Pada momen Hari Anak Nasional yang diperingati pada tanggal 23 Juli setiap tahunnya, masyarakat kembali diingatkan tentang pentingnya memberi kebebasan pada anak. Namun, tak kalah penting, yaitu bersikap toleran. Gagasan menarik ini dikemukakan oleh Ria Oktorina, seorang ibu yang peduli terhadap isu keluarga dan tumbuh kembang anak. Ria aktif mengisi forum edukasi, motivasi dan konsultasi untuk para ibu. Ria juga alumni program pertukaran pelajar Muslim Australia – Indonesia (AIMEP) tahun 2019. Mari simak hasil wawancara OZIP bersama Ria berikut!
Menurut Ria, bagaimana caranya memulai edukasi tentang toleransi pada anak?
Caranya dengan mengajarkan anak mengenali dirinya sendiri terlebih dahulu, memahami emosinya, budaya, latar belakang keluarganya dan lingkungannya. Untuk mudah menerima perbedaan, anak perlu memiliki kepercayaan diri. Agar menjadi percaya diri, anak perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan dirinya.
Apakah ada teknik khusus dalam mengajarkan toleransi pada anak?
Belajar tentang toleransi dan keberagaman bisa dengan banyak cara, misalnya dengan media permainan, buku, film dan lainnya. Orangtua dapat memilih bacaan, program televisi, dan permainan yang mempunyai nilai–nilai seperti menghargai keunikan orang lain. Penting juga bagi orangtua untuk mengkurasi medianya dan menyiapkan topik diskusi yang sesuai untuk membentuk sikap anak.
Kalau anak-anak bosan dengan permainan dan media seperti itu, bagaimana ya?
Anak-anak bisa diajak untuk berinteraksi dengan kegiatan di luar rumah, travelling ke tempat baru, dan ketemu teman yang beragam. Namun, karena situasi pandemi saat ini, anak bisa diikutsertakan pada kelas online bersama anak-anak lain dari berbagai daerah asal dan bahasa serta budaya yang berbeda.
Hal apa yang paling penting dalam proses mengajarkan toleransi pada anak ini?
Peran orangtua untuk memberikan contoh dan menjadi teladan sangatlah penting. Anak-anak akan meniru apa yang mereka lihat dalam keseharian, terutama dari orangtuanya. Jadi, dengan menunjukkan sikap toleran dan sabar, anak juga akan mencontoh sikap orangtua dalam merespon suatu kejadian.
Teks dan foto: Evelynd