“Healing” di Pulau Maratua
Pandemi telah memberikan warna baru dalam hidup ini kalau kita melihatnya dari kacamata positif. Kita mulai terbiasa bekerja dan sekolah dari rumah atau dari mana pun. Hal ini tentunya memudahkan kita dalam beraktivitas. Di sisi lain, terlalu lama berinteraksi secara virtual dengan orang-orang yang biasa kita temui menimbulkan rasa jenuh, dan bahkan beberapa orang mengalami burnout. Banyak orang memilih berbagai aktivitas di rumah atau di alam untuk membantu melegakan pikiran dan mendekatkan diri dengan sang pencipta.
Selama masa-masa WFH (Work from Home), aku mulai menjalani hobi baru, yaitu diving. Jujur, sebagai orang tidak bisa berenang, awalnya sempat ragu untuk bisa diving. Tetapi karena aku sangat menyukai keindahan alam bawah laut, aku pun memberanikan diri untuk kursus scuba diving. Dibutuhkan waktu minimal 2 kali kelas face-to-face dan kelas diving di kolam, sebelum akhirnya mengambil minimal 4 kali penyelaman di laut untuk bisa mendapatkan lisensi diving di laut lepas. Tentunya sebelum menjalani semua tahap ini, kita harus sudah menyelesaikan semua modul yang ada di aplikasi scuba diving yang kita pilih, dan aku memilih SSI.
Mendadak instruktur diving-ku mengajak untuk ikut trip ke Pulau Maratua. Aku pun langsung mengiyakan karena aku tahu area Pulau Maratua merupakan salah satu titik diving terbaik di Indonesia. Hewan laut yang menjadi primadona area ini yang juga merupakan target utama untuk kulihat adalah hiu paus dan gerombolan ikan barracuda. Perjalanan kali ini merupakan diving trip ketigaku, setelah Pulau Seribu dan Anyer.
Perjalanan diving kali ini diikuti oleh delapan orang peserta tur, dua orang pemandu utama, dan tiga orang pemandu lokal. Aku dan teman-teman berangkat dari Jakarta. Ternyata dibutuhkan waktu empat jam dua puluh menit dari Jakarta menuju Berau, dengan transit di Balikpapan. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan dari Berau menuju Pulau Maratua menggunakan kapal dengan waktu tempuh sekitar dua jam.
Sesampainya di Pulau Maratua, kami disambut oleh para staff dari Green Nirvana Resort. Ternyata pemilik resort ini merupakan alumni Melbourne, yaitu lulusan jurusan Perhotelan dari William Angliss Institute. Anyway, pemandangan sekitar resort ini sangat indah. Pengunjung bahkan bisa melihat ikan berwarna-warni dan penyu berenang kesana-kemari di sekitar jetty Green Nirvana Resort. Cuaca sangat panas saat itu, namun hal itu justru makin membakar semangat kami untuk melakukan dive check sebagai latihan persiapan untuk diving sesungguhnya di hari berikutnya.
Yuk, simak beberapa highlights dari perjalanan diving ini:
Berenang Bareng Whale Shark
Kami memulai perjalanan di hari berikutnya pukul 4:00 WITA karena kami harus mencari lokasi Whale Shark berada. Kami stop di beberapa Bagan (tempat nelayan memberi dan menangkap ikan) untuk menanyakan apakah ada Whale Shark disana. Biasanya, para nelayan di Bagan akan melemparkan beberapa ikan asin ke laut untuk mengundang Whale Shark. Barulah sekitar pukul 7:30 WITA, kami berhasil menemukan hiu paus di Bagan ketiga yang kami hampiri. hiu paus yang kami temui sangat ramah, dia bahkan mengajak para diver untuk bermain di dalam air.
Mencari Barracuda Schooling
Salah satu jenis ikan yang menjadi tujuan para diver di sekitar Pulau Maratua adalah barracuda. Barracuda schooling merupakan sebutan untuk gerombolan barracuda yang berenang bersama. Kami melacak keberaan ikan ini menggunakan drone. Air laut yang sangat jernih disana memungkinkan kita untuk mudah melihat apa yang ada di dalam air dari permukaan. Lokasi barracuda schooling ini disebut dengan Channel atau Big Fish Country. Para penyelam harus bersiap karena arus dalam air di area ini cukup deras.
Melihat Turttle Traffic
Sekitar 200 meter ke kiri dari Green Nirvana Resort, kita bisa menyelam di area yang disebut Turtle Traffic. Area ini terkenal sebagai pusat penyu. Ketika menyelam, kami bertemu dengan sekitar 5 ekor penyu, dua diantaranya sangat besar.
Bermain Bersama Ubur-ubur
Di sekitar kepulauan Derawan, terdapat sebuah pulau yang bernama Kakaban. Pulau ini terkenal dengan ubur-ubur air tawarnya yang tidak menyengat. Konon katanya, pulau ini tenggelam di dalam laut, kemudian air laut yang surut menjadikan pulau ini muncul ke permukaan dan menyisakan banyak ubur-ubur terperangkap di sebuah danau besar pulau Kakaban. Kini, ubur-ubur yang hidup di danau ini sudah beradaptasi dengan air tawar dan sama sekali tidak menyengat. Pengunjung diperbolehkan berenang dan bermain bersama ubur-ubur ini, namun tidak diperbolehkan untuk mengangkat mereka keluar dari air.
Lombat di Goa Halo Tabung
Tidak jauh dari Green Nirvana Resort, sekitar 10 menit perjalanan berkendara, pengunjung bisa mampir ke Goa Halo Tabung. Dalam bahasa daerah setempat, ‘halo’ berarti kolam dan ‘tabung’ berarti ikan. Dari situ, ‘halo tabung’ bermakna kolam ikan. Namun uniknya, selama lebih 30 menit kami berenang di kolam sedalam 18-meter ini, tidak terlihat satu ikan pun. Aktivitas utama disini adalah lompat dari tebing karang dan terjun air ke kolam yang airnya sangat biru dan jernih.
Perjalanan diving kali ini tidak hanya perjalanan melihat keindahan laut, lebih dari itu, perjalanan ini adalah bagian dari proses kontemplasi dan refleksi diri yang membuatku makin memaknai hidup ini. Keheningan Ketika di dalam air benar-benar memberiku waktu rehat, didampingi oleh ikan-ikan yang cantik dan menyejukkan mata. Selain itu, bertemu dengan teman baru selama perjalanan ini benar-benar memberikan warna dan perspektif baru akan perjalanan hidup yang aku pelajari dari kisah hidup yang mereka bagikan. So, bagi OZIPmates yang ingin mencoba hobi baru dan menantang diri, silakan kunjungi Pulau Maratua!
Teks: Siti Mahdaria
Foto: Ivandrian Gunawan