Tahukah OZIPmates bahwa dalam kalender internasional kita memiliki hari kebahagiaan khusus yang diperingati setiap tahunnya? Setiap tanggal 20 Maret sejak tahun 2012, Majelis Umum Perserikatan Bangsa–bangsa (PBB) menetapkan hari tersebut sebagai Hari Kebahagiaan Sedunia. Lebih lanjut, kebahagiaan dan kesejahteraan setiap orang tentu berperan penting dalam perumusan tujuan kebijakan publik. Tak hanya itu, diperlukan juga pendekatan yang lebih inklusif, adil, dan seimbang, untuk pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan demi kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh umat manusia.
Ide perayaan ini muncul diprakarsai oleh Jayme Illien yang merupakan seorang filantropis asal India. Hal ini kemudian didukung oleh Ban Ki-moon, sekretaris jenderal PBB saat itu. Kemudian, Illien menerima dukungan dari 193 negara anggota PBB untuk menjadikan tanggal itu sebagai jadwal tahunan resmi pada kalender PBB. Maka pada 28 Juni 2012, resolusi PBB terkait pencanangan hari itu diterima dengan suara bulat oleh negara-negara anggota PBB. Hari Kebahagiaan Sedunia pun pertama kali dirayakan tanggal 20 Maret 2013.
Menariknya secara kebetulan, sekitar tanggal 20 Maret terjadi sebuah momen “ekuinoks vernal” yang terjadi di belahan bumi utara. Fenomena alam ini ditandai dengan dimulainya musim semi astronomis. Dalam pidatonya di Hari Kebahagiaan dunia tahun 2017, Illien memberi perumpaan bahwa datangnya musim semi itu sebagai periode pembaharuan dan awal yang baru untuk semuanya.
Sejak 2012, PBB mengeluarkan indeks kebahagiaan sedunia. Dalam laporan terbaru dari World Happiness Index yang dirilis tahun lalu, Indonesia berada di peringkat 82 dan naik dari 2 poin dari posisi sebelumnya di level 84. Peringkat yang dipublikasikan oleh the Sustainable Development Solutions Network (SDSN) dan The Center for Sustainable Development, Columbia University itu mensurvei 149 negara. Data tersebut disusun berdasarkan pendekatan kombinasi dari beberapa indikator. Para responden diminta mengukur sendiri tingkat kebahagian mereka masing-masing, lalu para peneliti menambahkan indikator lain seperti indikator Produk Domestik Bruto (PDB), dukungan sosial, kebebasan pribadi, dan tingkat korupsi setiap negara.
Selama empat tahun berturut-turut, Finlandia dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia. Setelah Finlandia, 10 negara-negara paling bahagia di dunia secara berturut-turut adalah Denmark, Swiss, Islandia, Belanda, Swedia, Jerman, Norwegia, Selandia Baru, dan Austria. Banyak pakar menilai negara–negara tersebut dianggap terbahagia di dunia karena warganya yang memiliki sikap menghargai dukungan sosial yang kuat baik dengan sesama masyarakat maupun mendukung program–program pemerintah.
Di tengah situasi yang masih penuh ketidakpastian akibat efek pandemi yang belum usai maupun konflik antar negara, sangat penting juga untuk tetap menjaga kewarasan dan meminimalisir stres. Berikut hal–hal yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kebahagiaan dan fokus pada hal–hal yang bisa kita kontrol, antara lain:
1. Belajar untuk menerima diri
Manusia tentunya tidak pernah puas dan selalu merasa ada sesuatu yang kurang ketika melihat di sekelilingnya. Saat merasa diri sedang tidak bahagia, cobalah untuk menerima perasaan sedih tersebut terlebih dahulu. Lalu ambil jeda dengan berpikir dan melihat hal–hal baik yang masih bisa dilakukan. Selalu ingat bahwa pencapaian orang berbeda–beda dan kita bisa berpikir positif setelah itu.
2. Melakukan aktivitas journalling
Terkadang emosi juga perlu untuk disalurkan dan melalui aktivitas mencatat bisa membantu kita menuangkan segala pemikiran dalam bentuk tulisan agar diri kita bisa lebih memahaminya. Selain itu, hal ini juga membantu kita dalam meregulasi berbagai emosi baik senang maupun sedih yang membantu kita melepas perasaan stres.
3. Ciptakan lingkungan yang positif
Lingkungan sangat memengaruhi kita. Jadi, untuk bahagia dalam hidup, carilah lingkaran yang membuat kita semakin merasa positif dan antusias dalam menjalani kehidupan di sekitarmu. Pastikan orang-orang di sekitarmu selalu mendukung dan menyemangati daripada menjatuhkan.
4. Lebih banyak olahraga
Melakukan aktivitas fisik secara teratur akan mengeluarkan hormon bahagia dalam tubuh. Hal ini juga membantu kita untuk memiliki pikiran yang lebih jernih dan tubuh yang lebih sehat; seperti kata pepatah, men sana in corpore sano.
5. Ciptakan sendiri standar kebahagiaan kita
Kita hidup di tengah masyarakat yang berlomba–lomba untuk menjadi yang paling cepat termasuk dalam menentukan standar bahagia. Sehingga penting untuk memiliki rasa self-awareness agar tidak terjebak dalam pemikiran negatif seperti rasa cemas, takut maupun khawatir berlebihan.
Jadi jangan lupa untuk berbahagia ya 😊
Teks: Destari Puspa Pertiwi
Foto: Berbagai sumber