Interview with GM Garuda Indonesia-Melbourne – Bobby Rusyandi

Bagi orang Indonesia, Melbourne adalah salah satu tujuan paling menarik untuk mengenyam pendidikan maupun memulai karier. Dengan populasi warga Indonesia yang meningkat tiap tahunnya, Melbourne telah menjadi salah satu pusat untuk kegiatan warga Indonesia di Australia. Berbagai macam kegiatan mulai dari seni tari, parade, hingga kegiatan olah raga seperti sepakbola telah sering diadakan dari dan untuk warga Indonesia di Melbourne.

 

Lancarnya kegiatan kegiatan ini tentunya ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak, salah satunya Garuda Indonesia Melbourne. Kontribusi Garuda Indonesia ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari petinggi Garuda di Melbourne bapak Bobby Rusyandi.

Pak Bobby (1 of 1)

Bobby Rusyandi, atau yang sering di panggil pak Bobby ini lahir di Jakarta 45 tahun yang lalu, tahun dimana legenda pop seperti The Beatles dan Rolling Stones sedang berada di puncak karier mereka masing masing.

 

Masa kecil pak Bobby sendiri ia lalui di Jakarta hingga ia menyelesaikan jenjang pendidikan SMP. Masa SMA ia lalui di tiga tempat yang berbeda: Denpasar, Singapura, dan Sydney. Pendidikan Pak Bobby pun ia selesaikan dengan gelar di Universitas  Trisakti Jakarta. Anak pertama dari dua bersaudara ini telah dikarunia 2 anak Azzahra Khairunnisa Rosalin dan Muhammad Habyan Ghiffari.

 

Karier Pak Bobby di Garuda sendiri dimulai pada tahun 1993, lebih tepatnya pada 27 Desember 1993. Pekerjaan pertamanya di Garuda adalah sebagai Marketing dan Customer Analysis, pekerjaan yang rupanya sangat dia nikmati karena kesempatan yang ia dapat untuk melakukan research di dalam dan luar negeri.

 

Setelah beberapa tahun bekerja di bagian Area Management di Jakarta, Pak Bobby mendapat kesempatan untuk menjadi General Manager di bagian Corporate Management di kantor pusat Garuda. Tepat sebelum menjadi General Manager Branch office di Melbourne bulan Oktober 2009, beliau sempat menjadi General Manager untuk Garuda Branch Office di Pekanbaru, Riau selama dua tahun.

 

Kesan pertama beliau dengan Melbourne rupanya tidak berubah dengan ketika ia datang pertama kali ketika SMA, dia hanya bersyukur dengan kesempatan yang dia dapat untuk berada di Melbourne bersama keluarganya. Hal yang lebih penting baginya adalah kedua anaknya dapat beradaptasi dengan baik di tempat baru ini. Baginya, tantangan yang terbesat adalah ketika dia harus melakukan beberapa perjalanan sebagai General Manager Garuda ke berbagai tempat yang berbeda di Australia dan meninggalkan keluarganya untuk beberapa hari. Menururtnya, keluarganya sangat mendukung keadaan ini dan “tidak terlalu protes”.

 

Ketika ditanya tentang pendapatnya mengenai organisasi-organisasi dan komunitas masyarakat Indonesia di Melbourne, pak Bobby menjawab; “Organisasi masyarakat Indonesia di Melbourne ini cukup unik dan menarik ya. Walau mereka berbeda-beda organisasi, tapi mereka tetap bisa jadi satu dalam ‘menjual’ Indonesia ke masyarakat Australia. Mungkin kalo istilah kerennya, masih mendukung semangat Bhinneka Tunggal Ika. Ini yang buat saya salut dan amat sangat menaruh hormat kepada organisasi komunitas masyarakat Indonesia di Melbourne.”

 

Melihat kontribusi Garuda Indonesia sendiri ke masyarakat Indonesia yang ada di Melbourne, tentunya banyak orang yang bertanya-tanya motivasi utama Garuda Indonesia.

 

Menurut Pak Bobby, sebagai salah satu perusahaan Indonesia yang juga adalah milik bangsa Indonesia dan merupakan suatu kehormatan juga kewajiban untuk mempromosikan dan memfasilitasi kegiatan masyarakat Indonesia di Melbourne maupun di kota lain.

 

“Dukungan yang kita berikan itu variatif, antara satu event dengan event lainnya atau antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Karena memang dukungan yang diberikan, lebih kearah apa yang sesuai dengan event yang akan diselenggarakan, bukan dari apa yang Garuda inginkan. Kasarannya, dukungan yang diberikan itu tailor made atau customised. Jadi tidak ada pakem tertentu yang Garuda Indonesia terapkan dalam memberikan dukungan.”

 

“Kalau ditanya kenapa kita memberikan dukungan, mungkin bisa dikatakan begini. Garuda Indonesia itu adalah perusahaan milik negara, walau kita merupakan juga public listed company, tapi juragan besarnya masih pemerintah RI. Jadi dapat dikatakan, stake holder terbesar dari saham Garuda Indonesia adalah Bangsa Indonesia. Merupakan suatu kehormatan bagi Garuda Indonesia, bila kami bisa membantu kegiatan organisasi/komunitas masyarakat Indonesia yang berkeinginan menjual, menjual secara positif ya maksudnya, Indonesia ke masyarakat Australia. Kita tidak bisa selalu melihat ini dari kacamata bisnis. Kita tidak bisa selalu berpikiran, Garuda kalo mau dukung kegiatan harus ujung-ujungnya mendatangkan uang bagi Garuda. Tidak bisa selalu seperti itu. Walau Garuda Indonesia itu merupakan suatu business entity tapi kita tetap punya kewajiban CSR, yang salah satu bentuk yang paling sederhana  adalah bagaimana kita bisa membantu/mendukung bentuk-bentuk kegiatan yang bisa lebih mengenalkan lagi Indonesia di mata orang Australia. Mungkin ini yang menjadi dasar kenapa kami membantu.”

 

Untuk masyarakat Indonesia di Melbourne, pak Bobby berpesan; “mungkin kadang kita perlu juga melakukan sesuatu kegiatan yang berbeda dari tahun ke tahunnya dalam upaya kita menjual Indonesia. Kalo saya suka dengar istilahnya dari penggede-penggede, start to think outside of the box. Banyak bentuk kegiatan yang bisa kita kembangkan dan lakukan sebagai komunitas masyarakat Indonesia di Victoria. Jangan sampai, kegiatan yang kita buat jadi mubazir, karena dari tahun ke tahun, itu-itu saja bentuknya. Mungkin masyarakat kita sendiri juga bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja, dan mereka tentunya juga rindu akan bentuk kegiatan yang lain yang benar-benar bisa memberikan warna dan cerminan tersendiri akan kehadiran orang Indonesia di Victoria. Saya yakin masyarakat kita bisa mewujudkannya dan bisa memberikan gambaran akan Bhinneka Tunggal Ika-nya masyarakat Indonesia di Victoria.”

 

Bagi Pak Bobby secara pribadi, banyak sudah pengalaman berkesan yang ia alami selama bertugas di Melbourne.  “Selama 5 tahun di sini, saya banyak mengalami senang dan kesan yang baik dari semua pihak. Kalau mengutip perkataan Pak Bondan Winarno…sangat maknyusss dan top markotop deh Melbourne ini…”

 

Menurutnya, jika ia kembali ke Indonesia, yang paling akan dirindukannya adalah serunya melihat Footy Grand Final Parade. “Karena paradenya selalu melintas di depan kantor, jadi kita bisa melihat suasananya. Dan juga footy cuma ada di Australia dan Melbourne adalah biangnya footy.”

 

Namun sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap kantor cabang Garuda Indonesia di Melbourne, tetap saja pengalaman yang paling tidak menyenangkan adalah ketika pesawat Garuda Indonesia ada yang telat atau cancel namun banyak Bapak/Ibu atau teman-teman yang mau terbang. “Nah ini nih yang suka bikin perut jadi mules ampun-ampunan…Mau ngomong apapun sama mereka jadi susah karena kita tidak bisa memberikan apa yang seharusnya kita berikan, berangkat tepat waktu, padahal mereka sangat loyal kepada Garuda Indonesia,” curhatnya.

 

Pak Bobby sangat sadar bahwa masalah persaingan antar maskapai penerbangan tentu tidak akan ada habisnya.

 

“Kita tentunya, harus benar-benar jeli, responsive dalam menyikapi persaingan yang ada. Kita harus bisa menyikapi persaingan dengan hal-hal yang tidak ada di penerbangan lain. Misalnya dengan memperkenalkan Garuda Indonesia Experience, yang benar-benar mengangkat budaya Indonesia dan kekhasan Indonesia ke dalam layanan yang disampaikan kepada penumpang, baik dari pada saat merancang perjalanan sampai menyelesaikan perjalanannya, jadi istilah sejak pre-journey sampai post journey.

 

“Kita mengakui, bahwa ini bukan hal yang mudah tapi bukan pula hal yang tidak mungkin dilakukan. Saat ini, untuk penerbangan dengan kelas bisnis ke Jakarta dengan Garuda Indonesia, tersedia layanan chef on board. Jadi semua hidangan kita siapkan fresh on board. Mungkin hal ini bukan barang baru, tapi sepertinya hanya Garuda Indonesia yang menerapkan konsep chef on board untuk penumpang bisnis kelas. Penerbangan lain menerapkan ini hanya pada first class mereka. Hal-hal seperti ini yang mungkin akan terus kita kembangkan sehingga kita memberikan sesuatu yang berbeda sebagai unique selling preposition kita kepada pasar yang ada. Tentunya kita juga menerapkan langkah-langkah tactical lainnya sebagai pendukung dalam kita menghadapi persaingan.”