Tarian Musim Dingin

Konser Lenggok Geni#OZIP
Seluruh penampil Konser Lenggok Geni berpose bersama.

Neng Yanti Khozana

Daun-daun memerah, lalu berubah coklat dan akhirnya berguguran. Pohon-pohon berdaun merah itu tampak indah, berjajar dengan manis, semanis para penari yang kami tonton siang itu. Pepohonan berdaun merah itu berjejer menyambut langkah-langkah kami menuju sebuah gedung pertunjukan di wilayah Clayton, yang terletak tepat di sebelah perpustakaan umum. Matahari pun turut tersenyum riang siang itu meski dingin tetap terasa menusuk tulang.

Di antara musim dingin yang mulai semakin dingin itulah sebuah komunitas tari bernama Lenggok Geni, memberikan kehangatan dengan sebuah persembahan yang istimewa: sajian tarian Nusantara bertajuk Kangen Indonesia. Pagelaran tari dari berbagai daerah di Indonesia itu dirangkai dalam sebuah cerita tentang kerinduan dan kekaguman seorang pemuda kepada tanah airnya, tanah kelahirannya, Indonesia.

Tari Pakarena#OZIP
Tari Pakarena dari Sulawesi.

Iringan musik disertai gerakan lincah nan gemulai dan rancak dari para penari cilik Minang Saiyo yang membawakan tari Pasambahan dari ranah Sumatra menjadi pembuka acara siang itu, sebagai ucapan selamat datang kepada para tamu. Lalu berturut-turut disajikan tari asal Jawa Barat, Kembang Tanjung yang dibawakan sanggar Widya Luvtari. Tarian kontemporer Lenggang Jakarta yang mengambil gerakan-gerakan dasar tari betawi dibawakan dengan lincah oleh para penari Lenggok Geni. Ada tari pendet oleh anak remaja berbakat Reza. Yang paling aktraktif tentu tari Sayong oleh Maria sang penari, ada juga Serampang duabelas, Kipas Pakarena, Lengger Lenggasor dan ditutup oleh tarian Aceh, Likok Pulo dari grup Lenggok Geni.

Yang mengagumkan adalah sebagian besar para penari sekaligus penyelenggara event ini adalah para student yang tengah sibuk belajar dengan seabrek tugas dan kegiatan yang menyita. Tentu ada juga penari profesional seperti Maria Leeds dan para penari Sanggar Widya Luvtari. Para penari Lenggok Geni ini berlatih keras selama kurang lebih 3 bulan untuk menyajikan penampilan terbaiknya siang itu.

Bule menari Jawa#OZIP
Seorang penari bule yang lincah menari Jawa.

Tak hanya itu, hal keren lainnya adalah mereka mengupayakan semuanya sendiri, mulai dari menyusun konsep acara, membawakan tarian, bahkan mencari uang sendiri demi terselenggaranya kegiatan ini. Mereka melakukan fund raising dengan cara berjualan makanan selama 2 kali. Bayangkan, mereka sibuk berbelanja, memasak, menjual masakannya sendiri untuk mengumpulkan uang. Berlatih berminggu-minggu. Lalu, tersajilah berbagai tarian apik siang itu. Semuanya tentu perlu dedikasi, kesungguhan, dan pengorbanan. Sungguh salut tak terkira dengan segala jerih payah dan usaha teman-temanku itu. Untuk mempromosikan kekayaan budaya nusantara sekaligus mengobati rasa kangen para musafir di Melbourne ini pada tanah airnya, Indonesia.

Tari Lenggok Jakart#OZIP
Tari Lenggok Jakarta.

Sesaat setelah sajian penutup Likok Pulo selesai dibawakan dan diikuti nyanyian Tanah Airku, tak terasa ada yang mengambang di pelupuk mata. Rasa haru dan bangga tak terkira pada negeriku, Indonesia, pada kekayaan budaya dan keseniannya.

 

Tanah Air Ku Tidak Kulupakan

Kan Terkenang Selama Hidupku

Biarpun Saya Pergi Jauh

Tidakkan Hilang Dari Kalbu

Tanah Ku Yang Kucintai

Engkau Kuhargai

 

Walaupun Banyak Negeri Kujalani

Yang Mahsyur Permai Di Kata Orang

Tetapi Kampung Dan Rumahku

Disanalah Ku Rasa Senang

Tanah Ku Tak Kulupakan

Engkau Kubanggakan

 

Tanah Air Ku Tidak Kulupakan

Kan Terkenang Selama Hidupku

Biarpun Saya Pergi Jauh

Tidakkan Hilang Dari Kalbu

Tanah Ku Yang Kucintai

Engkau Kuhargai

 

Sampai jumpa dalam pagelaran Lenggok Geni selanjutnya!

Foto: dok. OZIP