Saman Melbourne – Promosi Budaya di Pelosok Victoria

Saman Melbourne-OZIP
Workshop di Trinity College, Colac, bagian selatan Victoria.

Retno Agustin

Master of Development Studies, Melbourne University dan Penari Saman.

 

Pertengahan September 2014 silam, Saman Melbourne mendapat kesempatan untuk memberikan workshop tari Saman di beberapa sekolah di rural Victoria. Tim kami yang terdiri dari saya, Herlina dan Eko menjadi tim pertama yang bertugas memberikan workshop di Colac, sebuah kota kecil di selatan Victoria. Sebenarnya Saman Melbourne juga mengisi workshop tari Saman di beberapa sekolah di Victoria, namun kegiatan workshop di rural Victoria kali ini sedikit berbeda karena diselipkan program homestay didalamnya. Karena antusias dengan kegiatan ini, kami tidak keberatan untuk meluangkan waktu di akhir pekan diantara jadwal ujian tengah semester yang sangat padat.

Saman Melbourne-OZIP
Sarah memberikan aba-aba dalam workshop di Wallan, Victoria.

Minggu sore kami tiba di Colac, tiga siswa dan keluarganya menyambut kami. Kami bertiga bermalam di keluarga yang berbeda, saya tinggal di rumah Tamyka Leaks, siswa kelas
11 Trinity College. Saya terkejut ketika etiba di rumah mere- ka, karena mereka sudah menyiapkan nasi ayam goreng
dan sambal untuk makan malam. Selepas bersantap malam, kami sempat mempraktekkan berbahasa Indonesia. Rupanya keluarga ini pernah menerima siswa pertukaran pelajar dari Bandung, dan awal tahun depan giliran Tamyka yang akan homestay di Indonesia.

Jam 8 pagi keesokannya, kami tiba di Trinity College Colac dan disambut oleh ibu Elana Cole, guru bahasa Indonesia yang memandu workshop kami. Meski kami memakai kostum tari Saman yang sederhana dibandingkan yang kami biasa gunakan ketika pentas, namun kostum itu cukup menarik dan mengundang kekaguman siswa dan guru di sekolah tersebut.

 

Workshop pertama adalah dengan kelas 11, secara umum, murid-murid di kelas 11 bahasa Indonesianya relatif bagus sehingga kami selalu mempergunakan bahasa Indonesia
di dalam workshop. Kemudian dilanjutkan dengan kelas 10 hingga kelas 7, dimana murid-murid selalu antusias mengikuti workshop yang kami berikan. Giliran kami bertiga yang terte- gun dengan betapa cepatnya mereka dalam menghafal dan mempraktekkan gerakan tari Saman. Koreografi yang kami pentaskan dalam peringatan kemerdekaan Indonesia tahun ini dapat mereka kuasai hanya dalam waktu 1 jam, semen- tara kami sendiri membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk berlatih.

 

Saman Melbourne-OZIP
Workshop di Damascuss College, Ballarat.

Selalu ada kejutan yang menarik dari murid-murid. Sebagai contoh, murid-murid di kelas 10 yang dapat mempraktekkan tari saman dengan cepat dan menutup workshop dengan foto bersama dan sekaligus memberikan kami coklat sebagai kenang-kenangan. Juga murid-murid di kelas 7 yang sa-
ngat bersemangat bertanya tentang budaya Indonesia dan makanan yang kami sukai. Lebih luar biasa lagi ketika mereka dapat dengan cepat mempraktekkan salah satu gerakan tari Saman dan mengajak selfie sambil berteriak “this is the most beautiful dance in the world”. Melihat antusiasme muridnya, ibu guru Elana Cole pun tertarik untuk kembali bekerjasama de- ngan kami, beliau adalah orang yang mengerti bahwa pertu- karan kebudayaan sangat penting untuk saling meningkatkan pemahaman diantara dua bangsa yang saling bertetangga, hal ini dikarenakan 26 tahun silam Ibu Cole pernah menjadi siswa pertukaran pelajar di Jawa tengah.

 

“Luar biasa. Kami berkesempatan tinggal bersama keluarga murid yang sangat ramah. Antusiasme murid- murid yang belajar tarian Saman juga membuat kami bersemangat mengajar 4 kelas dalam sehari”, ujar Herlina Azzahra.

 

Sementara itu Eko Susilo berkomentar, “Menyenangkan sekaligus menambah wawasan. Pegal- nya kaki dan rasa lelah krn seharian mengajar terasa hilang begitu saja, terkalahkan dengan rasa bangga sebagai bagian dari agen kebudayaan Indonesia”.

 

Saman Melbourne-OZIP
Retni bersama para siswa Trinity College, Colac, Victoria.

Dua keluarga tempat Herlina dan Eko bermalam adalah keluarga yang sangat baik yang sudah terbiasa bergaul dengan siswa dari Indonesia. Rupanya mereka pernah menerima siswa pertukaran pelajar dari Indonesia.

Perjalanan kali ini memberi kebahagiaan yang tak terduga. Kami tak menyangka akan mendapatkan pengalaman pertu- karan kebudayaan yang sekaya ini, bukan hanya karena kami mendapat kesempatan untuk melatih menari Saman, menge- nalkan bahasa dan budaya Indonesia, namun karena kami juga mendapat kesem- patan untuk menjadi bagian keluarga dan murid-murid yang sangat mengapresiasi Indonesia dan budayanya.

Foto-foto: dok. Saman Melbourne