Call Me a Winner

Saya masih ingat betul saat masih jaman kuliah setiap saya selesai sharing dan catch-up dengan teman-teman saya, mereka selalu berdecak ‘’Novia kamu seharusnya bikin buku, ceritamu sangat menginsipirasi”. Di sesi sharing saya selalu dipenuhi perasaan berapi-api dan penuh semangat. Darimana energi itu muncul tak lain dari pengalaman hidup dan juga kegemaran saya membaca buku-buku self-development dan cerita sukses non-fiksi lainnya dari tokoh terkenal. Saya terobsesi dengan motivator ternama di Indonesia dan internasional. Sampai setiap saya selesai membaca bukunya saya buat digram atau milestone pengalaman mereka dan apa saja usaha mereka. Pada dasarnya buku-buku itu memunyai kesamaan formula, setiap kesuksesan dimulai dari mimpi, dan diikuti dengan kerja keras dan mental baja.

Setiap orang pasti memiliki turning point, ada yang menjalaninya lebih awal daripada lainnya. Saya mengalaminya di usia 21 tahun, dimana saya hampir putus kuliah karena tidak ada biaya dan kemungkinan perceraian orang tua saya. Saya hampir kalah dengan keadaan, kenangan dimana saya kabur dari rumah dan harus memikirkan segala strategi untuk memepertahankan hidup dengan papa yang sakit-sakitan dan satu-satunya saudara saya yang paling kecil yang autis. Bayangan mama saya yang akan menelantarkan keluarga sangat menyakitkan. Disitulah mental saya diasah supaya dan semua mimpi-mimpi  saya mulai terbentuk. Memperjuangkan mimpi adalah suatu perjalanan yang tidak mulus, jika mulus berarti mimpinya kurang besar. Semakin mustahil mimpi itu semakin sulit perjalanananya, semakin besar pemebelajarannya dan semakin luar biasa kerja keras yang dibutuhkan.

Meskipun saya sudah tinggal diluar negri lebih dari 13 tahun lamanya; 4 tahun di Singapura, 9 tahun di negeri kangguru dan masih merantau disini, saya tetap mencintai Indonesia. Setiap ada kesempatan sekali setahun tetap pulang ke tanah air untuk berbagi, mengajar dan memotivasi anak-anak jalanan yang dibawah umur. Mereka yang harus mengamen, mengemis dan jadi pemulung biasanya suka berkumpul di organisasi sosial tertentu dimana mereka bisa mengecap pendidikan dasar gratis, seperti membaca, menulis dan berhitung. Semua pengajar hanya volunteer dan kebanyakan mahasiswa. Hati saya sangat tergerak untuk merubah keadaan mereka setiap kali mendengar cerita mereka. Kebanyakan orangtua yang menjadi penghalang terbesar anak-anak ini mengakses pendidikan. Mereka dipaksa bekerja untuk menafkahi semua adik-adik mereka, namun saya selalu tekankan keadaan itu bukanlah alasan mereka untuk tidak sekolah. Setiap kita manusia mempunyai kemamapuan untuk mengubah masa depan kita. Sama seperti mereka kita juga memiliki kemampuan untuk membawa dampak positif sekecil apapun itu ke lingkungan dan orang sekitar.

Menulis menjadi hobi saya sejak duduk di bangku sekolah menengah, salah satu pelajaran favorit saya adalah Bahasa Indonesia karena saya bisa menulis bebas. Di Singapura tentu tidak ada mata pelajaran Bahasa Indoensia jadi mau tidak mau  memilih Bahasa Melayu. Di kompetisi menulis tingkat Nasional Di Singapura saya memenangkan medali emas. Di saat yang bersamaan tumbuhlah rasa ketertarikan saya terhadap sastra dalam bahasa Inggris, diikuti dengan hobi berpuisi. Sedikit saya tahu kalau hobi ini sejalan dengan impian saya untuk memotivasi anak-anak muda Indonesia menjadi pejuang-pejuang mimpi.

3 tahun lamanya digarap akhirnya terwujudlah buku “Call Me A Winner” di usia saya yang ke 27. Berawal dari dorongan teman-teman dan juga keinginan untuk meninggalkan satu legasi. Buku ini bertema anak muda, yang melewati begitu banyak problematika menuju kedewasaan. Masalah itu datang dari masa lalu, keluarga, sekolah, pekerjaan, percintaan bahkan tuntutan untuk menggapai cita-cita. Gaya menulis saya yang singkat juga straight to the point mungkin membuat buku ini beda, kebanyakan anak muda sekarang tidak ada waktu untuk membaca oleh karena itu saya berusaha merangkup semua point kedalam satu buku. Saya juga memasukan banyak sekali quotes yang bisa menggambarkan setiap kejadian. Karena buku ini bukanlah novel, meskipun isinya banyak kejadian yang kurang beruntung saya mix it up dengan beberapa puisi, ilustrasi gambar, tips-tips praktis dan kolom kosong untuk pembaca isi di  bab terakhir. Buku ini baru diterbitkan dan bisa didapatkan di Gramedia. Untuk Anda yang disini dan berminat bisa langsung order melalui Facebook page “Call Me A Winner”.

 

Special 13% Discount buat pembaca OZIP, masukkan kode #ozipmay2018 saat mengorder melalui facebook “Call Me A Winner”. Penawaran ini berlaku selama 30 hari dari 15 Mei 2018.