Industri kreatif Victoria dan Yogyakarta bertemu dalam Creative Economy Forum 2019 yang diadakan di CQ Function Centre Melbourne pada tanggal 8 – 9 Oktober 2019. Forum ini merupakan inisiatif KJRI Melbourne yang mengundang perwakilan dari berbagai bidang industri, baik yang berbasis di Indonesia maupun Australia.
Forum ini bertujuan untuk mendiskusikan masa depan kemitraan industri kreatif Victoria dan Yogyakarta. Seperti yang disampaikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan inti acara, Yogyakarta memiliki potensi dan modal yang cukup untuk berkolaborasi dengan Victoria dalam sektor industri kreatif. Nada serupa juga disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Australia Kristiarto Legowo dalam pidato pembuka, dimana beliau mengatakan bahwa Yogyakarta memiliki kemiripan dengan Victoria dalam sektor industri kreatif.
Untuk membahas kemungkinan kolaborasi antara kedua provinsi, talkshow atau acara bincang-bincang yang diadakan di hari pertama forum menjadi wadah utama untuk berbagai aspirasi, gagasan, dan pertanyaan menyangkut sinergi industry kreatif dari Yogyakarta dan Victoria. Talkshow sendiri terbagi menjadi dua sesi, masing-masing dengan pembicara dan tema besarnya sendiri.
Talkshow sesi pertama membahas kemungkinan terjadinya kerjasama ekonomi kreatif antara Indonesia dan Victoria. Narasumber yang diundang untuk sesi pertama ini adalah Gönül Serbest dari Global Victoria, Laura Anderson dari Launch Vic, dan George Marantika dari Indonesia Australia Business Council cabang Yogyakarta. Sesi talkshow pertama dimoderasi oleh Emmanuel Setyawan, anggota Australia Indonesia Business Council (AIBC) Victoria.
Sesi pertama berjalan lancar dengan ketiga narasumber yang terlihat nyaman berinteraksi satu sama lain, saling melontarkan ide dan aspirasi terhadap kelancaran kolaborasi antara Victoria dan Yogyakarta. George sebagai perwakilan Yogyakarta dan Indonesia dari ketiga narasumber seringkali memberikan solusi terhadap jalannya aliansi kreatif Victoria-Yogyakarta, seperti misalnya mengusulkan dibentuknya satuan tugas Victoria-Yogyakarta yang bisa mengeksekusi kolaborasi industri kreatif di antara kedua provinsi tersebut.
Tidak hanya George Marantika dari Indonesia, kedua narasumber lain yang diundang ke dalam talkshow juga tidak kalah dalam menyampaikan aspirasi mereka. Gönül Serbest sebagai perwakilan pemerintah Victoria misalnya, mengusulkan “pertukaran budaya” dimana budaya dari Victoria “dieskpor” ke Yogyakarta sebagai upaya memanfaatkan keunggulan kreatif yang dimiliki kedua wilayah tersebut. Di sisi lain, Laura Anderson sebagai perwakilan entrepenur dalam talkshow tersebut memaparkan Launch Vic sebagai penyedia co-working space dimana para pengusaha muda dari seluruh dunia bisa berkembang.
Sesi talkshow pertama ditutup dengan imbauan dari ketiga narasumber. Laura dan Gönül mengimbau para pengusaha muda untuk memanfaatkan saluran-saluran bantuan dari pemerintah Victoria yang bisa membantu jalannya usaha mereka. Sementara itu, George mengingatkan bahwa Creative Economy Forum 2019 bisa dimanfaatkan untuk membangun relasi antara startup di Victoria dan Indonesia.
Beranjak ke talkshow kedua, tema yang dibawa adalah keadaan industri ekonomi kreatif di Indonesia. Tiga narasumber dihadirkan untuk sesi ini: Profesor Muhamad Suyanto rektor Universitas AMIKOM Yogyakarta, Aling Nur Naluri Widianti pendiri gerakan sosial Salam Rancage, dan Dr. Jemma Purdey anggota The Australia-Indonesia Centre (AIC). Untuk sesi talkshow kedua dimoderasi oleh Diletta Legowo, marketing coordinator dari SPARK Deakin.
Diskusi di sesi talkshow kedua dibuka dengan pemaparan berbagai kegiatan dalam industri kreatif yang dijalani oleh ketiga narasumber. Pertama ada Prof. Suyanto yang merupakan seorang penulis naskah dan produser yang memenangkan berbagai penghargaan internasional untuk film animasi tahun 2015 garapannya, Battle of Surabaya. Kemudian ada Ibu Aling pendiri Salam Rancage, sebuah gerakan sosial berbasis di Bogor yang memberdayakan kaum ibu rumah tangga di Bogor dan Jakarta. Terakhir adalah Dr. Jemma penggagas ReelOzInd, sebuah kompetisi film yang diikuti oleh peserta asal Australia dan Indonesia.
Selain kegiatan dalam masing-masing bidang, para narasumber juga memaparkan rencana mereka dalam sektor industri kreatif milik mereka. Prof. Suyanto misalnya, sedang mengembangkan konsep Jogjawood, dengan kata lain Hollywood versi Indonesia, dimana beliau berencana mempromosikan Yogyakarta sebagai pusat produksi film dan industri kreatif. Begitupun dengan Dr. Jemma, yang berupaya memfasilitasi sebuah jalinan relasi antara pembuat film dari Australia dan Indonesia melalui ReelOzInd. Ibu Aling juga memiliki rencana untuk Salam Rancage, beliau berharap gerakan sosial tersebut bisa berjalan dalam jangka waktu yang lama.
Kedua sesi talkshow ditutup dengan sesi foto bersama sebelum beranjak ke istirahat makan siang. Dengan adanya dua sesi bincang-bincang tersebut, diharapkan ini menjadi langkah pertama Yogyakarta dan Victoria menjadi dua provinsi unggulan dalam sektor industri kreatif.
Teks dan foto: Jason Edi Ngagianto