Clayton Street Festival – Dari Kopi Hingga Orkes Jawi

Parade Clayton Street Festival-OZIP
Kontingen Indonesia dalam Parade Clayton Street Festival.

Festival budaya di seputar Melbourne, Victoria itu tak ada habisnya. Terus mengalir seperti air dalam setahun dengan keunikan acara di empat musim yang berbeda. Anda yang tinggal sementara untuk belajar atau bekerja, tak akan bisa menyaksikan semua sajian budaya itu. Tidak perlu jauh-jauh, di sekitar tempat anda tinggal, pasti ada festival local. Seperti di Clayton, kota tempat kampus Monash University berdiri.

Kota Clayton, 40 menit naik kereta api dari kota Melbourne, dihuni oleh banyak warga Indonesia. Tak heran jika sebagian orang menyebutnya Klaten, karena di kota kecil ini mudah sekali menemukan pernak-pernik Indonesia, mulai dari mie instan hingga makanan khas seperti gudeg.

Setiap tahun, di pertengahan bulan Februari, kota Clayton punya hajat bernama Clayton Street Festival (CSF). Untuk tahun ini, CSF berlangsung pada hari Minggu, 15 Februari 2015, tepat sehari setelah Valentine Day.

Promosi Kopi & Teh Indonesia-OZIP
Promosi Kopi dan Teh Indonesia cukup menarik minat pengunjung.

Panas terik terasa cukup menyengat siang itu. Tetapi ribuan orang tumpah ruah, menyaksikan penampilan para seniman dari berbagai etnik, mencicipi kopi dan the dari berbagai negara, mengikuti parade budaya, atau sekedar berkeliling ke setiap stall yang tersedia.

“Stall kami ditangi oleh dua anggota parlemen lokal,” Luki Kalonta, koordinator kontingen Indonesia. “Mereka protes atas rencana eksekusi pelaku Bali Nine. Sekalipun agak kaget, saya jelaskan agar mereka menyampaikan protes kepada perwakilan resmi pemerintah, yaitu KJRI Melbourne,” lanjut aktivis budaya yang tak kenal lelah itu.

Luki tentu tak bisa menolak kehadiran anggota parlemen itu. Siapa saja berhak mendatangi stall Indonesia, termasuk lebih dari 300 pengunjung yang mencicipi aneka teh dan kopi khas Indonesia yang disajikan dalam gelas mini. Ia merasa puas karena kerja kerasnya dihargai oleh para pengunjung.

Tari Minang-OZIP
Tarian asal Minangkabau yuang memukau penonton.

“Saya suka sekali rombongan Indonesia yang berbaju khas Jawa,” ujar Sandi Berger, pengusaha asal Solo yang sudah menetap di Melbourne. “Mereka tampil sangat atraktif. Nggak rugi saya berpanas-panas menonton aksi mereka,” sambungnya.

Sore hari, mulai jam 18.00 pm, sengatan matahari belum juga berkurang. Tapi the show must go on. Siang memang lebih panjang di musim panas ini. Panggung di tengah Hawkers Nigt Market itu pun segera berbenah. Diawali penampilan warga senior Korea yang kalem, penonton kemudian dihibur  orkes campursari Orkes Jawi Waton Muni (OJWM). Inilah orkes baru yang tengah naik daun. Para pemainnya terdiri dari pelajar S2/S3 atau pasangan plus anak-anak mereka.

OJWM-OZIP
Penampilan OJWM yang cukup menghibur.

“Saya belum pernah ke Indonesia, tetapi menyaksikan sajian musik ini membuat saya bisa serasa berada di Indonesia,” ujar Amara Hamid, pejabat Multicultural Community City of Monash yang sore itu menjadi pembawa acara. “Inilah indahnya kebersamaan kita sebagai warga City of Monash.”

Setiap kota punya acara, tinggal pilih mau berkujung ke festival yang mana yang anda suka.

Foto: Sandy Berger, Widi Baskoro & dok. OZIP