Webinar Bincang Santai Menyongsong Fase COVID-19 Baru

Menyambut pergantian strategi pemerintah Victoria dalam menangani COVID-19, Madania Foundation mengadakan webinar ZOOM berjudul “Era Baru Realitas COVID di Australia: Tantangan dan Harapan” untuk membahas isu ini pada hari Minggu (19/9/2021).

Webinar ini merupakan sebuah kolaborasi Madania dengan Muslim Health Professionals Australia (MHPA), Indonesia Muslim Community of Victoria (IMCV), dan KJRI Melbourne. Adapun webinar ini juga mengundang perwakilan dari organisasi tersebut sebagai panelis; Teguh Iskanto selaku presiden IMCV, Dr. Mohammad Gadi selaku perwakilan Melbourne dalam MHPA, dan bapak Konjen Kuncoro Giri Waseso dari KJRI Melbourne. 

Selain itu, webinar ini juga mengundang testimoni diaspora Indonesia yang berpengalaman secara langsung menghadapi COVID-19, mulai dari registered nurse hingga keluarga-keluarga penyintas COVID-19. 

Tentu saja, masa-masa terjangkit COVID-19 bukanlah masa yang menyenangkan, begitu ungkap mas Icky, salah satu anggota keluarga penyintas COVID-19. Meskipun begitu, ia mengungkapkan bahwa lebih banyak masalah berasal dari beban mental ketika terkena COVID-19 dibandingkan masalah kesehatan fisik. 

“Lebih banyak ke psikologis sebenarnya,” cerita mas Icky yang harus menjalani isolasi selama lima minggu. “Sebelumnya saya pernah terkena flu dan gejalanya lebih parah, tapi karena tahu [ini] COVID-19 jadi takut.”

Lain halnya dengan penyintas lain yang dikenal dengan sapaan mas Frederick yang sempat masuk rumah sakit, dimana ia harus dirawat selama hampir dua minggu, lima hari dari itu dirawat di ICU. “Symptoms-nya [awalnya] lebih ke masuk angin,” ceritanya. 

Selain itu, ada ibu Nungky yang sempat berada di garda depan penanganan COVID-19 sebagai seorang registered nurse, lebih tepatnya sebagai seorang community support worker. Karena pekerjaan ibu Nungky mengharuskannya berinteraksi dengan banyak warga lansia, kewaspadaannya terhadap COVID-19 tergolong tinggi. 

“Saya langganan swab test PCR karena pengen make sure banget saya safe,” ujar ibu Nungky. “Penting kita di-vaccinated karena selain melindungi kita sendiri, juga untuk melindungi mereka.” 

Di sisi lain, Dr. Gadi mengonfirmasi pergantian strategi pemerintah Victoria dalam mengatasi COVID-19 yang sebagian besar disebabkan oleh munculnya varian Delta COVID-19 yang lebih berbahaya. “Penularannya seperti cacar air dan penyebarannya melalui udara, bukan melalui droplet,” jelas Dr. Gadi. “Kita akan selalu tertinggal oleh varian penyakit ini.” 

Akibatnya, sistem perawatan kesehatan di Victoria kewalahan menangani situasi baru ini, dimana mereka bisa kedapatan mengurus 500 kasus dalam sehari. “Kalau gak direm, healthcare system akan collapse, karena korban COVID-19 bukan hanya yang terkena langsung COVID-19 saja,” papar Dr. Gadi merujuk ke pasien penyakit lain non-COVID. “Maka tujuannya adalah bukan untuk takut akan COVID, tapi berusaha semaksimal mungkin untuk hidup dengan COVID.” 

Para penyintas COVID-19 juga berbagi tips dalam menyikapi vonis positif COVID-19. “Jika teman-teman mengalami COVID-19, jangan takut atau malu, karena COVID bukan aib,” tukasnya. “Komunikasikan kepada komunitas dan Konjen, karena dari situlah bantuan berasal.” 

Sementara itu, Dr. Gadi menutup webinar dengan pesan bahwa perjuangan melawan pandemi masih belum selesai. “Pandemi ini mengajarkan kita untuk lari marathon, bukan sprint,” pesannya. “Perjalanan masih panjang.”

Teks dan foto: Jason Ngagianto