No Time to Die, Simpul Kisah Agen 007

James Bond sang agen rahasia MI6 kode 007 kembali beraksi dalam film No Time to Die, rilis di Australia awal November 2021. Film ini merupakan film terakhir aktor Daniel Craig memerankan mata-mata asal Inggris tersebut, dan berkat penampilan apik dari semua anggota cast dibalut dengan cerita berkesan dan suguhan aksi yang seru, No Time to Die menjadi film Bond wajib tonton yang menutup saga Daniel Craig dengan ciamik. 

Alur cerita No Time to Die awalnya mengajak penonton mengintip Bond yang sudah pensiun menyusul akhir kisah film sebelumnya, Spectre. Namun, Bond ditemui oleh sahabatnya di CIA, Felix Leiter (Jeffrey Wright), yang memintanya menyelidiki pencurian sebuah virus buatan milik MI6. 

Penyelidikan Bond membawanya ke banyak penemuan baru: posisinya di MI6 sebagai agen 007 sudah digantikan oleh seorang agen bernama Nomi (Lashana Lynch), kekasihnya Dr. Madeleine Swann (Lea Seydoux) yang menyimpan rahasia dari dirinya, dan skema jahat seorang teroris bernama Lyutsifer Safin (Rami Malek). 

Bila menyaksikan No Time to Die, OZIPmates dapat dengan mudah menangkap bahwa film Bond yang satu ini berbeda dengan film Bond yang biasanya; alur cerita No Time to Die memiliki fokus lebih besar terhadap drama, terutama drama seputar kehidupan Bond dengan Dr. Swann, saudara tirinya Ernst Stavro Blofeld (Christoph Waltz), dan Felix Leiter. Meskipun begitu, film Bond ini juga sering melempar lelucon unik ala Bond ke penonton, yang hebatnya tidak merusak keseriusan cerita. 

Oleh karena itu, semua tokoh dalam film memilki adegan dramatis, termasuk Bond sendiri. Betul, Bond dalam film ini kerap bertingkah “beda” dengan Bond biasanya dalam artian ia sering terlihat marah, sedih, terpukul, dan senang, jauh melebihi ekspresi biasanya. Semua emosi Bond tadi tentunya dibawakan dengan sangat baik oleh Daniel Craig yang didukung oleh penampilan apik semua aktor, terutama Lea Seydoux, Jeffrey Wright, dan Rami Malek. 

Cerita emosional No Time to Die dibalut dengan adegan aksi yang tidak hanya seru, tapi disajikan dengan apik berkat sinematografi tajam dan editing yang rapi. 

Meskipun begitu, No Time to Die bukan film sempurna. Terlepas dari penampilan Rami Malek, penulisan karakter Safin tidak terlalu menarik dan tidak menambah bobot ke dalam cerita No Time to Die, jauh dari jajaran Bond villains istimewa seperti Raoul Silva dalam film Skyfall. Adegan akhir atau ending film ini juga bisa meninggalkan kesan tidak enak dalam benak penonton. 

Kesimpulannya, No Time to Die sebagai sebuah film James Bond merupakan sebuah tontonan yang apik baik untuk penggemar Bond maupun penggemar film biasa, terlepas dari kekurangan dari segi penulisan antagonis dan akhir cerita. Kini dengan berakhirnya kisah Daniel Craig sebagai agen 007, muncullah satu pertanyaan: siapa pemeran James Bond yang selanjutnya?

Teks: Jason Ngagianto 

Foto: IMdB