Victoria Kini Punya Balai Bahasa dan Budaya

Setelah berproses lebih kurang dua tahun, Balai Bahasa dan Budaya Indonesia Victoria dan Tasmania (BBBIVT), kini diresmikan. Bertempat di gedung Sydney Myer Asia Centre Melbourne University, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) RI Prof. Ronny Rachman Noor, memotong tumpeng sebagai tanda peresmian. Atdikbud yang berkedudukan di Canberra itu menyerahkan potongan tumpeng kepada Mr. John Richardson, State Director, DFAT.


“BBBIVT bukan organisasi payung,” ujar Ketua BBBIVT Tata Survi. “Ini adalah organisasi nirlaba yang didirikan oleh para sukarelawan yang berinisiatif untuk memperkenalkan keanekaragaman Indonesia kepada Australia,” lanjutnya. Selain itu, menurutnya, balai ini akan mempromosikan bahasa dan kebudayaan Indonesia, menyediakan informasi dan pemahaman yang memadai tentang Indonesia secara positif.

 

Ketua BBBIVT Tata Survi-Bagi para pegiat bahasa dan budaya, Indonesia dan Australia sebenarnya belum benar-benar saling mengenal dengan baik satu sama lain. Terkesan ada anggapan bahwa tahu dan kenal itu sama. Jika sudah tahu, maka sudah dianggap cukup, tidak perlu lagi upaya untuk saling mengenal lebih mendalam. Selama ini diakui belum ada upaya yang sama-sama kuat untuk saling memahami mengenai bahasa dan budaya kedua tetangga dekat ini.

 

Belajar dan menghafal kosa kata saja tidak cukup jika tidak diiringi dengan belajar menggunakannya dalam konteks yang berbeda. Begitu pula belajar tentang Indonesia harus diikuti dengan pemahaman yang utuh tentang apa dan siapa itu orang Indonesia, sebagai pemakai bahasanya. Itulah yang ingin disediakan oleh balai ini. “Kami ingin menampilkan keragaman Indonesia secara utuh dan jelas untuk dapat membukakan mata agar bisa memahami dan mengerti Indonesia dari sudut pandang Indonesia,” papar Tata.

 

Sementara itu acting Konsul Jenderal RI Ita Puspitasari merasa senang pengajaran bahasa Indonesia di Victoria lebih maju dibandingkan dengan di negara bagian lain di Australia. Bahkan kondisinya lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga memiliki pelajaran bahasa Indonesia dalam sistem mereka. Saat ini, Bahasa Indonesia yang diajarkan di 261 sekolah negeri, 47 sekolah swasta, dan setidaknya 20 sekolah Katolik di seluruh Victoria. Di tingkat pendidikan tinggi, bahasa Indonesia yang diajarkan di empat universitas: Melbourne University, Monash University, Deakin University, dan Latrobe University.

 

“Berdasarkan publikasi yang dirilis oleh Departemen Pendidikan dan Anak Usia Dini (Mei 2014), Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling banyak diajarkan di sekolah-sekolah dasar dan menengah negeri dengan 52,725 siswa yang mempelajarinya,” ujar Ita dalam sambutannya.

 

Salah satu tantangan yang dihadapi, menurut Ita, ialah meningkatkan kemampuan guru bahasa Indonesia yang bukan orang Indonesia. Oleh karena itu, ia berharap BBBIVT dapat menjawab tantangan tersebut, selain upaya-upaya untuk mempromosikan budaya Indonesia.

 

Kehadiran balai ini diharapkan semakin memperkuat “suara Indonesia” dalam kehidupan warga Victoria dan Tasmania. Didukung oleh para pengurus yang sudah memiliki rekam-jejak yang baik dalam mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia selama ini, harapan besar memang layak untuk disematkan kepada BBBIVT.

Maria Obrowski, guru bahasa Indonesia, membawakan Tari Merak.

Tim Ozip