Pagelaran Kabayan Gets Married! (KGM) in Melbourne itu berlangsung meriah. Kapasitas 700 tempat duduk Storey Hall RMIT di pusat kota Melbourne, Sabtu, 13/6/’15 itu, tak tersisa satu pun. Paguyuban Pasundan Victoria berhasil menghibur penonton dengan melibatkan banyak grup etnik dan sanggar seni di Victoria.
Pementasan ini seolah menjadi ajang munggahan (syukuran) yang menyenangkan sebelum menunaikan ibadah puasa tahun ini. Dibuka dengan tari Saman dari Saman Melbourne yang kompak dan rancak, pagelaran ditutup dengan suara emas Oldrin Lawalata yang membawakan lagu Sajojo dari Papua diiringi musisi Randy Hallatu dan Pasundan Band. Pentas yang unik. Panggung urang Sunda yang mengakomodasi budaya Aceh hingga Papua. Hal ini menunjukkan, sekali lagi betapa kuatnya diplomasi budaya.

Cerita bermula dengan kebingungan Kabayan (Satianugraha Saefullah) yang ingin menikahi Nyi Iteung (Rufi Rusnandar). Syarat dari Abah (Teddy Soejoedi), calon mertuanya, sangat berat. Kabayan harus menggelar hajat rongkah (pesta besar) yang mengundang semua warga Indonesia di Melbourne. Tetapi bukan Kabayan namanya jika ia tak punya akal. Dengan bantuan Anak Jin (Arief Rachman) dan Jon Daging (Rubby M Burhan), the royal wedding pun dapat diselenggarakan dengan sukses.

“Saya senang dengan warna-warni penampilan dalam pagelaran ini,” ujar Simon Evans, Project Manager di Marriner Theatre yang malam itu menonton bersama keluarganya. “Sekalipun tidak bisa bahasa Indonesia, saya tetap bisa menangkap kelucuan dari bahasa tubuh para pemain,” sambungnya.
Pentas malam itu memang gado-gado. Ada tari Jaipongan, tari Merak, pencak silat, dan pada puncak pesta perkawinan ada iringan gamelan Jawa dari Yaragam Victoria yang sebagian pemainya adalah bule. Adegan perkawinan pun dibuat sedekat mungkin dengan aslinya. Kedua mempelai dan orang tuanya mengenakan baju adat Sunda yang cukup ngejreng. Untuk penonton bule, tersedia katalog pementasan cukup membantu. Apalagi MC dalam adegan perkawinan juga menggunakan dua bahasa.

Yosef “Ade” Faesal, Ketua Pasundan Victoria merasa senang karena pentas yang melibatkan pengurus dan anggota Pasundan Victoria itu berhasil menghibur warga. Dukungan para “undangan khusus” dari berbagai komunitas etnik yang yang mengenakan pakaian adat Nusantara, menurutnya, telah menambah semaraknya acara. “Kami akan terus berbenah agar ke depan dapat menampilkan sajian yang lebih meriah dan spektakuler lagi,” ujarnya seraya tersenyum.

KGM adalah pentas kedua setelah enam bulan sebelumnya mereka sukses memanggungkan Si Kabayan Mencari Cinta.
Konjen Melbourne Dewi Savitri Wahab juga tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Di tengah situasi politik Indonesia-Australia yang selalu naik-turun, pagelaran budaya lintas etnik semacam KGM ini, menurutnya, dapat mencairkan suasana.
“Diplomasi budaya semacam ini mengambil peran penting dalam situasi seperti sekarang. Saya berterima kasih dan menyampaikan salut atas prakarsa Pasundan Victoria ini,” ujarnya dengan sumringah.
Sampai jumpa di seri Si Kabayan berikutnya!
Iip Yahya
Foto: Windu Kuntoro