Girls Resist! Mendobrak Sebuah Tradisi

Ketika saya memutuskan untuk membeli buku ini saya sudah jatuh cinta dengan covernya yang memiliki sebuah pesan yang sangat powerful terutama bagi diri saya sebagai seseorang yang tertarik dengan isu leadership and women empowerment. Cover buku ini dan juga pesannya pun ditujukan kepada perempuan yang ingin menyuarakan pendapatnya, merasa lelah dengan ketimpangan sosial, ataupun yang ingin memiliki aspirasi terhadap hidupnya dan lingkungan sekitarnya.

Buku ini memiliki delapan bab dan ditulis dalam bahasa Inggris oleh KaeLyn Rich, seorang staff writer di salah satu queer women’s website bernama autostraddle.com yang juga sering mengadvokasi isu gender dan kepempinan sebagai Assistant Advocacy Director di ACLU New York, Amerika. Membaca buku ini sangat menyenangkan bagi saya karena di awal pembaca diajak untuk mengenal terlebih dulu dengan membangun sikap resistan sebagai seorang perempuan. Tak lupa, di akhir setiap bab selalu terdapat takeaway lessons atau intisari yang bisa diambil.

Sebagai seseorang dengan cukup banyak pengalaman di bidang non-profit leader and organisation, KaeLyn Rich juga membantu para pembacanya dalam membuat communication plan dalam kegiatan social activism yang mungkin akan diikuti oleh pembacanya. Dari membuat ilustrasi dalam bentuk mind map sampai ke pertanyaan kritis mengenai alasan mengikuti kegiatan tersebut. 

“Don’t start with a protest, start with a plan” adalah salah satu kalimat yang KaeLyn tulis untuk menggambarkan pentingnya perencanaan untuk sebuah aksi aktivisme. Di bab lain ia juga menjabarkan posisi pembacanya sebagai seorang perempuan dalam membuat sebuah perubahan, bagaimana membangun kegiatan fundraising, memahami dinamika internal maupun eksternal sebuah komunitas yang akan dibangun, serta cara memberanikan diri untuk speak up mengenai isu yang kita ingin masyarakat pahami. Bagian bab akhir ditutup dengan pemahaman juga betapa pentingnya untuk membangun awareness–setidaknya untuk diri sendiri dan juga komunitas di sekitar kita.

Teks: Destari Puspa Pertiwi

Foto: Berbagai sumber