Aged+Butchered Steakhouse, Steak Terkenal Wajib Coba di Jakarta

Sebagai salah seorang penikmat daging, penulis penasaran dimana sih tempat makan steak yang enak di Jakarta. Setelah browsing dan membaca berbagai macam blog dan kanal berita kuliner Jakarta, semua informasi mengarahkan penulis untuk mencoba Aged+Butchered Steakhouse. 

Berlokasi di MD Place Mezzanine Kawasan Setiabudi, Aged+Butchered Steakhouse sangat terkenal di seantero Jakarta. Penulis harus melakukan reservasi satu minggu sebelum kedatangan untuk bisa mendapatkan meja dine-in di Steakhouse ini. 

Steakhouse satu ini sangat unik, karena biasanya ketika kita berkunjung ke retoran steak, Koki akan memasak makanan di dapur dan kemudian menyajikan makanan ke meja pelanggan. Namun, tidak demikian di Aged+Butchered Steakhouse. Setiap meja memiliki alat panggang sendiri dan akan ada server yang memasak secara langsung di hadapan setiap tamu. Daging yang dihidangkan akan dimasak dan disantap satu per satu, tidak sekaligus, supaya pengunjung benar-benar bisa merasakan secara utuh tiap cita rasa dari daging yang dihidangkan. 

Mereka menyediakan dua jenis daging, yaitu dry-aged dan wet-aged. Apa yang membedakan kedua jenis daging ini? Yaitu metode penyimpanannya. Dry-aged disimpan secara kering, sementara Wet-aged disimpan secara basah. Adanya proses aging dari daging-daging ini sendiri bertujuan untuk menghasilkan tekstur yang lembut dan rasa yang intens.

Pada kesempatan kali ini, penulis memesan empat menu utama. Apa saja mereka? Yuk simak!

Corn n’ Cheese

Corn n’ Cheese ini adalah menu pembuka dimana irisan jagung panggang dibalut krim keju lembut. Perpaduan dua komposisi ini dihidangkan di atas tulang kaki sapi bersum-sum. Menurut penulis sendiri, ini adalah salah satu menu yang wajib dicoba karena perpaduan cita rasa creamy butter, asin keju, dan manis jagung dengan sum-sum sapi sangat niikmat dan memanjakan lidah.

30 | Flat Iron

Flat Iron yang kami pesan merupakan salah satu pilihan menu dari dry-aged steak. Steak yang berasal dari Australia ini telah disimpan dengan proses kering selama 30 hari. Semakin lama daging disimpan, akan semakin intens dan nikmat pula lah citarasanya. Dengan tingkat kematangan medium rare, daging ini cukup mudah dikunyah. Yang perlu digarisbawahi adalah tidak adanya rasa amis dari daging ini, justru rasa yang muncul adalah rasa butter yang mengundang.

Stockyard’s Gold Ribeye

Menu berikutnya yang kami pesan berasal dari jenis wet-aged steak dari Australia. Ribeye ini disimpan dengan metode penyimpanan basah. Beda proses penyimpanan, beda pula saus yang mendampinginnya. Kalau sebelumnya Flat Iron pas dicocol dengan berbagai macam jenis garam berasa, berbeda dengan Ribeye Wet-aged ini. Steak ini cocok dicocol dengan saos khas Jepang seperti chilli oil, garlic wasabi, dan berbagai jenis saus khas Jepang lainnya. Tekstur daging ini juga lembut dan lemak pada daging pun sangat creamy seperti meleleh di mulut.

Nikutama Shin-shin

Terkakhir penulis memesan Nikutama Shin-shin, sliced Wagyu A5 dari Jepang. Berbeda dengan dua menu daging sebelumnya, Nikutama disajikan dengan cocolan onsen egg yang sudah dilumuri saus khas Jepang. Setiap irisan daging yang sudah dipanggang akan ditaruh langsung di atas onsen egg dan dimakan bersama balutan telur tersebut. Menurut penulis, akan lebih pas lagi jika onsen egg nya ditaburi sedikit garam untuk penambah rasa.

Nah, buat OZIPmates pecinta steak, anda bisa mencoba berbagai macam jenis steak yang ada di restoran ini. Anda tidak hanya akan merasakan nikmatnya daging yang penuh cita rasa dari Australia, Jepang, dan Amerika, tetapi juga pengalaman dan pelayanan yang sangat totalitas dari staf restoran. Satu hal yang sangat menarik dari restoran ini, OZIPmates bisa pulang membawa seluruh garam Himalaya dan garam cocolan steak yang disediakan dalam botol-botol kecil di mejamu. Anda bahkan bisa membawa pulang botolnya!

Teks dan foto: Siti Mahdaria