Hari Sabtu tanggal 17 Agustus 2019 hanyalah sebuah akhir pekan biasa bagi masyarakat yang tinggal di Melbourne. Namun, bagi diaspora Indonesia, hari tersebut kerap menjadi sebuah hari yang penting bagi kita semua. Di tengah panasnya sinar matahari dan sejuknya hembusan angina kutub, Red Stairs Queensbridge, Southbank penuh dengan pengunjung dan masyarakat Indonesia yang bersuka ria menikmati keramaian di tempat. Tempat ini dipilih untuk menjadi pusat perhelatan acara 17 Agustus dan tepat pada pukul 15:00 siang, acara pun resmi dibuka.
Pemilu, Halal Bihalal KJRI, acara besar keagamaan, dan peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus tentu menjadi saat-saat terbaik untuk bertemu kembali dengan sesama WNI dan masyarakat Indonesia yang ada di Melbourne. Sejauh mata memandang, orang Indonesia memenuhi seluruh daerah Queensbridge. Sesekali, Anda juga dapat melihat orang-orang mancanegera yang turut datang meramaikan perayaan dan turut mencoba kudapan dan hidangan khas Indonesia.
Sebuah festival tentu tidak akan lengkap tanpa adanya panggung. Menghadap ke arah sungai, panggung untuk penampilan budaya berdiri dengan megah. Di sisi sebelah kanan panggung utama, demonstrasi masak oleh Master Chef Australia juga mengundang kehebohan tersendiri dari pengunjung.
Di sekitar panggung, tiga food stall yang terbagi menjadi makanan Padang, Jakarta, dan Jawa pun dibuka. Dengan variasi menu yang beragam dan wangi masakan yang menggoda, pengunjung pun berbondong-bondong berbaris panjang untuk mencicipi masakan. Di sebelah kiri stan makanan turut berdiri Indonesian Coffee & Drinks’ Corner yang menjual aneka jajanan kopi dan kudapan manis. Pecinta kopi tentu tidak mau melewatkan kesempatan ini, jelas dari barisan panjang pelanggan yang menunggu di depan stan.
Sekali-kali, mata juga tertuju kepada pejalan kaki yang lalu lalang dan mengamati dengan mata penasaran. Keramaian memang selalu mampu menjadi magnet untuk masyarakat sekitar dan tidak jarang mereka oun berhenti untuk mengamati lebih lanjut.
Tidak lama kemudian, acara pun dilanjutkan dengan pertunjukan pencak silat, angklung, tari bali, tari saman, dan penampilan-penampilan lainnya. Ketika tarian dan nyanyian dimulai, para penonton tampak takjub dengan keindahan tarian dan keunikan alat music yang digunakan.
Salah seorang pengunjung bernama Ya Wen, mahasiswa asal Tiongkok yang datang bersama rombongan teman-temannya, begitu terkesan dengan acaranya sembari berkata, “I just want to explore different culture. I have Indonesian friend before and I want to know more about Indonesia.”
Nangsay, seorang mahasiswa asal Burma yang mengaku jarang keluar kamar, mengaku bahwa dirinya beranjak keluar dari kamar hari ini hanya karena dirinya ingin menyaksikan festival Indonesia Raya. “I just want to see what kind of food they have, see what performances. This is fun!” ungkapnya sebelum pamit untuk menyaksikan tarian dan busana yang dijual. Saat ditanya apakah akan datang lagi, keduanya sepakat dan lantang menjawab iya.
Lalu apa kata diaspora Indonesia? Diantara lautan pengunjung hari itu, ada juga mahasiswa mahasiswi Indonesia yang turut datang meramaikan acara. Mereka juga mengaku terkesan dengan skala penyelenggaraan hari kemerdekaan Indonesia ini.
“Kesannya gila sih keren banget!” kata Mirra yang pertama menginjakkan kaki ke perayaan 17 Agustus di Australia.
“Asik banget acaranya ngobatin kangen rumah kangen Indonesia,” jawab Sari yang teringat akan rumah dan keluarganya di Indonesia.
“Mengikuti kegiatan ini memberikan rasa bangga tersendiri,” jelas Diah yang senang melihat populernya acara tujuh belasan di Australia.
“It’s celebration of my countries’ independence day. So I have to get involved to this event!” jelas Iyat yang bangga melihat kelangsungan hari kemerdekaan di tanah asing.
Ketika siang berganti malam, acara pun kemudian selesai dan pengunjung perlahan-lahan pulang. Meskipun acara telah berlangsung seharian, pengunjung masih tetap senang berbincang bersama dan mengucapkan salam kepada satu sama lain. Melihat semangat solidaritas yang berkobar di tanah asing tentu menjadi sebuah pernyataan akan kedekatan masyarakat Indonesia. Semoga semangat ini tetap berkobar di masa-masa yang akan datang. Dirgahayu Indonesiaku!
Teks dan foto: Mutia Putri