Mendalami Seni Berkomunikasi dan Networking Bersama N-cubation

Dinginnya cuaca akhir musim dingin di Melbourne CBD sungguh terasa ketika menapak kaki ke dalam elevator gedung 580 Collins Street. Namun, tanpa harus menunggu lama, Anda akan segera diarahkan menuju ke lantai sebelas dimana N-cubation tengah mengadakan acara talkshow bertajuk “The Art of Networking”. Selaras dengan topik acara, talkshow yang diadakan pada hari Selasa tanggal 13 Agustus 2019 ini mengangkat tema networking dan befokus kepada tips-tips untuk membuat sesi networking menjadi lebih efektif untuk setiap orang. Sesi tersebut menghadirkan dua orang pembicara – Diletta Legowo, Growth Marketing Associate di SPARK Deakin dan Ivan Tandyo, co-founder The 11th Space. Selepas akhir sesi awal networking, para tamu diundang untuk duduk sambil menikmati sesi talkshow sore hari itu.

Acara pertama dibuka oleh Kennie Kurniawan, Marketing Manager The 11th Space yang memperkenalkan latar belakang kedua pembicara. Acara kemudian dilanjutkan dengan poin penting pertama dalam seni berkomunikasi: mindful networking. Diletta mengingatkan para pengunjung agar tidak beranggapan bahwa networking hanyalah sebuah sesi yang sia-sia bagi pemula. Banyak hal yang dapat Anda lakukan agar pengalaman networking Anda menjadi lebih efektif dan berbuah hasil. Meskipun hasil yang Anda harapkan tidak selalu tercapai, selalu ada buah pelajaran yang dapat dipetik dari setiap sesi yang dihadiri.

Poin kedua yang perlu diingat dalam seni berkomunikasi adalah pentingnya kepercayaan. Relasi yang telah Anda bangun harus turut disertai kepercayaan yang kuat. Dengan demikian, relasi yang telah dibina akan semakin berkembang dan berbuah di masa yang akan datang. Ivan juga berkomentar bahwa kemampuan berkomunikasi sering dikategorikan sebagai sebuah soft skill, namun perlu diingat bahwa kemahiran berkomunikasi akan selalu diasah dan dikembangkan dalam setiap percakapan. Oleh karena itu, ia merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, bukanlah sebuah kemahiran yang dapat dikuasai dalam sehari. Yang penting, Anda harus selalu mengasahnya setiap kali Anda berbincang.

Jika Anda ingin bercerita tentang bisnis Anda, lebih baik Anda memulai cerita dengan menjawab pertanyaan yang paling penting – “Mengapa Anda memutuskan untuk memulai bisnis Anda?” Dengan demikian, Anda dapat menjual ide sembari meyakinkan orang lain akan tujuan dari bisnis yang Anda rintis. Ingatlah bahwa kata tanya “mengapa” merupakan salah satu kata tanya yang paling kuat dan penting di antara kata-kata tanya lainnya. Oleh karena itu, manfaatkanlah kekuatan dari kata tanya “mengapa” untuk meyakinkan orang-orang akan ide Anda.

Ketika ditanya mengenai hal yang paling penting dalam sebuah hubungan bisnis, Ivan menjawab bahwa hal yang paling utama dalam sebuah relasi bisnis adalah nilai tambah. Selalu ingat bahwa nilai tambah merupakan pendorong utama dalam kelangsungan bisnis apapun. Jika Anda hendak bekerja sama dengan seseorang, Anda harus dapat memberikan nilai tambah yang signifikan dalam hubungan tersebut. Dia pun menceritakan pengalaman pribadinya di masa awal berdirinya The 11th Space. “Ketika menjelaskan model bisnis The 11th Space, saya selalu mengingatkan bahwa salah satu nilai tambah signifikan yang dapat saya berikan adalah relasi antara bisnis Indonesia dan bisnis Australia – dan banyak daripada rekan-rekan saya yang melihat potensi luar biasa dari pegiat-pegiat bisnis dan konsumen Indonesia,” jelasnya.

Poin terakhir dari seni berkomunikasi adalah pentingnya akun online yang profesional di mata public. Di era yang serba digital, akun online yang kuat merupakah sebuah aset yang berharga. Gunakanlah media sosial untuk menarik perhatian publik dan menemukan rekan-rekan bisnis yang sepemikiran. Hubungi mereka melalui akun sosial mereka dan bertemanlah dengan orang-orang yang bersetuju dengan tujuan dan ide bisnis Anda.

Ketika acara ditutup dan para pengunjung mulai beranjak pulang, satu hal yang pasti adalah bahwa komunikasi lebih merupakan sebuah seni yang terus berkembang, dan bukan sebuah keahlian yang selalu sama. 

Teks dan foto: Edward Tanoto