Indonesian Night 2024 – Gema Budaya Indonesia Timur

Sebagai bagian dari Festival Indonesia 2024, pementasan Indonesian Night diadakan pada hari Jumat (4/10/2024) di Melbourne City Conference Centre (MCCC). Sesuai dengan tema Indonesia Timur untuk tahun ini, Indonesian Night memiliki tajuk “Echoes from the Eastern Indonesia”.

Malam pementasan ini melibatkan penampilan dari sejumlah kelompok budaya Indonesia di Melbourne, seperti Melbourne Maluku Basudara dan Sanggar Widya Luvtari. Selain itu, ada juga fashion show untuk kain tenun Tanimbar asal Maluku Selatan.

Sanggar Widya Luvtari yang kerap kali tampil dalam berbagai acara diaspora Indonesia pun turut naik panggung dalam Indonesian Night Mereka menampilkan tari tradisional asal Maluku bernama Tarian Myama Tawahuk It. Selain itu, ini merupakan pertama kali Sanggar Widya Luvtari menampilkan tari tradisional asal Indonesia Timur.

“Saya lebih sering menampilkan tari tradisional asal Bali, jadi mempelajari tarian Indonesia Timur adalah sesuatu yang baru untuk saya,” ujar Dena, salah satu penari Luvtari. “Tapi, prosesnya sangat menyenangkan. Dan saya menyukai musiknya juga.”

Hal senada diungkapkan oleh Salima yang juga seorang penari Luvtari. “Karena saya juga seorang penari Bali, saya lebih terbiasa dengan alunan musik yang lebih halus, sedangkan musik kali ini lebih ceria, sehingga sedikit lebih sulit untuk mengikutinya. Tapi saya tetap menyukainya.”

Tidak hanya dari segi perbedaan budaya, para penari Luvtari juga menyebutkan rintangan logistik dalam persiapan penampilan mereka, dimana ketiga penari berasal dari tiga daerah yang berbeda di Victoria. “Pada akhirnya, kami berlatih secara terpisah atau melalui video call,” jelas Salima.

Meskipun demikian, ketiga penari mengaku senang bisa tampil di Indonesia Night. “Kami selalu senang untuk mewakili komunitas warga Indonesia, dan untuk kali ini mereka (Festival Indonesia) meminta kami untuk menampilkan dan mewakili budaya Indonesia Timur,” jelas Salima.

“Sebuah momen membanggakan bisa berkumpul bersama para penari asal Indonesia dan memperkenalkan sisi timur dari Indonesia,” lanjut Dena.

Indonesian Night juga mengundang sejumlah seniman untuk meramaikan acara, seperti Nogei dan Presiden Tidore. Keduanya berkolaborasi dalam Indonesia Night dalam menampilkan sebuah drama musikal singkat berjudul “Welcome to the East”. Drama tersebut merupakan sebuah perpaduan antara budaya Sentani dan populer yang sarat akan lagu orisinil dan lagu daerah. Penampilan ini juga dihiasi dengan momen-momen jenaka yang mampu memancing tawa dari penonton.  

“Saya dan teman-teman lain ingin menonjolkan kebudayaan dari segi sastra dan fashion,” ujar Presiden Tidore. “Saya sangat senang sekali… mudah-mudahan orang selalu menerima karya kami yang secara dasarnya bersifat kebudayaan.”   

Selain itu, Presiden Tidore juga mengharapkan agar lebih banyak seniman Indonesia Timur bisa datang dan berkolaborasi untuk tampil di Melbourne.

“Saya punya banyak teman-teman di sana… kami ingin membawa seluruh teman-teman kami di sana, jadi mereka bisa menampilkan pertunjukkan tari kolosal, atau mungkin hal menarik lainnya seperti kuliner,” jelas seniman asal Pulau Tidore tersebut. “Orang-orang suka melakukan aktivitas kebudayaan seperti tari dan lain-lain, dan sepertinya kami sangat layak untuk datang ke sini.”

Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk Victoria dan Tasmania Kuncoro Giri Waseso turut hadir dan memberikan kata sambutan di awal acara. Dalam sambutannya, Bapak Kuncoro memberikan apresiasi lebih terhadap budaya Indonesia Timur yang menjadi pusat perhatian dalam Festival Indonesia tahun ini.

“Saatnya kita memperingati makna dari daerah-daerah ini: mereka adalah gerbang terhadap sejarah, ketangguhan, dan kreativitas dari negara kita,” ujar Bapak Kuncoro. “Daerah Indonesia Timur merupakan perwujudan dari budaya Indonesia.”

Selain itu dalam sambutannya, Bapak Kuncoro juga mengungkapkan makna Festival Indonesia sebagai perayaan hubungan antara Australia dan Indonesia, dengan menarik secuplik sejarah ketika warga First Nations Australia kerap berinteraksi dengan orang Makassar, pada pertengahan abad ke-18.

Adapun Festival Indonesia melanjutkan tema Indonesia Timur kental ini di Outdoor Festival yang diadakan dua hari kemudian, pada hari Minggu (6/10/2024) di Argyle Square Carlton.

Teks: Jason Ngagianto

Foto: Festival Indonesia