Workshop Temu Lawak Day 1 – Kreatif dalam Berskenario dan Bisnis

Di samping menampilkan pentas seni Lalui, Temu Lawak 2021 juga hadir dalam bentuk workshop yang bertujuan menempa sisi kreatif generasi muda. Hal ini tercermin dalam webinar pada hari Jumat (19/11/2021) yang mengundang penulis ternama Raditya Dika dan wirausahawan Putri Tanjung. 

Rangkaian webinar juga sempat dihadiri oleh Bapak Konjen Kuncoro Giri Waseso yang turut memberikan kata sambutan. “Kita berharap teman-teman semua tetap aktif dan kreatif di dunia yang terus berubah ini,” ujarnya. 

Raditya Dika hadir dalam segmen lokakarya penulisan skrip yang bertajuk “Elevate Your Creativity”, dimana ia berbagi ilmu dalam penulisan skrip dalam konteks layar kecil, seperti sebuah webseries. Oleh karena itu, ia banyak menarik contoh dari skrip Webseriesnya Radit yang tayang di YouTube awal tahun ini. 

Salah satu langkah yang digarisbawahi oleh Radit dalam menulis skrip adalah persiapan sebelum menulis skrip tersebut. “Ide yang baik datang dari keresahan,” paparnya. 

Ia lalu mengambil contoh dari karya-karya miliknya: webseries Malam Minggu Miko yang berasal dari suka-duka kehidupan percintaannya serta film Kambing Jantan yang berasal dari kegelisahannya ketika kuliah di Adelaide. 

Menilik dari Webseriesnya Radit, Radit memetakan penulisan skrip menjadi beberapa bagian: menciptakan karakter dengan sifat uniknya, membuat premis cerita, dan membagi pembabakan dalam cerita. 

Bagi Radit, karakter dalam sebuah cerita skrip yang biasa ia tulis memiliki tiga elemen, yaitu needs (kebutuhan), wants (keinginan), dan traits (sifat). Setiap tokoh dalam cerita memiliki sifat yang berbeda-beda, namun lebih sering sifat yang berbeda ini memiliki keterkaitan dengan cerita. 

Premis cerita menurut Radit dapat dijelaskan sebagai satu kalimat yang menggambarkan cerita. Formula premis dijabarkan oleh Radit sebagai sebuah karakter yang memiliki tujuan namun harus menghadapi sebuah halangan besar dalam cerita. 

Pembabakan cerita adalah penjabaran lebih lanjut dari premis yang ditetapkan di awal cerita. Dalam sebuah webseries yang cenderung memiliki cerita terisolasi dan durasi relatif pendek, pembabakan cerita terbagi menjadi tiga babak: intro, konflik, dan konklusi.  Introduksi cerita biasanya memperkenalkan permasalahan dalam cerita, konflik berisi usaha agar tujuan karakter tercapai, dan konklusi menyimpulkan usaha karakter dalam cerita tersebut. 

Tidak hanya itu, Radit juga berbagi sisi lebih teknis dalam penulisan skrip, seperti perbedaan mendasar antara skrip atau sebuah novel. “Hanya tulis yang kita bisa lihat di layar,” ujarnya.

Sementara itu, Putri Tanjung berbagi kiat menjadi seorang creativepreneur dalam segmennya yang berjudul “Becoming a Creativepeneur in the Ever-changing Era”. Seperti diketahui, Putri adalah seorang Staf Khusus Presiden sekaligus pengusaha yang bergerak di industri kreatif. 

Berbicara soal kreatif, definisi kreatif bagi putri tidak selalu berhubungan dengan seni. “Orang kreatif harus selalu penasaran sama hal-hal baru,” katanya. “Menurut aku, kreativitas lebih ke cara berpikir dan juga cara menyelesaikan semua masalah.” 

Dalam kiprahnya sebagai seorang creativepreneur yang mendirikan bisnis sendiri, Putri menganggap membuat bisnis tidak berbeda jauh dengan lari maraton. “Being an entrepreneur is a never ending process,” jelasnya. 

“Maka dari itu, kita harus berpikir bagaimana caranya kita membuat bisnis yang sustainable,” lanjutnya. Dalam membangun bisnis yang sustainable, Putri menggarisbawahi pentingnya terus berkreasi, berkolaborasi, dan mengetahui nilai lebih dari bisnis tersebut.

Namun, menjalankan usaha kreatif nilai lebih dari usaha pesaing tidak cukup; hubungan dengan pelanggan atau calon pelanggan juga penting. “Customers ingin melihat brand yang punya value yang sama dengan mereka,” kata Putri. “Jaman sekarang usaha itu sudah seperti manusia, punya beliefs, values, dan promises.

“Tapi ketika kita sudah tahu aspek itu dari usaha kita, jangan cuma ditulis, tapi ada juga aksi nyatanya.” 

Namun, Putri juga menyadari kalau tidak semua generasi muda bisa dan harus menjadi seorang pengusaha. Kendati demikian, pola pikir seorang creativepreneur dianggapnya menjadi aset berharga bagi generasi muda dalam segala bidang. Selain itu, Putri juga memaparkan soft skills berharga seperti kemampuan berkomunikasi dan emotional intelligence yang baik. 

“Yang paling penting adalah mau belajar hal baru,” tutup Putri. “Aku pun juga masih belajar dari pengalam orang lain, bagaimana proses jatuh bangun mereka dalam membangun usaha.” 

Teks dan foto: Jason Ngagianto