ISDF 2018 BERMULA DARI PENGALAMAN, TERLAHIR MAHAKARYA LUAR BIASA

Setiap pengalaman (adalah bagian dari) fondasi kehidupan. Kutipan Pramoedya Ananta Toer ini rupanya menancap dan meninggalkan bekas di hati dan pikiran sembilan orang anak muda intelektual Indonesia yang kini tengah meramu ilmu di negeri kanguru Australia. Selasa, 27 Maret 2018 lalu, mereka menuangkan ide, pikiran, serta gagasannya melalui sebuah karya ilmiah di acara Indonesian Student Discussion Forum (ISDF) dengan tema Inventing Indonesia’s Future Development yang berlokasi di Old Arts Building, University of Melbourne, Australia. Forum ini merupakan gagasan bersama para mahasiswa penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) bekerjasama dengan PPIA Unimelb dan para penerima beasiswa Australian Awards Scholarship (AAS).

Saat ditanya perihal ketertarikan mereka akan topik-topik yang disampaikan, pengalaman hiduplah yang menjadi tonggak lahirnya gagasan-gagasan cemerlang itu.

Ummunnisa, mahasiswi Monash University yang tengah menempuh studi magister ini mengaku ide presentasinya yang membahas global refugee terlahir dari pengalamannya sendiri saat tragedi tsunami dan gempa berkekuatan 9,1 skala richter melanda Aceh tahun 2004. Bencana tersebut membuat ia beserta keluarganya berpindah ke Malang. Dari situ, ia merasakan betapa beratnya perjuangan para pengungsi yang kala itu mencari perlindungan dari satu barak ke barak lain. Namun demikian, pengalaman tersebut justru melahirkan sebuah ide cemerlang dan bermanfaat yang ia sampaikan dalam presentasinya bersama anak muda Indonesia Selasa lalu.

Di sisi lain, Gadis Pratiwi mengangkat isu terkait penyandang disabilitas di karya ilmiahnya yang juga merupakan bagian dari pengalaman pribadinya sebagai sukarelawan saat ia tergabung dalam sebuah unit resmi Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya, Malang. Kepeduliannnya terhadap penyandang disabilitas juga membuatnya tertarik untuk mendalami ilmu bahasa isyarat.

Pengalaman yang jujur memang dapat dijadikan senjata ampuh dalam munculnya gagasan-gagasan terkemuka. Kalvin Sandabunga juga memulainya dari pengalaman hidup saat ia berkontribusi dalam organisasi sukarelawan rumah belajar di Papua menjadi salah satu manajer perancang pembelajaran. Dari situlah terlahir sebuah gagasan baru yang dikemasnya dalam karya ilmiah dan menjadi diskusi hangat di acara ISDF tempo lalu.

Pengalaman pribadi rupanya juga menjadi alasan tersendiri bagi Kurniastuti Lestari, salah satu mahasiswi Monash University kajian linguistik terapan ini tertarik dengan isu yang diangkatnya yakni komunikasi lintas budaya. Ide itu muncul saat ia bekerja di sebuah instansi internasional pengajaran Bahasa Inggris. Mulai dari titik itulah ia berfikir tentang Bahasa Inggris yang kini tak lagi milik penutur aslinya melainkan milik semua warga di dunia. “Setiap orang memiliki ciri khas Bahasa Inggrisnya masing-masing”, tuturnya.

Menilik pengalaman Clara Jeanifer, salah satu presenter ISDF yang mahasiswi University of Melbourne yang sempat tergabung dalam program sukarelawan Rumah Pintar membuat ide dan kreativitasnya bersama kawan-kawan juga tertuang dalam karya ilmiah. Program itu berfokus pada pengajaran Bahasa Inggris bagi anak-anak.

Tidak hanya kajian sosial, pendidikan dan bahasa, acara diskusi ISDF juga merambah dunia ekonomi, teknologi, dan kesehatan. Hadi Hariyanto adalah salah satu pembicara yang membahas sistem informasi kesehatan. Ide beliau  bermula dari pengalamannya saat ia mengawal pengembangan teknologi komunikasi dan informasi bagi kesehatan ibu dan anak. Selain hadi, ada Dimaz Anka yang terjun ke dalam dunia keuangan melalui pendekatan teknologi sistem pajak yang disebutnya Tax Smart Contract sehingga menjadi solusi alternatif bagi pemerintah Indonesia.

Di sisi lain, ada pembicara Chris Benhard yang mengusung tema teknologi Internet of Things untuk mengembangkan layanan informasi cepat bagi masyarakat Indonesia. Sebelumnya, konsep ini telah diimplementasikan di negara bagian Eropa dan kini ia tengah meneliti kemungkinan teknologi tersebut dapat diimplementasikan di Indonesia. Agung Andiojaya, salah satu pembicara ISDF, juga mengawali karya ilmiahnya melalui pengalamannya berkecimpung di kajian kesejahteraan sosial dalam hubungannya dengan ketimpangan pendapatan rakyat yang kini menjadi isu ekonomi dan sosial di tengah masyarakat Indonesia.

Dari pengalaman-pengalaman hidup itulah ide-ide aktif, inovatif, serta solutif muncul. Yang perlu digarisbawahi adalah ide tersebut tidak lahir dari satu sudut pandang dan kajian tunggal melainkan beraneka ragam dan beragam ide akan lebih bermakna jika dapat dikolaborasikan bersama. Keanekaragaman pengalaman hidup mampu melahirkan gagasan luar biasa. Sebuah ide dan pemikiran yang merujuk pada ledakan kreatifitas yang akhirnya terwujud dalam sebuah karya demi kemajuan Indonesia di hari depan.

Oleh Nudia Imarotul Husna