Chef Dale, Meracik Harmoni Masakan Minang

Bulan lalu, OZIP Magazine berkesempatan menyambangi Dale La Pau, sebuah café berkonsep cita rasa Minang autentik yang terletak di Camberwell. Tentunya pembaca pasti penasaran, dari mana asal usul café dengan konsep unik ini? Siapa sosok di balik masakan lezat Dale La Pau? Kenalan, yuk!

Dale La Pau diambil dari nama chef cafe ini, yaitu Dale (dibaca: da-le) itu sendiri.

“Sedangkan La Pau, kalau di Padang atau Bukittinggi, kita sering dengar orang bilang, ‘mau ke lapau’ artinya warung.” Untuk memberikan kesan unik, maka kata lapau pun dipisah menjadi La Pau. “Jadi Dale La Pau adalah warungnya Dale,” jelas Dale.

Dale La Pau

Surprisingly, Chef berbakat ini berusia masih sangat muda. Ia baru saja lulus SMA pada 2018 lalu. Di awal tahun 2020, Dale masih menjadi mahasiswa baru di salah satu universitas di Melbourne ketika pandemi ‘merusak’ rencana studinya. Hanya sempat berkuliah satu hari, Dale terpaksa harus berdiam di rumah mengikuti aturan lockdown. Sambil menunggu kampusnya memulai perkuliahan offline kembali, Dale pun mempunyai banyak waktu di rumah untuk menyalurkan hobi memasaknya. Blessing in disguise sepertinya sebuah idiom yang tepat untuk Dale, sebab dari situlah lalu lahir Dale La Pau.

Surprise yang kedua, sebelum menjadi chef, Dale tergila-gila pada dunia seni musik dan bahkan bersiap kuliah ke Jerman untuk menekuni jurusan musik. Namun rencana itu tak terlaksana. Takdir malah membawanya ke Australia. Penggemar masakan Indonesia di Melbourne pun beruntung jadi bisa menikmati aneka ragam masakan Minang racikan Dale. 

“Kalau aku boleh bilang, memasak itu juga adalah sebuah seni,” ujar Dale diplomatis. Sebagaimana musik yang harus harmonis, memasak pun demikian. Takarannya harus pas agar dapat menghasilkan makanan yang enak.

First Love

Sebelum menggeluti dunia musik, ternyata memasak adalah cinta pertama Dale. 

“Dulu kelas lima atau enam SD saya sempat bercita-cita jadi chef,” kenang Dale. Di mata Dale kecil, dapur dengan berbagai macam peralatan masak terlihat seru dan membuatnya tertarik ingin mencoba memasak. Beruntung keluarganya sangat suportif, terutama bundanya. Indah, ibunda Dale, bersama suaminya, Stuart, dan Dale sendiri adalah founder di balik berdirinya Dale La Pau. 

Dale bersyukur saat ia kecil, ibundanya tak pernah mereka melarangnya ‘main’ ke dapur. Bahkan keluarganya ikut menikmati hasil masakan Dale dan tak pernah mencelanya.

“Sekalipun masakanku keasinan, keluargaku tetap menghargai dan memakannya. Dari situ timbul semangat dan kepercayaan diri untuk terus memasak.” 

Di kala remaja, Dale sempat berpaling ke dunia musik dan melupakan hobi memasaknya sama sekali. Tanpa dinyana, pandemi datang dan malah mengantarnya menjadi chef, seperti cita-cita masa kecilnya.

Masih ‘Bayi’

Seperti kebanyakan dari kita, lockdown memberi Dale banyak waktu untuk memasak dan mencoba menu-menu baru. Cintanya pada dunia memasak bersemi kembali. Dan kali ini tak hanya sekedar hobi, tapi menjadi peluang bisnis baginya.

Awalnya Dale mencoba menjual makanannya secara online dengan sistem pre-order. Menu pertama yang ia jual adalah Tongseng Iga Bakar. Mendapat sambutan hangat dari teman-temannya, ia pun menambah menu-menu lain dalam kreasi masakannya. Peminat masakan Dale semakin banyak, terutama permintaan untuk membuka restoran dengan menu masakan Minang. Akhirnya bersama bunda Indah dan ayah tirinya Stuart, Dale pun membuka café Dale La Pau.

Berdiri pada akhir Januari, Dale La Pau bagaikan newborn yang masih membutuhkan perhatian ekstra dari Dale dan para founder lainnya. Dale, utamanya, seringkali menghabiskan waktu hingga larut malam di dapur cafe nya. Apakah masih ada waktu untuk musik? Dale mengaku ia membawa gitarnya dari rumah. 

Sate padang ala Dale la Pau

“Kadang-kadang kalau ada waktu agak senggang, misalkan saat memasak rendang kan butuh waktu lama, aku nunggunya sambil main gitar,” katanya.

Meski seluruh waktunya tersita untuk café, Dale menikmati kesibukannya saat ini. Ke depannya ia berharap, “Semoga semakin banyak orang yang mengenal dan menyukai makanan di Dale La Pau, dan semoga di masa yang akan datang bisa menjadi restoran Minang terbaik di Melbourne.”

Teks: Rika Asri 

Foto: Gandiva Wisanjaka