Memaknai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75

Sejak dulu, aku selalu diajarkan bahwa momen ulang tahun kemerdekaan negeri ini bukan hanya sekadar perayaan tetapi juga momen untuk memaknai perjuangan luar biasa yang telah dilakukan oleh pendahulu kita. Sebagai seorang pelajar, aku memaknainya dengan cara belajar dengan tekun. Aku sangat yakin dan telah membuktikan bahwa belajar dengan sungguh-sungguh dalam 16 tahun karierku sebagai seorang pelajar sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi membuahkan hasil dengan banyaknya peluang yang kutemui untuk menjadi orang dewasa yang lebih mandiri dan mampu berkontribusi untuk negeri. Aku bersyukur dan berterimakasih kepada keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat sehingga aku bisa melewati setiap kesulitan yang kutemui dalam kehidupan akademik maupun kehidupan sehari-hari. “Tetap semangat” sebuah frasa kata yang singkat dari ayahku, selalu terngiang dalam pikiranku saat di masa-masa sulitku di sekolah. “Tetap semangat” membuat kita terus berjuang mencari jalan keluar ketika tidak bisa memecahkan persoalan sendirian. Karena api semangat dalam diri kita akan berusaha membuat kita bisa melihat cahaya yang menuntun pada jalan keluar di tengah kegelapan kesulitan. Aku merasa api semangat dan tekad kita, bisa membuat lingkungan sekitar juga bereaksi yang pada akhirnya membuat semesta pun bisa ikut bekerja untuk membantu melalui cara yang tidak disangka-sangka. 

Kecintaan pada ilmu akan menaklukkan batas geografis, kecintaan pada ilmu membuatmu mampu melakukan perjalanan waktu, contohnya ketika kamu belajar sejarah dunia dan sejarah bangsa ini. Banyak hal-hal menakjubkan yang kudapati ketika belajar berbagai hal baru. Oleh karena itu, aku setuju bahwa aku, kamu, dan kita yang telah dianugerahkan waktu dan kesempatan untuk menuntut ilmu, mempunyai tanggung jawab untuk berbagi dengan yang lainnya. Hal ini menjadi penting agar kenikmatan dan kenyamanan yang kita dapatkan sebagai buah hasil dari menunut ilmu juga bisa dirasakan oleh orang lain terutama generasi muda penerus bangsa ini. Oleh karena itu, aku merasa menjadi seorang pendidik adalah pekerjaan yang luar biasa. Hatiku selalu terpanggil untuk ikut terlibat dalam usaha mencerdaskan anak-anak bangsa, terutama mereka yang berasal dari golongan yang kurang beruntung. Karenanya, saat mendapatkan kesempatan menjalankan program kreativitas mahasiswa aku memilih tema pemberdayaan masyarakat dengan cara memberikan pendidikan sains yang dibarengi eksperimen dan pembelajaran dengan berinteraksi lansung dengan alam pada anak-anak SD yang ada di kota Padang. Aku sadar, membantu pendidikan anak-anak yang kurang mampu bukanlah hal yang mudah, apalagi bagiku yang berstatus sebagai seorang mahasiswa kala itu. Aku sadar bahwa masih banyak kelemahanku dalam menata sebuah program pendidikan non-formal. Namun, aku pantang menyerah, selagi aku masih ada waktu, kesempatan dan dikelilingi oleh teman-teman baik, aku ingin menyalurkan energi positif ini sehingga aku juga membuka diri untuk ikut membantu mengajar anak-anak Indonesia yang kesulitan dalam pelajaran akademik mereka di sekolah. Meskipun dengan pembelajaran dan pengabdian yang singkat, aku tetap yakin itu bernilai sangat besar bagi adik-adik kita yang tidak punya kakak, orang tua, atau guru privat yang mampu membantu mereka seperti layaknya adik-adik yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Perjuangan ini masih berlanjut dan aku tidak akan menyerah untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan terutama di bidang pendidikan. Inilah caraku untuk memaknai kemerdekaan. Mari kita maknai kemerdekaan ini dengan mendayagunakan kekuatan dan kemampuan kita untuk ikut serta memberi kebermanfaatan yang dimulai dari komunitas kecil karena “big things often have small beginnings”. 

Mugni Bustari, gadis berdarah Minang ini sedang menempuh studi di Monash University dengan mengambil konsentrasi Master of Education in Expert Teaching Practice. Dia mempunyai passion yang besar di dunia pendidikan dan green movement yang dia coba wujudkan melalui social enterprise @Tasku.id.