Tambo Ciek, Cita Rasa Padang Autentik

Nasi Kapau dengan dendeng

Bila pembaca OZIP menyusuri ruas Swanston Street yang terletak di daerah Carlton, pembaca dapat menemukan berderet restoran yang menyajikan beragam cita rasa, mulai dari Korea hingga Malaysia. Namun, pembaca kini dapat menikmati masakan Padang dalam ruas jalan yang terletak dekat pusat kota Melbourne tersebut. 

Nama restoran itu adalah Tambo Ciek, beralamat di 644A Swanston Street, Carlton VIC. Istilah ‘Tambo Ciek’ sendiri berasal dari istilah Minang ‘tambuah ciek’ yang sering terdengar di rumah makan masakan Minang atau Padang, yang artinya ‘tambah satu’. Istilah ini biasanya sering diucapkan ketika pelanggan restoran ingin meminta nasi atau lauk tambahan di meja mereka. 

Kekhasan rumah makan Padang yang terdapat dalam nama Tambo Ciek tercermin jelas dalam konsep restoran tersebut. Meskipun Tambo Ciek menerima pesanan ala carte, tampilan makanan restoran mengambil rupa prasmanan sebagaimana sering terlihat di restoran Padang di Indonesia. Makanan yang tersaji pun juga dimasak menyesuaikan lidah Indonesia, seperti ayam goreng berlumur santan, tempe oseng buncis, dan telur balado. 

Penampilan ini sesuai dengan konsep restoran Padang autentik yang dibawa oleh Tambo Ciek. “Kita pakai food display karena jarang restoran Padang di Indonesia yang [menggunakan sistem] ala carte,” ujar Ezra Toddy selaku head chef Tambo Ciek. “Makanan Padang harus di-show, itulah seninya.” 

Tidak hanya prasmanan, Tambo Ciek juga menyediakan aneka nasi kapau dengan harga $16. Aneka nasi kapau ala Tambo Ciek menawarkan cita rasa lengkap yang ‘nendang’ berkat sambal yang pedas dan gurih dan rendang yang terasa pas berkat bumbu yang meresap serta tingkat kematangan yang sempurna. Nasi kapau Tambo Ciek juga hadir dalam berbagai macam kombinasi lauk, mulai dari dendeng batokok yang pedasnya terasa khas seperti di Indonesia hingga gulai kikil yang empuk dan bertekstur halus. 

Meskipun begitu, rasanya tidak lengkap apabila tidak memesan sate padang lewat menu ala carte Tambo Ciek. Dengan harga $13.50, pembaca sudah bisa menikmati sate padang sebanyak tujuh tusuk yang gurih dan harum berkat lumuran bumbu khas Padang, lengkap dengan bawang goreng dan lontongnya. Tidak hanya sate padang, menu ala carte Tambo Ciek juga menawarkan makanan lain seperti nasi goreng padang ala Tambo Ciek lengkap dengan bumbu rendang pedasnya seharga $15. 

Rony The (kiri) dan Ezra Toddy

Menurut Ezra, 30% dari pengunjung Tambo Ciek merupakan warga lokal alias berasal dari Australia. Namun, Ezra memastikan bahwa rasa khas Padang di Tambo Ciek akan tetap terjaga tanpa harus mengikuti selera lokal. 

“Kita harus autentik, jadi kita gak nyesuaiin ke [selera] lokal,” jelas Ezra. “Kita introduce authenticity of food ke locals, dan mereka udah mulai suka.” 

Selain cita rasa khas Indonesia terutama Padang, restoran Tambo Ciek juga berupaya untuk menjadi toko serba ada untuk jajanan tradisional khas Indonesia. Hal ini diutarakan oleh Rony The yang menjalankan Tambo Ciek bersama Ezra. 

“Kita ada makanan dan jajanan pasar seperti kue lupis, risoles, rujak, dan sekarang kita pun ada snack seperti kerupuk rotary, kusuka, dan sambal-sambalan,” kata Rony. “Dengan kolaborasi ini [Tambo Ciek] bisa jadi one stop shop.” 

Berkat kolaborasinya dengan berbagai pihak caterer, Tambo Ciek juga menawarkan beragam kudapan nusantara seperti pempek, rujak serut, martabak manis, martabak telur, nasi gudeg, dan juga nasi kuning. Bila pembaca merasa ‘kangen’ dengan kelezatan makanan Indonesia yang jarang ditemui di Australia, Tambo Ciek bisa jadi salah satu tujuan utama pembaca. 

Semua ini merupakan bagian dari rencana Ezra dan Rony untuk memperkenalkan brand restoran Padang tersebut ke masyarakat Australia yang lebih luas. Ezra menjelaskan, “Kedepannya kita gak cuma stick di restoran, tapi juga mengembangkan produk Padang, kita akan bangun produk Padang ini, dikenalin ke seluruh Australia.” 

“Suatu hari kita bisa bawa rendang ini atas nama Indonesia [sehingga] bisa lebih dikenal oleh orang sini,” kata Ezra optimis. “Kita mau terlibat dalam food market share di Australia dan membawa nama Indonesia, khususnya nama Padang.” 

Teks : Jason Ngagianto

Foto : Stefanie