“Ini Masalah Persepsi yang Harus Diatasi – It’s a Perception Issue Needs to Move On”

(Acara Perwira) Selalu meriah! Saya sudah mencoba cendol dan bakso. Kali ini tahun ketiga saya hadir dan setiap tahun terus berkembang. Ada lebih banyak makanan dan stall. Nunung (dan Perwira) telah melakukan pekerjaan besar. Saya pikir ini penting. Saya sudah berbicara dengan Konjen yang baru Ibu Dewi Savitri Wahab tentang pentingnya menonjolkan kehadiran Indonesia di negeri ini. Indonesia adalah salah satu tetangga dekat kami, bahkan tetangga terdekat. Pentingnya hubungan ini tidak hanya dalam urusan perdagangan, tetapi juga hubungan antar warga. Kita perlu membangun koneksi tersebut. Pekerjaan yang dilakukan oleh majalah seperti OZIP adalah kontribusi yang sangat penting dalam mengisi ruang itu.

(Warga Australia yang datang) Sedikit bertambah, tapi seharusnya bisa lebih banyak lagi. Saya telah katakan kepada Konjen yang baru bahwa hal penting yang menarik untuk dilakukan, yaitu bagaimana caranya agar orang Australia lebih menjiwai Indonesia. Orang Australia perlu mempelajari cara orang Indonesia menjalin hubungan dan dari sanalah dibangun (hubungan) itu. Mungkin bisa melalui kajian pelajar, tetapi itu tidak harus. Setiap orang baik Indonesia meupun Australia,  berada di sini karena adanya koneksi, hubungan, dan bisnis. Dalam sejumlah festival di mana ribuan orang datang sekalipun mereka tidak memiliki link di sana. Maka tantangannya ialah bagaimana agar jumlahnya terus meningkat? Saya pikir KJRI sangat tertarik dengan pemikiran itu. Menurut saya, yang harus dilakukan ialah masuk ke dalam imajinasi orang Australia mengapa mereka harus terlibat dengan Indonesia. Selama ini yang mereka tahu hanya Jawa atau Bali. Ada banyak pekerjaan bagi kedua belah pihak. Pemerintah dan warga Indonesia juga harus memikirkan apa yang mereka perjuangkan di sini.

 

Ketika melihat makanan Indonesia, meskipun berbeda dengan Malaysia, pada umumnya memiliki citarasa makanan pedas yang hampir sama. Banyak orang mengasosiasikan sate dengan Malaysia, bukan Indonesia. Mengapa bisa demikian? Ini masalah persepsi. Orang Indonesia (harus berjuang) untuk merubahnya. Cendol itu (dipersepsikan) Malaysia, padahal itu Indonesia.

 

Untuk membangun koneksi ini memang membutuhkan investasi dan waktu, karena saat ini belum ada (program budaya yang) besar antara Indonesia dan Australia. Kita ingin agar warga Australia memikirkan Indonesia. Maka  kita membangun hubungan pribadi dan para pelajar yang ada di sini, juga dengan orang-orang yang berlatar belakang Indonesia untuk membangun koneksi tersebut. Dan ini harus menjadi hubungan yang berkelanjutan. Maka tugas media seperti OZIP dalam mengkomunikasikan dan eksposur (event) itu sangat penting. Dengan demikian akan lebih banyak lagi warga Australia yang bergabung dalam setiap acara Indonesia.

(PERWIRA event) Always great! I had cendol and bakso. This is about the third year I’ve been here and it grows every year. There’s more food and stalls every year. Nunung (and PERWIRA) has been doing great work. I think it’s important because I was just talking to the new Consult General Dewi Savitri Wahab about the importance of having an Indonesian presence in this country and in this state. It is one of our closest neighbours, in fact the closest neighbour.  The importance of the country not just about trade, but also about people-to-people. We need to build those connections as well so any work you do with your magazine is a very important contribution in that space.

 

(The visitors) A little bit more, but we can do better. And I have said to the new Consulate General there is a certain level of interest that you can work on, but it is also about getting in the Australian psyche about Indonesia.  We need to find areas where Indonesia sees connections and build on that. It might be student studies, but I was saying before that everyone who is here (both Indonesians and Australians) is here because of connections, relationships, business, but it doesn’t have to be. I mean you look at some festivals where people will turn up in their thousands not because they have links there and how do you build those up? And I think the Consulate General is very keen to build it up, but I think a lot of that has to do with getting into the imaginations of Australians of why they need to be engaged with Indonesia. Because all they do is Javanese or Bali, and that’s the sum total of their engagement. So there is a lot of work for both sides. Indonesian government and the people, thinking about what they stand for.

 

When you look at Indonesian food, although it is different to Malaysian they have generally almost the same capacity for spicy food. A lot of people associate sate with Malaysia and not Indonesia, but why? It’s a perception issue. It needs to move on, cendol is Malaysian, no it’s Indonesian. To build that connection takes investment and time, because right now there’s nothing huge between Indonesia and Australia. We need Australians to think about Indonesia.  So, we build on the personal relationship and the students that are here, and the people with Indonesian background to build on those connections. It should be a continuous relationship. It is a lot about the work you [OZIP] do in communication and exposure and it’s very important. A function like this should have more Aussies coming in to join as well. That’s important.

 

Mr. Chin Tan 

The Victorian Multicultural Commission Chairperson