa pahlawan dalam hidupnya, Satria menjawab bahwa orang tua di rumahlah yang menjadi pahlawan dalam hidupnya. Sosok yang selalu berada di dekatnya sejauh apapun jarak terbentang. Dua orang yang selalu memberi semangat padanya kala ia terjatuh serta merengkuh jiwanya kala ia lelah. “Orang tua saya selama ini selalu mendukung setiap rencana saya ke depan. Tak hanya mendengarkan ketika saya bercerita namun juga memberi solusi atas segala permasalahan dalam hidup saya”, kata Satria.
Sementara itu, Diana Pratiwi warga Indonesia yang kini tengah bermukim di Australia dalam tempo waktu cukup lama merasa bahwa dalam kehidupan sekarang ini, tantangan yang kita hadapi berbeda dengan masa kolonialisme. Ia tak lagi berbentuk peperangan saling beradu senjata melainkan kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan hidup, dan budaya korupsi yang harus sama-sama kita perangi. Setiap orang dapat mengambil perannya masing-masing dalam memerangi kemiskinan, dan menegakkan keadilan bagi sesama warga negara. Kita semua dapat menjadi pahlawan yang sesuai dengan bidang dan kapasitas kita, “berbuat sesuatu yang bermanfaat,” tukasnya. Sudah saatnya pula kita harus bersama-sama berjuang untuk mempersatukan bangsa dan menjaga perdamaian.
Menurut Diana, orang tuanyalah yang telah berperan menjadi sosok pahlawan dalam hidupnya. Ibunyalah yang telah menanamkan jiwa tangguh dan mandiri sejak kecil, yang telah memberikan dukungan atas cita-citanya yang diraihnya sekarang, yang telah mengingatkannya untuk selalu menjadi wanita yang bertanggung jawab atas keluarga, studi, dan pekerjaannya. Tidak hanya seorang ibu, ayah juga memiliki peran penting dalam hidupnya untuk senantiasa memberikan inspirasi untuk terus berusaha dan bersikap optimis. “Ayah dan ibu juga yang selalu menanamkan sikap kepada saya untuk selalu memberi kesempatan orang lain untuk berkembang sesuai dengan potensinya,” kata Diana.
Lain pula dengan Owen Wibowo, mahasiswa University of Melbourne yang memandang kepahlawanan sebagai bentuk sikap rela berkorban, memiliki prinsip, dan berani dalam bersikap positif. Ia mengaku bahwa Ayahlah sosok pahlawan dalam hidupnya yang senantiasa memberikan contoh nyata lewat tindakan yang positif. Sang Ayah selalu mengajarkan Owen untuk selalu memiliki prinsip hidup dan keyakinan serta memprioritaskan keluarga di atas dirinya sendiri. Hal itulah yang menginspirasi diri Owen dan membentuknya menjadi pribadi yang semakin baik setiap harinya.
Teks dan foto: Nudia Imarotul Husna