Bisnis dan Popularitas

Daru-ozip

Kian populer produknya, makin menjamur bisnisnya di Australia. Di negara dimana industri jasanya kini tengah naik daun ini, bisnis restoran tergolong masih lumayan (jika tidak bisa dibilang amat) menjanjikan. Menilik kebutuhan dan selera makan masyarakat Australia, bisnis makanan boleh dibilang “tidak ada matinya”. Yang pasti, semua orang butuh makan. Menu masayarakat Australia semakin beragam dengan hadirnya masakan-masakan Asia. Jumlah rumah makan, depot, kedai, warung, atau apapun nama sejenisnya bernuansa Asia yang menyuguhkan masakan masing-masing bangsa terus bertambah.

 

Popularitas masakan Asia di Australia terus meningkat. Restoran-restoran Cina dan India, contohnya, banyak ditemui di berbagai wilayah, sampai yang cukup ke pelosok sekalipun. Masyarakat Australia memperoleh bermacam pilihan ragam masakan bukan hanya dari kedua negara Asia tersebut dan bisa memilih bersantap di rumah makan kelas atas hingga warung kelas take-away. Selain masakan Cina dan India, masayarakat Australia juga kian akrab dengan masakan-masakan asal Thailand, Jepang, Malaysia, Vietnam, Korea, Indonesia dan Srilangka.

 

Kalau kita mau sekedar membuat peringkat, sebagaimana termuat dalam satu blog yang didedikasikan untuk seni dan budaya Asia-Australia, diantara masakan bangsa-bangsa Asia, posisi masakan Indonesia ada di urutan bawah dalam 10 besar. Di bilangan Asia Tenggara, masakan Indonesia berada di belakang Thailand, Malaysia dan Vietnam. Masakan Thailand (setelah Cina dan India, masing-masing peringkat pertama dan kedua) dan Malaysia (setelah Jepang yang bertengger di urutan keempat) masuk 5 besar masakan terpopuler di Australia.

 

Beberapa dekade belakangan ini, popularitas masakan Thailand terlihat melejit, bersaing dengan masakan Cina dan India di Australia. Berdasarkan data yang diambil dari Universitas Sydney, jumlah bisnis restoran Thailand mencapai lebih dari tiga ribu dan seperempatnya berlokasi di Sydney. Di luar Thailand, populasi orang Thailand di Sydney tercatat terbesar kedua setelah Los Angeles, Amerika Serikat.  

 

Lantas, bagaimana halnya dengan restoran Indonesia? Jumlahnya memang ternyata tidak sebanyak restoran Thailand. Diperkirakan, jumlah restoran Indonesia di Australia tidaklah mencapai seribu. Kendati Bali adalah tujuan wisata yang lebih populer ketimbang Thailand bagi warga Australia, tetapi Indonesia tampaknya tidaklah demikian. Begitupun dengan masakan Indonesia, kurang populer dan kalah mendunia dibandingkan dengan masakan Thailand. Sementara, masakan Bali lebih tidak populer lagi dan jumlah restorannya tidak banyak pula. Padahal, letak Indonesia lebih dekat ke Australia daripada Thailand.

 

Popularitas masakan bukanlah satu-satunya yang menentukan kehadiran bisnis restoran dari negara Asia tertentu. Populasi asal suatu bangsa di Australia juga berperan dalam hal ini. Orang-orang Cina dan India adalah dua kelompok bangsa Asia terbesar. Jumlah mereka yang besar ini turut mendorong berdirinya bisnis-bisnis restoran Cina dan India di Australia. Namun, jumlah orang Thailand dan Jepang tidaklah banyak di berbagai wilayah Australia. Toh, masakan-masakan asal Thailand dan Jepang hampir menyaingi kepopuleran masakan-masakan Cina dan India.

 

Berbeda dengan restoran Cina atau India, banyak restoran Thailand dan Jepang yang dikelola dan diawaki oleh orang-orang non-Thailand dan Jepang. Orang-orang Cina dan India, selain bangsa Anglo, juga berada di belakang sejumlah bisnis restoran Thailand dan Jepang. Dari pengamatan sekilas, mereka yang bekerja sebagai manajer dan bahkan juru masak (chef) di restoran-restoran ini tidaklah selalu orang-orang Thailand dan Jepang. Sedangkan restoran-restoran khas Indonesia (atau Bali) pada umumnya dikelola dan diawaki oleh orang-orang Indonesia, yang jumlahnya juga tidak banyak di Australia. Kurangnya jumlah restoran Indonesia di negara ini dikarenakan tidak terdukung baik dari sisi popularitas masakan maupun populasi warganya.

Satu hal lain yang ikut menentukan belum cukup banyaknya restoran Indonesia dibandingkan Cina, India, Thailand, atau Jepang di Australia adalah budaya kewirausahaan di kalangan orang-orang Indonesia yang bermukim di Australia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan orang Indonesia lebih memilih menjadi profesional ketimbang wirausahawan/wati. Berbisnis memang kompleks, dan masih kurangnya popularitas dan populasi membuat persaingan tersendiri dalam bisnis restoran Indonesia di sini.

 

.

Hendrarto Darudoyo

Praktisi Bisnis