Mengenal Sejarah Doodle Day

Jika kita berbicara mengenai Doodle Day pasti yang terbayang adalah tentang bagaimana kita bisa menuangkan berbagai ide di kepala kita dan mepaskan jiwa seniman yang ada pada kertas sketsa. Bahkan ide bisa datang di saat-saat tidak terduga seperti semua sketsa tak berguna yang kita buat saat menelepon, saat sedang dalam perjalanan atau dalam rapat yang membosankan. Tetapi, Doodle Day tenyata memiliki hubungan dengan sebuah penyakit yang menyerang gangguan saraf yang dikenal dengan nama epilepsi. Wah kok bisa? Berdasarkan penjelasan dari situs Alodokter, penyakit epilepsi atau yang juga dikenal dengan ayan adalah sebuah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran.

Gangguan pada pola aktivitas listrik otak saraf dapat terjadi karena beberapa hal. Baik karena kelainan pada jaringan otak, ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak, ataupun kombinasi dari beberapa faktor penyebab tersebut. Epilepsi bisa terjadi pada semua usia, baik wanita atau pria. Namun, umumnya epilepsi bermula pada usia anak-anak, atau malah mulai pada saat usia lebih dari 60 tahun. Epilepsi merupakan penyakit saraf yang paling banyak terjadi. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018, sekitar 50 juta penduduk di dunia mengalami gangguan ini.

Perayaan Doodle Day yang dimulai pada 2004 kemudian menjadi sebuah acara peringatan sedunia dimana bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan dana bagi penelitian dan dukungan bagi penyandang epilepsi. Slogan dari Doodle Day adalah “Menggambar garis melalui epilepsi”. Sehingga dengan mengikuti kampanye ini, para peserta dapat mengambil bagian dengan mengirimkan doodle mereka bersamaan dengan memberi sebuah dana sumbangan. Lalu nantinya, tim Doodle Day akan menilai orat-oret yang telah dikirimkan dan memberikan hadiah penghargaan yang sesuai. Menurut sebuah organisasi Doodle Day di Inggris, hal ini adalah kesempatan bagi siapa saja untuk bisa membawa pulang karya seni yang benar-benar unik dari seorang selebriti terkenal. Sambil juga membantu memastikan setiap orang yang terkena epilepsi memiliki akses dan mendapat dukungan bantuan bagi mereka yang membutuhkan.

Teks: Destari Puspa Pertiwi

Foto: Berbagai sumber