Detalks 2022 Day 1 – Hadapi Isu Sosial Modern

Detalks yang merupakan acara talkshow daring persembahan PPIA RMIT kembali untuk yang ketiga kalinya pada tanggal 20 & 21 Mei 2022. Setelah membahas topik passion pada tahun lalu bersama nama besar dunia hiburan Indonesia seperti Ge Pamungkas dan Cinta Laura, Detalks kali ini mengangkat topik yang lebih serius, yaitu isu sosial dan mental. 

Dalam segmen talkshow pertama yang diadakan hari Jumat (20/05/2022), Detalks membahas isu sosial bersama tiga sosok entertainment Indonesia: aktor Dimas Beck mengangkat isu Asian hate, model Ian Hugen membahas masalah ketidaksetaraan gender, dan aktris Raline Shah mendiskusikan isu social media conduct. Dipandu oleh host Dhika Muslich, setiap pembicara juga mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan peserta talkshow

Sebagai pembicara pembuka, Dimas Beck mengemukakan pentingnya peran komunikasi dalam melawan bukan hanya Asian hate, tapi juga terhadap rasisme secara keseluruhan. Menurut aktor kelahiran Jakarta ini, orang yang memiliki pandangan rasis datang dari keluarga yang memiliki sifat rasis juga, diturunkan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pendidikan toleransi dari lingkungan sekitar sang anak seperti keluarga dan sekolah.

In today’s age, communication is very important,” ujar aktor keturunan Jawa dan Australia tersebut. “How can you hate something that you don’t know? Kalau masih ada Asian hate harus dihadepin dengan berani juga, semua bentuk bullying harus berani dilawan.” 

Ian Hugen

Sementara itu, Ian Hugen mendefinisikan ketidaksetaraan gender sebagai keadaan “ketika orang menilai berdasarkan gender, bukan dari value sebagai manusia atau value cara berpikir”. Menurut model transpuan asal Makassar tersebut, kualitas seseorang berasal dari pikiran dan etika kerja mereka, bukan dari jenis kelamin. 

“Never let anyone tell you not to do anything just because you’re a woman or a man,” ujarnya. 

Ian menganggap bahwa ketidaksetaraan gender merupakan masalah yang diturunkan dari generasi pendahulunya. Oleh karena itu, ia berharap generasi kini bisa belajar dari generasi sebelumnya dan memperbaiki ketidaksetaraan gender. “Biarlah ini berhenti di generasi kita dan jangan diteruskan ke orang yang lahir setelah kita,” pesannya. 

Raline Shah

Terakhir adalah aktris Raline Shah yang membahas etika menggunakan media sosial atau social media conduct. Raline menganggap bahwa sosial media berfungsi sebagai ‘pengeras’ sifat dari penggunanya. Sifat yang baik menjadi semakin terlihat, dan begitupun juga sifat yang buruk.  

Tidak hanya itu, media sosial dianggapnya membuat orang rentan terhadap sifat rapuh dan insecure. “Ada saja orang yang lebih baik, lebih cantik, dan itu ditampilkan di muka kita setiap hari,” katanya. 

Solusi yang ditawarkan Raline terhadap masalah etika dalam interaksi media sosial adalah meningkatkan kesadaran diri, terutama terhadap kenyataan bahwa semua orang memiliki masalah tersendiri. 

Always be conscious of yourself, misconduct is just another form of ignorance,” pesannya. 

Teks dan foto: Jason Ngagianto