Pementasan teater Dear Sun, Love Joy oleh Victoria Winata berlangsung pada tanggal 31 Agustus hingga 2 September 2023 di La Mama Theatre Carlton. Victoria selaku penulis dan sutradara pementasan mengaku pertunjukan ini merupakan buah ketertarikannya dengan pelukis Joy Hester dan kisahnya dengan Heide Circle, sebuah kelompok seniman dan intelektual di Australia.
“Kisah Joy dan cerita lingkaran Heide mendorong aku untuk mencintai Australia, dan untuk menerima cintaku untuknya,” cerita Victoria, Kamis (7/9/23).
Pertunjukan ini juga menjadi cara Victoria menunjukkan perjuangan batinnya dalam mengakui dua identitas budaya yang melekat pada dirinya. Victoria merupakan warga negara Indonesia yang pindah ke Australia sejak usia 14 tahun. Ia merasa memiliki hubungan yang rumit namun istimewa dengan Indonesia.
“Dulu aku ragu untuk mengakuinya (kecintaan terhadap Australia) karena aku merasa jika aku melakukannya aku akan mengkhianati Indonesia,” jelas Victoria. “Ini adalah tentang biculturalism. Ini tentang bagaimana aku bisa merasakan cinta dan menerima tempatku di Australia tanpa merasa mengkhianati Indonesia.”
Victoria mencoba untuk menyatukan kecintaannya pada kedua budaya ini dengan menyertakan elemen-elemen budaya Indonesia di dalam pementasan. Dari wayang kulit, tarian tradisional Jawa, tari karonsih, hingga musik gamelan—semuanya dipresentasikan untuk menambah kedalaman emosional dan estetika drama.
“Di dalam pementasan, kami mempunyai dua layar terbuat dari kertas, dan beberapa adegan dalam dramanya berlangsung di balik layar-layar itu, seperti pertunjukkan wayang,” kata Victoria.
Ini adalah kali kedua pementasan Dear Sun, Love Joy. Tahun lalu, pertunjukan ini juga telah sempat ditampilkan. “Ketika aku memenangkan posisi di dalam program La Mama Explorations, aku mulai merapikan naskah dan mengembangkannya lebih jauh,” jelasnya.
Victoria mengakui adanya hambatan dalam proses persiapan. Salah satunya adalah mengganti sejumlah pemeran tiga minggu sebelum pementasan, termasuk tokoh Joy Hester dan Sunday Reed.
“Syukurlah, kami mendapatkan Jessica Tran dan Fahira Syifa, dua pemain yang hebat dan sangat berdedikasi,” cerita Victoria.
Atas beragam kondisi tersebut, Victoria mengaku sempat ragu untuk melanjutkan pementasan ini. Namun, ia tak patah semangat dan kembali fokus hingga akhirnya pertunjukan bisa terwujud. Tak ragu, Victoria mengaku puas dengan pementasan tersebut.
“Aku telah menuangkan banyak energi dan waktu ke dalam proyek ini, tapi aku tidak merasa kehilangan apa pun. Aku tahu aku akan terus bekerjasama dengan teman-teman yang saya temui lewat pementasan ini, dan akan terus menciptakan karya-karya baru,” tutup Victoria.
Teks dan foto: Rivi Satrianegara