Bagi beberapa orang, ketika mendengar istilah “tahun tikus” mungkin banyak yang langsung berpikir tentang tikus atap, tikus rumah dan tikus got.
Tikus sendiri sebenarnya pernah diharumkan citranya oleh karya Walt Disney “Tom and Jerry”. Siapa yang tidak ingat dengan Tom, sang kucing yang merupakan musuh bebuyutan si Jerry tikus. Apalagi selalunya dalam kartun “Tom and Jerry”, si Jerry selalunya jaya dan selamat dari buruan sang kucing.
Hal ini juga dapat ditemukan dalam budaya Tiongkok dimana mereka yang lahir dalam tahun tikus dianggap memiliki sifat-sifat positif kreatif, cerdas, jujur, pemurah dan ambisius.
Kabarnya, tokoh yang dianggap oleh banyak orang sebagai pujangga terbesar umat manusia, William Shakespeare, dilahirkan pada tahun tikus. (Dalam kalender Gregorian, beliau lahir pada tanggal 23 April 1564 dan meninggal pada tanggal 23 April 1616.)
Namun, di tradisi orang barat, tikus dari segala jenisnya dianggap sebagai musuh.
Hal ini disebabkan oleh kepercayaan bahwa maut hitam (The Black Death) yang melanda Eropa (dan Inggris) di abad ke-14 kabarnya menewaskan sekitar 200 juta manusia dalam jangka waktu yang hanya berselang tujuh tahun, disebarkan oleh tikus yang menjadi pembawa virus. Hal ini sama dengan kelelawar yang sekarang dituding sebagai penyebar virus corona baru (novel coronavirus).
Dongeng rakyat Eropa “The Pied Piper” juga mencitrakan tikus dari segala jenis sebagai makhluk yang jahat.
Meskipun “The Pied Piper” hanyalah sebuah dongeng, namun tidak sedikit yang percaya adanya segi-segi kebenaran dari cerita tersebut. Dongeng ini masih sering dimanfaatkan oleh orang tua untuk menakut-nakuti anak-anak mereka untuk selalu menepati janji.
Alkisah, pada tahun 1284, kota Hamelin di Jerman mengalami wabah atau infestasi tikus. Di tengah wabah tersebut, datanglah seorang penyuling dengan pakaian warna warni yang mengaku mampu memusnahkan semua tikus asalkan diberi imbalan. Penduduk pun bersetuju dan sang penyuling (The Pied Piper) meniupkan sulingnya yang memukau semua tikus di kota tersebut dan mengikutinya kemana saja ia pergi. Hal ini berlanjut hingga mereka tiba ke tepi danau dan semua tikus tersebut tewas tenggelam. Namun, penduduk Hamelin ingkar membayar upah kepada sang penyuling setelahnya. Untuk menuntut balas, sang penyuling meniupkan lagu yang memukau semua anak-anak di kota Hamelin (sebagaimana tikus-tikus sebelumnya pernah terpukau) dan anak-anak tersebut pun kemudian mati lemas, tenggelam di dalam air, terlepas dari tiga orang anak: yang satu karena dirinya pincang, yang kedua karena tuli, dan yang ketiga karena buta.
Khusus dalam bahasa Inggris, tikus memang punya nama/citra yang busuk, yang dianggap tidak baik. Jikalau kita berseru “You dirty rat!” dalam bahasa Inggris, jelas itu bukanlah dimaksud sebagai suatu pujian. “To rat on someone” juga menjadi sebuah istilah yang bermakna menuding seseorang dan ketidaksetiaan. “A rat that abandons a sinking ship” adalah orang pengecut yang selalu lari dari bahaya dan hanya mementingkan diri sendiri. “Smell a rat” artinya seseorang curiga akan adanya penipuan atau korupsi.
Dalam budaya/kepercayaan Umat Hindu di India, tikus sering dicitrakan sebagai angkutan Dewa Ganesha, karena mampu mengerat segala rintangan jalan, termasuk kayu dan bahkan baja.
Hollywood sudah beberapa kali membuat film yang tujuannya adalah untuk mengharumkan nama tikus dari segala jenis, termasuk tikus rumah yang memiliki daya rusak yang begitu hebat. Itulah sebabnya dalam budaya Melayu, jikalau Anda melihat seekor tikus rumah, Anda disarankan untuk tidak berseru “Ada tikus!” Anda akan disarankan untuk mengatakan “Pengantin, pengantin!” Hal ini karena adanya kepercayaan bahwa tikus akan berjalan lambat laksana pengantin yang sedang jika Anda berseru demikian.
Oleh karena itu, di tahun tikus yang baru ini, ada baiknya jika kita smeua mengambil hikmah dari tahun tikus ini. Janganlah mencontohi tabiat seekor tikus, namun ambillah ilham dari lambing tahun tikus – kreatif, cerdas, jujur, pemurah dan ambisius.