Pemberdayaan Pariwisata Berkelanjutan di Desa Sesaot, NTB

Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) menawarkan pesona alam yang memikat dengan keasrian alam dan keramahan penduduknya, menjadikannya destinasi menarik untuk dijelajahi. Salah satu tujuan wisata di NTB adalah Desa Wisata Sesaot di Lombok Barat, yang mengusung konsep pariwisata berbasis masyarakat. Desa ini terletak di kawasan Gunung Api Purba dan menawarkan keindahan alam, seperti hutan lindung, air terjun, serta rekreasi berbasis alam di Purekmas (Pusat Rekreasi Masyarakat). Pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas, seperti sate bulayak, dan produk kerajinan tangan. Masyarakat setempat juga terlibat aktif dalam pembangunan desa dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan melalui pariwisata berkelanjutan.

Upaya pemberdayaan masyarakat Desa Sesaot di Nusa Tenggara Barat kini digawangi oleh Program Insan Bumi Mandiri (IBM), bekerja sama dengan Maybank Foundation dan ASEAN Foundation. Program yang disebut “Sesaot Rahayu” ini berfokus pada pengembangan Desa Sesaot sebagai prosperity village, dengan tujuan mendorong kesejahteraan lokal melalui pengembangan sektor pariwisata, pelestarian lingkungan, serta pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas.

Kegiatan ini merupakan hasil dari inisiatif Youth Volunteers dalam program Empowering Youth Across ASEAN (EYAA), di mana para relawan ini mendorong kolaborasi yang berfungsi sebagai simbol komitmen bersama berbagai pihak untuk mendukung pengembangan pariwisata desa yang berkelanjutan dan berbasis komunitas.

“Sesaot Rahayu” berangkat dari potensi besar yang dimiliki Desa Sesaot dalam sektor pariwisata dan kenyataan bahwa lebih dari 50% warga desa berprofesi sebagai petani. Namun, selama ini para petani tidak merasakan dampak positif dari kegiatan pariwisata yang berkembang di desa mereka. Tidak adanya integrasi antara sektor pertanian dan pariwisata menyebabkan ketimpangan dalam perkembangan desa. Program ini diharapkan mampu menjembatani para petani dan sektor pariwisata sehingga mereka bisa merasakan dampak ekonomi dari desa wisata.

Selain itu, terdapat program “Pojok Rahayu” yang dibangun dengan harapan menjadi solusi bagi kebutuhan ruang aktivitas produktif masyarakat. Melalui “Pojok Rahayu”, diharapkan sektor pertanian dan pariwisata dapat saling mendukung, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat secara menyeluruh. Pasalnya, banyak kegiatan penting desa, seperti posyandu, pemeriksaan kesehatan bulanan untuk lansia, dan kegiatan lainnya yang hanya bisa diselenggarakan di lahan kecil yang tidak memadai dan ditutupi terpal. Kondisi ini tentu tidak ideal bagi keberlangsungan kegiatan yang sangat dibutuhkan warga. Dengan hadirnya “Pojok Rahayu”, masyarakat memiliki tempat yang layak untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.

Program Sesaot Rahayu tidak hanya bertujuan menyediakan fasilitas, tetapi juga melibatkan 6,204 penerima manfaat, termasuk seluruh warga Desa Sesaot, kelompok petani baru sebagai bagian dari program bernama Kelompok Pemuda Sadar Wisata (Pokdarwis), dan berbagai institusi pendidikan. Melalui kolaborasi ini, Pojok Rahayu menjadi pusat integrasi berbagai kegiatan yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

Peresmian “Pojok Rahayu” juga ditandai dengan penandatanganan Pakta Integritas dan Surat Keputusan (SK) oleh Kepala Desa Sesaot, Pak Sarbini, yang diberikan kepada Pokdarwis. Penandatanganan ini merupakan langkah penting dalam pengakuan dan pengesahan peran Pokdarwis dalam mengembangkan sektor pariwisata di Desa Sesaot.

Pada momen simbolis lainnya, CEO Insan Bumi Mandiri sekaligus Project Director Sesaot Rahayu, Zulfa Faizah Musyahidah, menyerahkan buku panduan pengembangan pariwisata kepada Pokdarwis. Buku ini berisi pedoman bagi masyarakat desa dalam mengelola potensi wisata lokal secara lebih terarah dan berkelanjutan. “Hadirnya Pojok Rahayu ini diharapkan menjadi pendorong untuk kita semua dalam mewujudkan Desa Sesaot yang makmur dan sejahtera,” ujar Zulfa dalam sambutannya.

Peresmian Pojok Rahayu juga diwarnai dengan nuansa budaya yang kental. Masyarakat mengenakan pakaian adat khas Suku Sasak—baju lambung untuk perempuan dan godeg nongkek untuk laki-laki—seraya diiringi oleh alunan gamelan tradisional. Perayaan ini menandakan rasa syukur dan kebanggaan warga atas kehadiran fasilitas baru yang sangat dinantikan.

Dukungan dari ASEAN Foundation dan Maybank Foundation

Dalam sambutannya, Aiidir Putera, perwakilan dari Maybank Foundation, menyampaikan bahwa fasilitas “Pojok Rahayu” diharapkan dapat menjadi simbol semangat dan inspirasi bagi seluruh masyarakat desa. “Semoga fasilitas ini tidak hanya bermanfaat bagi warga, tetapi juga menginspirasi desa-desa lain untuk mengembangkan hal serupa. Ini adalah awal dari perjalanan menuju keberlanjutan dan kesejahteraan,” ungkap Aiidir.

Mahmudi Yusbi dari ASEAN Foundation juga menyampaikan kebanggaannya dapat mendukung inisiatif ini. “Saya sangat bangga bisa menjadi bagian dari program ini. Program ini bukan hanya kesempatan bagi para Youth Volunteers untuk berbagi ilmu dan keterampilan kepada masyarakat Desa Sesaot, tetapi juga menjadi pengalaman berharga bagi mereka. Mereka belajar dari masyarakat dan budaya setempat, yang nantinya bisa mereka terapkan di negara masing-masing. Semoga program ini terus memberikan dampak positif, baik bagi desa ini maupun bagi para relawan muda yang terlibat,” ujarnya.

Pak Sarbini juga memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam pembangunan Pojok Rahayu. “Awalnya kami berencana membangun gedung dengan skala kecil, namun berkat kolaborasi dari banyak pihak, Pojok Rahayu menjadi lebih besar dan memiliki dampak yang lebih luas bagi masyarakat,” ujarnya.

default

Teks: Siti Mahdaria dan Diana Dwi Annisa