Semarak kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 disajikan di atas panggung Athenaeum Theatre, 188 Collins St., Melbourne pada hari Sabtu, 19 Agustus 2017 pukul 2.30 siang (AEST) lalu. Antrian panjang lebih dari 800 penonton terlihat hingga Melbourne Town Hall. Para penonton sangat antusias ingin menyaksikan Temu Lawak (Teater Muda Langkah Awal Kemerdekaan) 2017. Hal ini terbukti dari tiket yang terjual habis 10 hari sebelum hari H. Drama komedi musikal yang berjudul “Oh! Batavia” dipentaskan sebagai maha karya Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia di Victoria (PPIA Victoria) bekerjasama dengan sembilan PPIA ranting dengan jumlah panitia sebanyak 111 orang. Temu Lawak 2017 resmi dibuka dengan kata sambutan dari Ibu Dewi Savitri Wahab dari KJRI Melbourne dan dilanjutkan dengan penampilan Temu Lawak Medley yang menyanyikan lagu-lagu daerah.
Oh! Batavia mengangkat tema historis yaitu cerita tentang kehidupan sederhana masyarakat kota Batavia di masa peperangan melawan penjajahan Jepang di awal tahun 1930an, yang membawa kita kembali ke zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia. Drama musikal yang berdurasi 100 menit ini diiringi dengan live music dan penampilan dari pelajar Indonesia di area Victoria sebagai pemeran drama dan penari. Oh! Batavia diperankan oleh 40 orang pelajar, diantaranya tiga tokoh utama, yaitu Terang (Hanna Melissa – Melbourne Uni), Putra (Bara Adiarto – Monash Uni), dan Kuping Kiri/Goda (Axel Prasetio – Monash Uni), serta pemeran pendukung yang juga lincah menari dan bersuara merdu layaknya pemain teater profesional.
Para kru dibalik layar yang sangat berjasa dalam kesuksesan drama ini terdiri dari tim planning dan production, serta kru musik yang dipimpin oleh Vanessa Tunggal selaku music composer dan kru penari dengan arahan dari Arnesia Ranggi selaku head coreographer. Semua seni yang dikemas dalam Oh! Batavia ini, baik aksi di atas panggung maupun dibalik layar merupakan kreasi anak bangsa, mulai dari koreografi, naskah drama, hingga aransemen dan komposisi musiknya. “Drama musikal Oh! Batavia menyajikan nilai-nilai keberagaman dan nasionalisme serta semangat kemerdekaan, sesuai dengan pesan Bung Karno “Nationalism cannot flower if it does not grow in the garden of internationalism.” ujar Kevin Joshua selaku Project Manager Temu Lawak 2017.
Temu Lawak 2017 juga terselenggara dengan sukses berkat dukungan dari para sponsor, antara lain YNJ Migration, Bunyip Tour, Central Equity, RACC, Panca Prima Maju Bersama, Da Trans, The Space Dance & Art Centre, Vodafone QV, Buka Lapak, Meetbowl, Kapal Api, Y-Axis, Kaya Yoga, Garden Giggles, Atmosphere Church, serta media partner Buset, OZIP, SBS, Radio Kita, Buletin Indo, Cicak2, Radio PPI Dunia, Info Pensi, AIYA, Meld Magazine, Love & Hate Radio, dan Kopitoebruk.
Evelynd
Photo: Syafira Amadea