Zoompetition-17, Lomba 17-an dalam Format Daring

Apa jadinya jika lomba 17 Agustus-an hadir dalam format daring (online)? Begitulah kira-kira kesan dari acara kreatif ini. Meski lomba 17-an acapkali disandingkan dengan perlombaan makan kerupuk atau panjat pinang, acara yang dilaksanakan secara daring ini mampu memberikan nuansa semarak lomba-lomba tadi.

Pandemi membuat banyak acara kreatif bermunculan. Selalu saja ada ide baru terutama dari anak muda. Salah satunya adalah Zoompetition-17. Zoompetition-17 sendiri adalah bentuk kolaborasi anak muda yang tergabung dalam PPIA Swinburne, PPI Sarawak, Young Indonesian Muslim Student Association (YIMSA), dan juga organisasi sosial di bidang pendidikan, Home Academy. Kolaborasi meriah anak muda inilah yang mampu menciptakan sinergi positif. Sesuai namanya, Zoompetition diadakan melalui platform aplikasi Zoom Video Conference, yang mulai digunakan di banyak kegiatan daring selama pandemi.

Diadakannya Zoompetition-17 sendiri dilatarbelakangi oleh beberapa alasan: minimnya perhatian untuk bakat seni dan budaya para pelajar di Indonesia dari peniadaan pelajaran seni akibat pecahnya pandemi COVID-19, sekaligus sebagai sebuah persembahan di ulang tahun Indonesia ke-75. Para penggagas kegiatan ini juga menyadari bahwa pelajaran seni kerap hadir sebagai pelajaran “sekunder” saja. Berangkat dari alasan mulia inilah, Zoompetition-17 diadakan sebagai sebuah ruang untuk mengasah kemampuan non-akademik pelajar. 

Dengan panitia dan peserta yang tesebar di 3 negara, Indonesia, Malaysia, dan Australia, acara Zoompetition-17 yang baru pertama kali diadakan ini berlangsung dengan lancar. Seperti lomba 17 Agustus-an pada umumnya yang berlangsung dalam beberapa hari, acara Zoompetition-17 juga berlangsung dalam 3 hari yang terpecah dalam lomba membaca puisi, lomba menyanyi, dan acara seremonial, dengan menargetkan peserta sejumlah 100-200 siswa SMA/SMK se-Indonesia. Animo dari pelajar pun terlihat masif dengan banyaknya siswa-siswi yang ikut andil dalam mengirimkan karya terbaiknya. 

Sabtu 22 Agustus, pukul 10.00 WIB, dipilih menjadi tanggal dan waktu perlombaan untuk baca puisi. Pada hari pertama acara, Konsul Jenderal Indonesia untuk Kuching, Malaysia, memberikan sambutan sekaligus membuka acara secara resmi.

Dalam sambutannya, bapak Yonny Tri Prayitno, selaku Konjen KJRI Kuching mengungkapkan dukungannya, “Saya menyambut baik, positif sekali. Kita mengalihkan dari sebuah bencana COVID ini menjadi sebuah aktivitas yang tetap berjalan dengan baik. Para generasi muda yang memang berapi-api dan saya hargai, karya untuk membuat semangat untuk adik-adik kita di SMA yang ada di daerah. Senang sekali saya.”

Tidak hanya itu, Konjen KJRI Kuching juga berharap untuk diadakannya perlombaan di Sarawak jika pandemi sudah berlalu. “Bahkan saya ingin kita, kalau bisa kembangkan lagi di luar selesainya masa pandemi ini, kita tunggu takdir Tuhan. Mudah-mudahan ini tidak berapa lama. Kalau boleh kompetisinya di Sarawak. Ayo kita datang ke Sarawak,” harapnya. “Kita tantang. Kita tantang di sini artinya kita mulai mempersiapkan diri dari sebuah karya secara virtual masuk menjadi karya yang real. Katakan ini pemanasan, nanti kita tantang lagi, saat kita sudah boleh masuk (ke Kuching), ayo KJRI punya halamam luas banget. Kita bisa pakai untuk undang masyarakat Kuching di sini,” ujarnya lagi dengan semangat. 

Kendati beberapa orang peserta mengaku mendapatkan masalah selama Zoom meeting berlangsung seperti masalah sinyal, namun acara mampu berlangsung dengan baik hingga akhir. Meski acara sampai malam hari, tidak menyurutkan gelora dari para peserta maupun panitia. 

Acara inti dimulai dengan pemutaran video TOP 20 yang telah dikirimkan oleh peserta sekaligus penjurian oleh juri. Yang dimana akan dipilih 5 kandidat untuk unjuk gigi dan menampilkan secara live bakatnya. Dari 5 finalis, dipilih 3 orang yang berhak menyandang gelar juara dan mendapatkan hadiah yang dimana diumumkan di akhir acara. Selama menunggu penjurian untuk menentukan pemenang, panitia mengadakan game yang memperebutkan 50 ribu rupiah. Quiz sederhana tentang trivia kemerdekaan Indonesia ini diikuti dengan antusias oleh peserta. 

Pada acara lomba puisi, Moch. Sofyan Sauri, siswa SMK IPTEK Cilamaya, berhasil keluar sebagai pemenang mengalahkan kompetitornya yang lain. Disusul oleh Indri Ananda Hasanah dari SMAN 2 Kendari dan Nadia Islami Ikramullah, siswi SMA IT Al-Irsyad Islamiyyah Purwokerto di posisi dua dan tiga. 

Keesokan harinya, pada 23 Agustus di jam yang sama, lomba menyanyi dilangsungkan. Lagu-lagu yang dipertandingkan pun adalah lagu yang mengandung semangat nasionalisnme di dalamnya yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh panitia. Susunan acara tidak berubah, mengikuti hari sebelumnya. Namun, ada yang menarik di lomba menyanyi, dimana panitia memilih TOP 21 alih-alih TOP 20. Hal ini dikarenakan dengan begitu ketatnya persaingan talenta-talenta di antara pelajar, alih-alih memilih TOP 20 saja, panitia akhirnya harus memilih 21 finalis untuk maju ke tahap penjurian oleh dewan juri.

Dengan banyaknya talenta-talenta berbakat dari penjuru negeri, membuat penjurian semakin alot. Ketatnya persaingan di lomba menyanyi menelurkan 5 juara. Fairuz Sakinah dari SMK 47 Jakarta akhirnya berhasil menyabet juara satu. Di tempat kedua sampai ke-5 ditempati oleh Fauziah Rahma (SMA N 1 Cibadak); Ivana Adence Mandosir (Semesta BBS); M. Rafie Wiradastinata (SMAN 1 Kebumen); dan terakhir Muhammad Kinan Ibrahim (Telkom Bandung).

Selain dua lomba di atas, Zoompetition juga menambahkan satu pertandingan lagi dalam rangkaian kategori lombanya: lomba menyampaikan aspirasi. Dimana Shefilla Saka Wardani dari SMA N 6 Purworejo, menjadi satu-satunya pemenang di kategori ini. 

Berselang satu minggu sejak diadakannya dua lomba tadi, pada tanggal 29 Agustus, perayaan sekaligus seremonial pembagian hadiah untuk para pemenang sebagai rangkaian akhir dari acara Zoompetition-17 ini dilaksanakan. Dengan konsep “seru-seruan”, panitia telah menyiapkan game dari platform Quizziz dan mengundang para juara untuk turut hadir dan ikut bermain. Sebagai acara pamungkas dari Zoompetition-17, tidak ketinggalan acara foto bersama. 

Sebagai bentuk apresiasi, seluruh juara dan juga finalis TOP 20 dan TOP 21 akan mendapatkan sertifikat yang langsung ditandatangani oleh bapak Konjen KJRI Kuching sendiri. “Kita buatkan sertifikat dari KJRI. Nanti kita kirim melalui online. Atas nama konsulat jenderal nanti kita kirimkan sertifikat. Kita tetap hargai semua (baik peserta maupun pemenang). Sebagai pertanda kita mendukung kegiatan kalian semua”, tutur Bapak Konjen Yonny Tri Prayitno.

Zoompetition-17 membuktikan bahwa lomba 17 Agustus-an bisa dilaksanakan di tengah pandemi dengan konsep acara yang matang dan kreatif. Semoga acara ini bisa memotivasi diadakannya acara serupa di masa yang akan datang.

Teks: Mutia Putri

Foto: Zoompetition-17