Dapoer de Rara, Membawa Kuliner Jawa Barat ke Australia

Suasana Dapoer de Rara (Rara’s Kitchen) ramai betul ketika OZIP tiba di sana, Selasa (25/9) lalu. Hanya tersisa dua meja di indoor dining area, sementara di luar, satu meja sudah dikuasai sekelompok anak muda. Siang sudah tinggi memang, wajar kalau rumah makan ini dipenuhi pengunjung yang datang dengan perut lapar. Hampir seluruh pengunjung siang itu adalah orang Indonesia. Lagi-lagi, wajar, karena rumah makan ini baru saja dibuka sepuluh hari sebelumnya.

Agustina Farida Surya Kusuma, pemilik rumah makan ini, belum sampai setahun tinggal di Melbourne. Sebelumnya, ia dan keluarganya tinggal di New Zealand selama 17 tahun. Di negeri Kiwi tersebut, Agustina sebenarnya sudah menjalankan usaha catering. “Biasanya saya menerima pesanan dari teman-teman dan terutama dari pihak Kedutaan Besar RI,” tutur ibu empat anak ini.

Meski dapat dibilang pemain veteran di dunia catering, wanita yang akrab disapa Tina ini tidak tertarik membuka bisnis rumah makan di New Zealand. “Pasarnya kurang potensial,” ujarnya. Menurutnya, orang New Zealand punya kultur makan ‘sehat’. Mereka suka makanan yang mentah, tidak lama dimasaknya. “Buat mereka, makanan Indonesia ini ‘kurang sehat’. Mereka mau aja makan, tapi hanya sekali-sekali, nggak mau sering-sering,” kata Tina lagi. Selain itu, di negara tersebut jumlah warga Indonesia tidak banyak, jadi ide bisnis rumah makan Indonesia tidak bisa terwujud di sana.

Bulan Januari lalu, Tina bersama suami dan tiga anaknya (satu orang anak masih tinggal di New Zealand) memutuskan pindah ke Melbourne. Di kota ini, Tina merasa potensi bisnis rumah makan lebih besar karena selain jumlah orang Indonesianya lebih besar, penduduk Melbourne juga sangat beragam dan terbuka pada kuliner dari berbagai negara. Karena itulah, Tina dan suaminya merintis usaha rumah makan yang namanya diambil dari nama anak bungsu mereka.

Menu Dapoer de Rara umumnya masakan khas Jawa Barat dengan beberapa menu andalan, antara lain Sate Maranggi dan Nasi Bakar Tuna. Kedua menu inilah yang kami pesan bersama tiga sajian andalan lainnya, yaitu Mie Yamin Bakso, Ayam Geprak, dan Ayam Penyet.

Sate Maranggi ala Dapoer de Rara disajikan di atas hotplate. Belum apa-apa, bumbu sate yang mendesis saat beradu dengan hotplate sudah menerbitkan rasa lapar. Daging sapi di satenya empuk dengan bumbu yang meresap sampai ke dalam, bersiram sambal kecap bercampur tomat yang terasa segar di lidah.

Menu selanjutnya adalah Nasi Bakar Tuna. Untuk one-dish meal dengan harga hanya sekitar 7 dolar, porsi Nasi Bakar Tuna di Dapoer de Rara terbilang banyak. Jujur saja, saat memesan menu ini, kami sudah bersiap akan mendapatkan nasi bakar dengan ukuran sedikit lebih besar dari arem-arem. Tanpa disangka, kami mendapat sajian nasi yang mengenyangkan dengan isian tuna pedas plus wangi daun pisang yang menambah kenikmatan.

Menu berikutnya yang terhidang di meja kami adalah Mie Yamin Bakso. Penampakan Mie Yamin Bakso ini bikin ngiler betul. Mie berbalut bumbu kecap dengan topping tumis ayam dan sayuran bersanding dengan semangkuk kecil kuah kaldu dan beberapa butir bakso sapi. Kuah untuk mie yamin tidak perlu banyak, namun ia harus benar-benar gurih untuk membasuh rasa mie dan tumis ayam yang cenderung manis, dan itulah yang akan Anda dapatkan kalua makan mie yamin di sini. Mie yamin dan kuah baksonya disajikan dalam mangkuk terpisah. Nah, kalau suatu kali Anda berkesempatan menikmati Mie Yamin Bakso di Dapoer de Rara bersama teman-teman karib, Anda bisa saling bertanya, “kamu #teamkuahdipisah atau #teamkuahdicampur?” 😀

Dua menu selanjutnya adalah Ayam Geprak dan Ayam Penyet. Secara umum, keduanya adalah sajian ayam goreng yang dimemarkan (digeprak/dipenyet) lalu diberi topping sambal. Bedanya, Ayam Geprak menggunakan ayam negeri tanpa tulang dan digoreng tepung hingga crispy (sstt… bumbu bawang putihnya meresap sampai ke dalam!), sementara Ayam Penyet adalah ayam kampung ungkep yang kemudian digoreng kering. Hal yang istimewa dari Ayam Penyet adalah Tina sang koki membumbui dan memasaknya begitu rupa sehingga tekstur dan rasa ayamnya menjadi mirip sekali dengan daging bebek. OZIP dan beberapa teman yang mencicipi Ayam Penyet ini sempat berdebat membahas apakah menu di hadapan kami itu bebek atau ayam goreng.

Meski berbalut sambal, menu Ayam Geprak dan Ayam Penyet tetap ramah di perut. Koki Dapoer de Rara sudah cukup paham bahwa tidak semua orang bisa makan yang pedas-pedas, apalagi orang lokal Australia. “Kami memang mau menyasar konsumen lokal juga, bukan hanya orang Indonesia,” ujarnya.

Nah, jika Anda sedang kangen masakan Indonesia dan mencari rumah makan alternatif dari yang selama ini Anda kunjungi, mampirlah ke Dapoer de Rara di 584 Glen Huntly Rd, Elsternwick VIC 3185. Dengan harga amat terjangkau, Anda bisa makan enak dan kenyang tanpa perlu merasa kerampokan.

Teks: Pratiwi Utami

Foto: Windu Kuntoro