Tak salah Kota Melbourne disebut sebagai Liveable City in the World, ini terbukti bukan hanya dalam penataan dan fasilitas kotanya saja tetapi juga dari harmony komunitasnya yang beragam. Lebih dari 500 etnik, budaya dan agama hadir didalam beragam populasi yang berbeda, bisa dikatakan bahwa semua penduduk dengan latar belakang negara dan agama ada di kota Melbourne. Keberagaman ini menjadi suatu keunggulan budaya bermasyarakat yang sampai sejauh ini tidak pernah terdengar adanya konflik didalam kehidupan berbangsa. Inilah suatu kenyamanan ketika kita hidup dan tinggal didalam ruang yang besar, Australia.
Sejarah Australia Day berawal dari tibanya koloni dari armada kerajaan Inggris di Sydney pada 26 Januari 1788. Pada awalnya hanya beberapa negara bagian yang memperingati sebagai hari raya, lalu mulai menjadi hari libur pada tahun 1818. Ditahun 1935, semua negara bagian memperingatinya dan semenjak tahun 1946 dilakukan penyeragaman pada hari Senin yang paling dekat dengan tanggal 26 Januari.
Di kota Melbourne, perayaan ini selalu diperingati secara sederhana akan tetapi kemeriahan akan perayaan begitu istimewa dalam menyatukan seluruh bangsa. Terlihat dari antusiasnya peserta parade dan besarnya jumlah pengunjung ketika menghadiri pusat kota. Para pengunjung yang memadati sepanjang jalan Swanston hingga ke St Kilda Road biasanya mulai memadati sebelum parade dimulai. Senin 26 Januari 2016, panggung upacara ditempatkan di Balaikota Melbourne dengan dihadiri para petinggi setempat seperti Gubernur Jenderal Victoria Linda Dessau, Victoria Premier Daniel Andrews dan Melbourne Mayor Robert Doyle. Hadir pula para konsul dari Konsulat negara negara asing yang berkedudukan di kota Melbourne dan sebagian kecil tentara Australia dari setiap angkatan.
Dari pihak pemerintah Indonesia, Dewi Wahab selaku Konsul Jenderal terlihat dengan para konsul konsul negara lain duduk di kursi undangan. Sedangkan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam usia ikut turun dalam barisan parade dan sebagian ikut menonton dari kanan kiri pagar pembatas parade yang dimulai dari Bourke Street hingga Shrine Remembrance di St Kilda Road.
Banyak yang bisa ditiru dalam kehidupan kesukuan dan agama yang berbeda di Australia, mudah mudahan juga bisa menularkan kerukunan dinegara negara lain seperti halnya mewujudkan harmony dan diversity di Indonesia.