Monash Roundtable Discussion 2018: Anak Muda dan Gerakan Inovasi

Bung Karno pernah bilang, “Beri aku sepuluh anak muda, maka akan aku guncang dunia”. Anak muda memang merupakan aset yang amat bernilai bagi sebuah bangsa. Perannya dapat memajukan peradaban dan gerakan positifnya dapat mendongkrak kemajuan inovasi bagi kelangsungan hidup di dunia.

 

Pentingnya peran anak muda ini menjadi fokus utama diselenggarakannya acara tahunan Monash Roundtable Discussion 2018 yang diinisiasi oleh para mahasiswa Indonesia yang saat ini tengah mengenyam pendidikan S2 di Monash University Australia. Tahun ini, Monash Roundtable Discussion mengambil tema Envisioning Indonesia’s Future: Empowering Youth Innovative Movement. Acara ini menghadirkan Dr Nasya Bahfen, dosen sekaligus koordinator Postgraduate Journalism dan Graduate Research di La Trobe University, sebagai pembicara utama. Tampil pula tiga pembicara lainnya dari kalangan dosen dan mahasiswa Monash University.

 

Dalam acara tersebut, Dr Nasya menyampaikan presentasi dengan topik bertajuk media literasi yang kini tengah menjadi diskursus perdebatan di kalangan masyarakat lintas profesi. Melihat isu media literasi yang dirasa sangat penting khususnya bagi anak muda, Dr Nasya mengajak seluruh pemuda Indonesia untuk turut serta menanamkan pendidikan media literasi tidak hanya pada dirinya sendiri namun juga kepada para kawan yang ada di Indonesia, terlebih lagi di era digital ketika berita palsu atau yang biasa disebut hoax kian hari kian mudah menyebar melalui media digital.

 

Tiga pembicara lain yakni Ahmad Junaidi, Agung Yoga, dan Diana Nur Fathimah juga menyampaikan presentasi seputar peran anak muda Indonesia dan gerakan inovasi yang kini sedang menjadi isu hangat di Indonesia. Ahmad Junaidi, mahasiswa Monash University asal Lombok, Indonesia, memaparkan tentang kegiatan kesukarelawanan Yayasan Jage Kastare di Lombok, guna mengembangkan potensi dan keahlian anak-anak muda untuk menghadapi bonus demografi dan tantangan di dunia pekerjaan kelak. Yayasan yang sedang ia kelola dan kembangkan tersebut memiliki banyak program pendidikan di antaranya critical English pedagogy class, apprentice model of regeneration, engagement in the board of directors, administrative training, dan earthquake emergency relief.

Tak kalah menarik, Agung Yoga menyampaikan presentasi dengan judul Celebrating a New Breed of Indonesian Heroes. Dalam diskusinya, Agung menyampaikan sebuah fenomena lahirnya pahlawan Indonesia yang kini menjadi panutan bagi masyarakat khususnya anak muda untuk menghalau pengaruh negatif di era digital Tambahnya, anak muda kini cenderung menjadikan media sosial sebagai tempatnya mencari identitas dan jati diri. Oleh karenanya, pengaruh para role model di media digital sangatlah besar bagi perilaku serta pendidikan mereka di hari depan.

 

Diana Nur Fathimah membawakan presentasi dengan judul Preparing Indonesian Youth for a Transition to Adulthood. Melihat banyaknya tantangan yang dihadapi oleh anak muda dalam menghadapi fase dewasa baik di dunia pendidikan maupun pekerjaan, beberapa dukungan terhadap anak muda harus terus diupayakan misalnya, pengembangan soft skill agar anak muda mampu beradaptasi dengan perubahan jaman dan lingkungan yang dinamis, membangun pengalaman dan peningkatan prestasi melalui partisipasi program pemagangan nasional di Kementerian Tenaga Kerja, dan sebagainya.

 

Menukil sambutan singkat Ibu Spica A. Tutuhatunewa di awal acara, “anak muda harus terus mengembangkan ide dan gagasan demi kemajuan Indonesia. Ide dan gagasan tersebut harus dituangkan dalam bentuk aksi.”

 

Teks dan foto: Nudia Imarotul Husna