KULIAH UMUM WAPRES BOEDIONO DI MONASH UNIVERSITY

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Pada tanggal 15 November, Monash University kedatangan seorang tamu terhormat yang merupakan salah satu sosok penting di Indonesia, yaitu Wakil Presiden (Wapres) Boediono.

 

Bertempatan di Clayton Campus, ratusan mahasiswa dan juga pengajar memenuhi Alexander Theater untuk mendengarkan kuliah umum dari Wapres yang juga merupakan alumni program pascasarjana di Monash University.

 

 

Kehadiran Boediono pun disambut hangat oleh Menteri Pendidikan Australia, Christopher Pyne. Australia yang telah resmi menjadi pusat studi untuk Australia-Indonesia, diyakini Pyne dalam kata sambutannya sebagai bentuk usaha yang baik untuk meningkatkan hubungan dan pemahaman objektif antara Indonesia dan Australia.

 

Sejalan dengan hal tersebut, pendidikan dan inovasi menjadi topik utama yang banyak dibahas oleh Boediono pada kuliah umumnya hari itu. Ia mengatakan bahwa sangat penting bagi Indonesia untuk dapat menghindari apa yang sering disebut sebagai middle income trap, yaitu dimana suatu negara terjebak pada suatu level income dan mengalami stagnasi ekonomi.   

 

Meningkatkan daya saing di tengah-tengah middle income trap, adalah salah satu langkah penting dalam memajukan pembangunan nasional. Boediono mengatakan bahwa saat ini, Indonesia mengalami kesulitan dalam berkompetisi dengan negara-negara berkembang maupun negara maju.

 

Hal ini mengingatkan bahwa kita berada dalam kehidupan yang kompetitif. Kita harus memiliki daya saing yang tinggi untuk dapat berkembang, untuk dapat memperkuat kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan nasional,” ujarnya.

 

Boediono juga memaparkan bahwa pendidikan dan inovasi merupakan komponen penting untuk menghindari lubang middle income trap. Kondisi sekolah, sistem edukasi, dan akses menuju pendidikan yang masih cukup minim di Indonesia merupakan beberapa hal yang menjadi perhatian Boediono.

 

“Ada sejumlah kebijakan dan inisiatif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Kurangnya akses dan kualitas pendidikan di banyak daerah, memacu kita untuk menemukan jalan keluar yang lebih inovatif,”

 

“Salah satunya dengan memanfaatkan laju teknologi yang pesat. Sebagai contoh adalah online learning system yang dapat menjangkau daerah terpencil dan tidak mengeluarkan biaya yang banyak,” ungkap Wapres.

 

Selanjutnya, Boediono percaya bahwa dalam memperkuat kesejahteraan dan keamanan nasional, dibutuhkan sebuah hubungan baik dan saling menguntungkan antara Indonesia dan Australia.

 

Dalam sejarahnya, hubungan Indonesia dan Australia sendiri memang tidak terlepas dari konflik. Isu-isu seperti pencari suaka, impor daging sapi, hingga sampai pada masalah penyadapan Australia dan AS terhadap Indonesia, sepertinya membuat ketegangan antara dua negara ini semakin memanas.

 

Menanggapi pertanyaan seorang mahasiswa mengenai hubungan Indonesia dan Australia yang mengalami pasang surut, Boediono menuturkan bahwa hal ini terjadi karena Indonesia dan Australia terletak berdekatan satu sama lain.

 

“Kita harus dapat menemukan jalan keluar yang baik untuk masing-masing negara— menjalin sebuah komitmen kerjasama untuk menjadi dua negara tetangga yang rukun dan berpengaruh positif bagi semuanya,”ujar dia.

 

“Saya ingin mengutip sebuah ucapan, ‘you can choose your friends, but you cannot choose your neighbors’,” kata Boediono pada penghujung acara yang disambut tawa para penonton.

 

OLYMPUS DIGITAL CAMERAPaul Thomas, Ketua Program Kajian Indonesia di Monash University, seusai acara memaparkan bahwa ia senang mendapat kesempatan untuk mendengarkan gagasan Boediono.

 

“Hubungan Australia dan Indonesia memang sedang pasang surut, namun dengan adanya pusat kajian Indonesia dan Australia yang baru diresmikan Bapak Boediono, sepertinya sudah terlihat kerangka resmi yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki hubungan kedua negara tersebut. Kerangka ini akan menjadi perantara yang cukup baik untuk hubungan Indonesia dan Australia,” ujarnya.

 

Hal yang sama pun disampaikan oleh Anita Dewi, seorang pustakawan dari Monash University Asian Studies Research Collection, yang turut menyaksikan kuliah umum pada pagi itu. Ia mengatakan bahwa terlepas dari isu politik, kedatangan Wapres Boediono ke Monash University dapat memperjelas arah kerja sama antara Australia dan Indonesia dalam bidang pendidikan.

 

Anita Dewi“Saya berharap akan ada benar-benar bentuk usaha pada level praktis, dimana ada kerja sama nyata yang bukan sekedar pada white paper. Dan yang terpenting adalah penelitian dan aplikasi pendidikan yang bermanfaat untuk dua arah,” ungkap Anita Dewi.

 

Sementara itu, Monash University sendiri merupakan kampus ketiga yang dikunjungi Boediono selama kunjungan kenegaraannya di Australia. Sebelumnya, ia tiba di Perth untuk menghadiri beberapa undangan, salah satunya dari University of Western Australia.

 

Kemudian, Boediono bertolak ke Canberra untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Kunjungannya ke Canberra juga memenuhi undangan sebagai tamu terhormat Australian National University dalam penganugerahan dirinya sebagai doktor honoris causa di bidang ilmu sosial.

 

Agenda Wapres Boediono di Melbourne akan dilanjutkan dengan menghadiri Forum Bisnis Australia-Indonesia di Melbourne yang akan didatangi oleh sejumlah pengusaha terkemuka Australia.

 

Boediono dan rombongan dijadwalkan kembali ke Indonesia pada Sabtu 16 November 2013.