JPS-Lewat Puisi Membangun Empati

Salah satu unsur penting dalam bahasa adalah sastra. Begitu pula dalam bahasa Indonesia. Kemampuan pelajar asing dalam berbahasa Indonesia, akan sempurna jika sudah masuk ke wilayah sastra. Menyadari posisi sastra yang cukup berat untuk dipahami, apalagi puisi, lahirlah Jembatan Poetry Society (JPS). Sebuah wadah yang mempertemukan para guru dan pelajar bahasa Indonesia dalam jalinan puisi.

Dalam perkembangannya JPS juga terbuka untuk puisi dari bahasa apa saja. Syaratnya, puisi yang dibawa ke lingkaran JPS diterjemahkan ke bahasa Inggris agar dipahami oleh semua peserta.

 

Jembatan Poetry-OZIP
Sebagian peserta JPS dari Australia-Indonesia-Association.

“Siapapun boleh bergabung dan membaca puisi,” ujar Anton Alimin, motor penggerak JPS. “Puisi bisa mempertemukan orang dari berbagai bahasa ibu. Silakan datang dan bergabung. Siapa pun boleh membaca puisi atau sekedar menikmati,” jelas Anton.

Lewat JPS, sejumlah nama tenar pernah membacakan puisinya, seperti penyiar dan kolumnis kondang Nuim Khaiyyath dan pegiat sastra Melbourne Lella Cariddi, atau dosen yang juga pegiat teater Yacinta Kurniasih..

 

Jembatan Poetry-OZIP
Robert membacakan puisi karya Chairil Anwar.

Suasana santai tapi intim dibangun oleh JPS dalam setiap menghelat acara. Setiap pembaca bebas memilih puisi yang paling berkenan dengan dirinya. Dan setiap orang pasti punya alasan pribadi mengapa ia suka dengan sebuah puisi. Bahkan sebagian dari pembaca biasanya menulis sendiri puisinya. Peserta juga boleh berimprovisasi, misalnya membawakan puisi dalam bentuk lagu atau menyanyikan lagu-lagu kesayangan dengan iringan gitar.

Anton Alimin-OZIP
Anton Alimin, penggerak JPS.

JPS terus berkembang dan bekerjasama dengan sejumlah lembaga yang peduli pada kerjasama bahasa dan budaya, misalnya dengan AIA (Australia Indonesia Association) Victoria. Dalam dua kegiatan terakhir, kerjasama JPS-AIA berlangsung cukup meriah, seperti tampak pada pada 29/11/2014 di Garage Cafe, Melbourne.

 

Foto: Steven Tandijaya.