Dari Melbourne Festival: Karya Seni Ayoung Kim yang Terinspirasi dari Banjir

Ayoung kim adalah seniman asal Korea Selatan yang tinggal di Paris dan menjadi artist-in-residence untuk laboratorium riset kreatif bernama Palais de Tokyo Pavillon Neuflize OBC. Karya seni buatannya menggabungkan unsur suara, instalasi, film, dan teater.

Tahun ini, Ayoung mendapat kehormatan untuk menampilkan karyanya di Melbourne Festival. Seniman yang menempuh studi jurusan fine arts and photography di London ini menampilkan dua karya, yakni In This Vessel We Shall Be Kept di Collingwood Arts Precinct dan Porosity Valley, Portable Holes di Mueller Hall, Royal Botanic Gardens.

In This Vessel We Shall Be Kept terinspirasi dari kisah banjir besar di buku-buku keagamaan, misalnya cerita Nabi Nuh. Cerita-cerita ini kemudian dihubungkan dengan kejadian di masa sekarang, seperti peristiwa tenggelamnya kapal ferry Sewol di Korea Selatan tahun 2014. Ayoung juga terinspirasi dari gedung Palais Garnier Opera di Paris yang memiliki danau di bawah tanah untuk mencegah banjir. Danau bawah tanah ini juga diceritakan dalam kisah legendaris The Phantom of Opera.

Dua karya seni dalam In This Vessel We Shall Be Kept adalah mural bergambar tokoh-tokoh dari The Great Flood, Al Quran, dan Alkitab yang dinamakan Grand Deuil (Deep Mourning) dan 6-channel Sound Installation yang menampilkan rekaman paduan suara yang liriknya diambil dari kitab Perjanjian Lama dan Epic of Gilgamesh. Rekaman ini adalah hasil kolaborasi dengan komposer musik Hyun-Hwa Cho.

“Salah satu alasan saya menjadi seniman adalah untuk memberikan pandangan atas apa yang terjadi di dunia lewat seni, terutama untuk masalah-masalah politik dan sosial. Saya harap karya seni yang saya ciptakan bisa mengubah dunia.” katanya. Selain memamerkan karya seninya, Ayoung juga diundang menjadi pembicara dalam acara Artist Talk di Mueller Hall dan memberikan kuliah umum di State Library of Victoria.

Tahun ini Melbourne Festival berlangsung pada 4-22 Oktober 2017 dan menampilkan berbagai karya seni seperti tari, teater, musik, sirkus, visual arts dan multimedia. Selain Ayoung Kim, Melbourne Festival juga menampilkan Tree of Codes, Taylor Mac, Under Siege, The Magnetic Fields’ 50 Song Memoir dan Bangsokol.

Teks: Mayseeta.
Foto: Dok. ayungkim.com, palaisdetokyo.com, & Melbourne Festival