It is Finished

Di bulan April kita kembali akan merayakan hari wafatnya Isa Almasih yang dalam bahasa Inggris disebut dengan “Good Friday”. Mengapa hari itu disebut “Good Friday”? Pada hari itu terjadi pengadilan yang paling tidak adil terhadap Yesus, yang tidak bersalah dijatuhi hukuman mati. Bahkan sebelum Dia dipaku di atas salib, dia terlebih dulu disesah dengan cambuk Romawi yang bergigi tajam, diolok dan dipermainkan oleh serdadu Romawi. Jim Caviezel, pemeran Yesus dalam film sejarah “The Passion of Christ”, suatu kali diwawancara dalam suatu stasiun TV. “Banyak orang mengkritik film itu karena terlalu banyak kekerasan dan kengerian, khususnya ketika Yesus dicambuk dengan begitu kejam hingga daging tercabik dan darah mengalir dengan derasnya.” Maka Jim menjawab, “Benar sekali apa yang kau katakan bahwa terlalu banyak kengerian dalam film itu, dan itulah dosa engkau dan saya.”

Namun, hari itu dengan sangat tepat disebut “Good Friday”. Pada hari itu bukan kejahatan dan dosa yang menang, tetapi melalui kematian Yesus Kristus, Dia mengalahkan kejahatan, dosa, dan bahkan mengalahkan kematian itu sendiri. The Death of Death in the Death of Christ. Kemenangan Kristus bukan baru terjadi ketika Dia dibangkitkan dari antara orang mati. Kematian Kristus sudah dinyatakan di atas kayu salib itu.

“It is finished”(sudah selesai) merupakan salah satu perkataan terakhir Yesus di atas kayu salib. Dan ini bukanlah perkataan kekalahan, tetapi perkataan kemenangan yang menunjukkan maksud dan tujuanNya datang ke dalam dunia sudah diselesaikan.  Apa yang telah diselesaikan oleh Yesus di atas kayu salib?

Di atas salib Yesus menyelesaikan semua hutang dosa yang mendakwa manusia, karena semua orang telah berdosa dan upah dosa adalah maut. Melalui kematian Yesus,  semua manusia yang tadinya bersalah di hadapan Allah, dinyatakan benar karena semua surat hutang itu telah dipakukan di atas salib. Semua hutang sudah dilunasi.

Mengapa untuk mengampuni dan menyatakan manusia benar, Yesus harus mati? Mengapa Allah tidak mengampuni manusia begitu saja? Bukankah Dia Maha Kasih? Benar bahwa Allah adalah Maha Kasih, tetapi Allah juga Maha Adil. Bayangkan saudara seorang ibu yang memiliki anak semata wayang, sebut saja namanya Uria. Uria adalah anak yang baik, berbakti kepada orangtua dan sangat mengasihi isterinya. Namun seorang raja yang berkuasa dan memiliki banyak isteri, memanggil isteri Uria dan berzina dengannya. Bahkan sang raja mengatur rencana jahat dan membunuh Uria.  Apa yang menjadi reaksi saudara ketika raja itu akhirnya diampuni dari segala kesalahannya? Saudara pasti akan berteriak “Tidak Adil!”. Raja itu adalah gambaran seluruh manusia yang telah bersalah dan tidak taat kepada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mulia. Ini adalah dosa yang sangat besar yang patut dijatuhi hukuman mati. Keadilan Allah menuntut hukuman mati harus dilaksanakan. Tetapi karena Kasih Allah yang begitu besar, Dia mengutus AnakNya yang tunggal untuk mati menggantikan manusia, sehingga setiap orang yang di dalam Yesus Kristus diampuni dosanya dan dibenarkan dihadapan Allah. Dengan jalan demikian Keadilan dan Kasih Allah dinyatakan dengan begitu agung dan sempurna.

Kiranya peringatan Paskah tahun ini mendorong hidup kita menjadi manusia yang penuh cinta kasih dan keadilan. Selamat Paskah!

Ditulis oleh: Pdt. Budy Setiawan M.Div.

Gembala Gereja Reformed Injili Indonesia di Melbourne

Kebaktian Jumat Agung+Perjamuan Kudus, 18 April jam 4pm

Kebaktian Paskah, 19-20April, Sabtu dan Minggu jam 5pm

54 Lygon st Carlton

Website:griimelbourne.wordpress.com