THE WONDERFUL WORLD OF CIRQUE DU SOLEIL


It was the day before my birthday and Melbourne gave me the very first present: rain.


CUACA YANG SEMPURNA

Setelah matahari menyinari Kota Melbourne dengan tak henti-hentinya, akhirnya hujan turun pada tanggal 31
Januari 2013. Angin semilir, langit mendung, dan sinar matahari yang malu-malu membangunkan saya pada pagi hari itu. Dengan cuaca yang demikian sempurnanya – mengingat betapa cintanya saya pada hari mendung dan hujan – saya pun terbawa suasana dan membuat janji pada diri saya sendiri bahwa saya akan menghitung setiap kebahagiaan yang saya rasakan sebelum saya berganti usia dan di hari saya menginjak usia yang baru.

Hujan terus berkucuran hingga sore hari itu. Langit tetap tidak mau terbuka untuk masuknya sinar sang pusat jagat raya. Saya yakin, siapapun yang berjalan di antara barisan pepohonan di Carlton Gardens pun akan berpikir seperti saya, it is a magical night. Langkah demi langkah saya nikmati hingga saya berhenti untuk menunggu tram nomor 86 yang akan membawa saya ke ujung Harbour Town di Docklands.

Di pemberhentian terakhir lah saya turun dari tram dan mulai melangkahkan kaki saya mengikuti keramaian orang-orang yang tidak saya kenal, yang dalam beberapa saat ke depan akan terperanga bersama dalam tenda besar yang telah berkeliling dunia. Dari kejauhan, ujung-ujung tenda yang nampak seperti jarum-jarum berwarna biru dan kuning telah mengintip ke arah kami, para pejalan kaki. Jantung saya pun serasa berdegup kencang, tak sabar ingin mempercepat laju kaki saya ke arah tempat yang dinamakan The Grand Chapiteau itu. Saya merogoh tas saya untuk mengeluarkan tiket yang telah saya terima dari dua minggu yang lalu dan menunjukkannya pada penjaga gerbang tenda tersebut sambil terpesona pada luasnya ruangan yang dengan ramah menyambut kedatangan saya dan orang-orang tak saya kenal tadi.

Dengan tidak sabar, saya mencari pintu masuk ke area pertunjukan dan menempati tempat duduk saya. Waktu saat itu menunjukkan pukul 19.57.

A WHOLE NEW WORLD

Tanda tanya pun mengisi ruang di otak saya saat saya melihat sebuah telur raksasa yang nampaknya berisikan udara, memenuhi seluruh panggung di hadapan saya. Ya, memenuhi seluruh panggung! Ruangan yang remang-remang tidak mengizinkan mata saya untuk berjalan-jalan, jadi saya putuskan untuk duduk tenang sambil terus mendengarkan suara-suara jangkrik yang memenuhi ruangan raksasa itu.

Beberapa orang hilir mudik ke sana kemari membawa jerat serangga, beberapa yang lainnya mondar-mandir membawa yang nampaknya seperti serangga-serangga palsu yang berterbangan. Saya merasa seperti berada di dalam hutan yang masih asri di malam hari.

Tepat pukul 8 malam, tiba-tiba lampu dipadamkan. Dalam hitungan detik, musik mulai berkumandang dan saat cahaya kembali mengisi ruangan, dengan ajaib telur raksasa tersebut sudah menghilang dan 2500 hadirin termasuk saya, yang memenuhi The Grand Chapiteau yang juga dikenal dengan nama The Big Top, mempersiapkan hati untuk kejutan-kejutan selanjutnya.

IN THE BEGINNING WERE THE LADYBUG AND THE FLY

Dibuka dengan lantunan lagu mengalun santai bernuansa hutan, yang dibawakan oleh segelintir pemusik berbakat, pertunjukan OVO – yang berarti telur dalam Bahasa Portugis – malam itu pun dimulai. Puluhan akrobat, The Ladybug yang gemuk gempal dengan kulitnya yang hitam menawan, serta Master Flipo dengan kostum berwarna nyentrik yang merupakan ketua dari perkumpulan serangga, pun memenuhi panggung. Mereka nampak menikmati kehidupan mereka, asyik bermain dan juga bersenda gurau. Saat musik berubah menjadi lebih intens dengan sedikit sentuhan ‘luar bumi’ datanglah satu karakter dengan baju biru yang membawa sebuah telur raksasa. Karakter ini dinamakan The Foreigner, karena memang pada awalnya dia bukanlah bagian dari komunitas serangga pimpinan Master Flipo.

The Foreigner yang kelelahan pun meletakkan telur yang berat dan besar itu di tengah-tengah panggung, membuat puluhan serangga bertanya-tanya akan apa yang ada di dalamnya. Percakapan pun dimulai antara The Foreigner dan Master Flipo. Akan tetapi, perbincangan tidak bertahan lama saat The Foreigner menjatuhkan pandangannya ke The Ladybug dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Selanjutnya, pertunjukan OVO pun berpusar di antara sang telur dan kisah percintaan The Foreigner dan The Ladybug.

THE ACTS

OVO adalah salah satu dari pertunjukan Cirque du Soleil yang terinspirasi oleh kehidupan serangga. Bagaimana mereka bekerja, makan, bercanda, bermain, bertengkar, dan juga jatuh cinta. Seluruh pertunjukan yang menawan ini berisikan energi dan gerakan yang tidak habis-habisnya, persis seperti kehidupan serangga yang penuh warna dan kebisingan.

Kebisingan nampak dari aksi Ants (Foot Juggling and Icarian Games) para semut yang merupakan serangga pekerja keras. Di adegan ini, para semut memanen kiwi dan jagung sambil memainkan makanan-makanan ini dengan kaki-kaki mereka. Pertunjukan ini dapat dibilang merupakan aksi favorit para penonton malam itu. Presisi mereka dalam melempar-lemparkan balok-balok makanan dan diakhiri dengan aksi mereka melempar satu sama lain, tentunya dengan kaki mereka!

Akan tetapi yang membuat OVO lengkap adalah momen-momen dimana ketenangan pun tercipta seperti pada pertunjukan dua ekor kupu-kupu dalam Butterflies (Spanish Web Duo) yang melakukan gerakan-gerakan manis dan cantik sambil bergelantungan di sebuah tali. Mereka bak memadu kasih dan berpadu dalam kesempurnaan yang satu.

Selain kedua aksi yang memukau tersebut, ada pula 8 aksi akrobatik lainnya. Acrosport yang mengombinasikan dansa, akrobat, atletik, dan kekuatan, diperankan oleh lima orang gadis dengan keseimbangan dan keanggunan yang sempurna. Creatura yang menampilkan makhluk aneh berupa tabung berkaki empat, menceritakan tentang serangga yang berdansa dengan jenaka mengikuti irama musik. Diabolos menampilkan seekor kunang-kunang yang mahir memainkan diabolo, melempar-lemparkannya ke udara dan dengan ketepatan yang sempurna mampu menangkapnya kembali dengan sebentang tali.

Di OVO pun ada aksi Flying Act yang merupakan aksi aerial terbesar yang pernah ditayangkan oleh Cirque du Soleil. Segerombolan kumbang berterbangan di udara dengan ayunan dan landasan-landasan seadanya sebagai alat bantu mereka. Absolutely breathtaking! Orvalho (Hand Balancing) juga adalah aksi menawan yang dipertunjukkan oleh seekor capung, dimana dia melakukan gerakan-gerakan menawan dengan bertumpu pada sebatang tongkat dengan tangannya. Ada pula aksi tiga ekor laba-laba dalam Web. Ketiga laba-laba betina tersebut meliuk-liukkan tubuh mereka dengan kelenturan luar biasa untuk menggoda para jangkrik.

Dua aksi terakhir pada pertunjukan malam itu adalah Slackwire dan Wall. Pada aksi Slackwire, seekor laba-laba jantan melakukan beragam aksi keseimbangan di atas sebentang tali, termasuk di antaranya bersepeda roda satu menggunakan tangannya. Ini pun adalah aksi yang disambut meriah oleh para penonton. Pertunjukan OVO pada malam itu ditutup dengan aksi panjat dinding, Wall, yang diperagakan oleh 20 artis. Mereka berlarian dan berlompatan di sebuah trampolin sepanjang 8m. Sungguh penutup yang meriah!

THE HAPPY YET MYSTERIOUS ENDING

Dengan berakhirnya pertunjukan Wall, kisah cinta antara The Ladybug dan The Foreigner pun berujung bahagia. Akan tetapi yang menarik dari cerita percintaan mereka adalah saat The Ladybug ‘ngambek’ pada The Foreigner. Pada saat itu Master Flipo pun menawarkan berbagai ‘pilihan’ pada The Foreigner. Pilihan pilihan itu tentunya diambil dari pemirsa! Sekalipun di dalam pertunjukan OVO ini tidak ada sedikitpun bahasa yang bisa dimengerti – karena para artis berbicara dengan bahasa serangga – namun dengan gerak tubuh dan ekspresi wajah mereka, gelak tawa pun tak kuasa ditahan oleh para penonton.

Setelah puas tertawa dan terpana, akhirnya pertunjukan yang berlangsung selama kurang lebih dua jam dengan intermezzo sekitar 15 menit ini berakhir. Di akhir kisah OVO, kesemua artis dalam pertunjukan pun keluar untuk memberikan hormat, termasuk juga sang telur yang dibawa oleh The Foreigner pertama kali. Menarik karena penonton pun dibuat terus bertanya-tanya apakah isi dari telur itu, apa perannya dan dari mana datangnya? Sungguh pertanyaan yang hingga saat ini pun masih mengganjal dalam hati saya.

DON’T MISS IT!

Seperti yang telah saya sebutkan di atas bahwa The Grand Chapiteau yang legendaris ini mampu menampung 2700 penonton, dan kabar buruknya bagi Anda yang belum sempat menyaksikan Cirque du Soleil: OVO, hampir setiap hari pertunjukan mereka full house.

Oleh karena itulah, segeralah beli tiket Anda sebelum mereka meneruskan Tur Australia mereka ke Perth. Pertunjukan OVO di Melbourne akan berlangsung hingga 31 Maret 2013.

QUICK FACTS

  • In almost all of Cirque du Soleil shows, the music is performed live. Unlike musicals, the music needs to adapt to what is going on the stage and not the other way around.
  • The Inflatable Egg at the very beginning of the show, measures 8.5m wide x 6.7m tall.
  • OVO first premiered in Montréal in April 2009 and since then has visited more than 15 cities in 3 different countries.
  • Deborah Colker, the writer, director and choreographer of OVO, is the first female director at Cirque du Soleil.
  • As with all Cirque du Soleil productions, no animals perform in OVO.
  • The cast of OVO is an international one, representing 21 nationalities.
  • Approzimately 170 people travel with the tour including more than 120 employees and the rest are official accompanying members (spouses and children). Of all the employees, 54 are performers.
  • The site takes 8 days to set up and 3 days to deconstruct.
  • A total of 61 trailers are needed to transport the 1000 tons of equipment that OVO carries around.
  • The Grand Chapiteau, the artistic tent and the Tapis Rouge tent are entirely climate controlled.
  • The Grand Chapiteau is 20m high and has a diameter of 50m.
  • More than 100 million spectators have seen a Cirque du Soleil show since 1984.
  • The company’s employees and artists represent close to 50 nationalities and speak 25 different languages.

Text Dina Budiarto
Photo OSA Image