Indonesia Beruntung Bisa Bertetangga dengan Australia

Ahmad Almaududy Amri-OZIP
Ahmad Almaududy Amri. Dok. pribadi.

Ahmad Almaududy Amri

Presiden PPIA Pusat 2014-2015

Ahmad Almaududy Amri, akrab disapa Dudy, terpilih sebagai Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia Pusat pada Kongres PPIA XXI, 18-20 Juli 2014 di Brisbane. Dudy adalah diplomat muda yang bekerja bekerja di Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia. Sebelum bergabung dengan Kemlu, ia sempat menjadi pengacara junior di MR & P Law Firm, Jakarta. Ia adalah lulusan termuda angkatan XXXV Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu). Meraih gelar sarjana hukum dari USU, ia kemudian mendapatkan dua gelar master di bidang hukum dan hubungan internasional dari UGM dan UI.

 

Setelah magang beberapa bulan di Kedutaan Besar Indonesia di Canberra, ia berkesempatan mengikuti Kursus Singkat Diplomatik untuk diplomat Junior di Clingendael Institute, Den Haag, Belanda. Kini lajang berusia 24 tahun ini tercatat sebagai kandidat Ph.D di Wolongong University dengan fokus penelitian pada bidang Keamanan Laut di Asia Tenggara, Hukum Internasional, Hukum Laut, Hukum Kelautan dan Kebijakan. Tak berlebihan jika ada harapan besar dari masyarakat Indonesia di Australia agar PPIA di bawah kepemimpinan sosok muda nan cemerlang ini, akan bertambah maju. Berikut petikan wawancara OZIP dengan pelajar yang hobi bermain bola itu.

 

Jalan pendidikan Anda cukup berliku ya?

Saya memang memiliki perjalanan pendidikan yang cukup panjang. Saya pernah mengikuti pendidikan formal di Sudan, India, Indonesia, dan Australia. Saya pernah mengikuti SD di Sudan selama dua tahun, SMP dan SMA di India selama empat tahun dan menyelesaikan tahun terakhir SMA di Medan. Saya melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara (S1) dan Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia (S2). Setelah masuk di Kementerian Luar Negeri, saya mendapatkan beasiswa dari Australian Leadership Awards (ALA) sehingga dapat melanjutkan studi S3 saya di University of Wollongong, Australia.

 

Ahmad Almaududy Amri-OZIP
Ahmad Almaududy Amri. Dok. Pribadi.

Apakah menjadi diplomat sudah menjadi cita-cita Anda sejak kecil?

Saya berpikir untuk menjadi Diplomat sejak kelas 3 SMA. Saat itu Buya (panggilan kami untuk ayah) mengajak saya untuk berbicara dengan serius mengenai masa depan. Sejak saat itulah saya mantap dengan keputusan menjadi diplomat.

 

Bagaimana proses adaptasi Anda di lingkungan Australia, apa saja yang bisa kita pelajari dari negeri Kangguru ini?

Proses adaptasi saya di negeri kangguru ini tergolong lancar. Sebelumnya saya pernah magang di KBRI Canberra selama 3 bulan pada tahun 2010. Ketika saya kembali untuk melanjutkan studi saya di University of Wollongong, saya sudah lebih familiar dengan lingkungan. Walaupun Wollongong berbeda dalam berbagai hal dengan Canberra, perasaan saya tinggal di sini sangatlah nyaman. Lingkungan yang bersih dan indah serta banyaknya international students di kota ini menjadi alasan utama. Selain itu banyaknya asian groceries di Wollongong juga menjadi nilai tambah kota ini.

Yang bisa dipelajari adalah menciptakan kehidupan sehari-hari menjadi nyaman. Dari kota kecil ini, kita bisa belajar bahwa hidup di lingkungan yang bersih dan indah merupakan alasan banyaknya masyarakat yang kerasaan untuk menetap di Wollongong. Begitupula mahasiswa Internasional yang tanpa ragu datang untuk melanjutkan studi karena faktor tersebut.

 

Apa yang jadi fokus riset Anda? Apakah yang bisa jadi sumbangsih dari riset tersebut?

Saya mengambil riset mengenai keamanan laut di Asia Tenggara. Ada empat ancaman kemanan laut yang saya teliti yaitu Piracy, People Smuggling, Illegal Unregulated and Unreported Fishing, dan Offshore Oil Platform Security and Safety. Keempat ancaman tersebut dianalisa berdasarkan hukum internasional dan hukum regional yang berlaku.

Riset ini dapat bermanfaat sebagai sumbangsih pada penerapan hukum internasional dan regional terhadap ancaman kemanan laut di atas. Kekosongan hukum dan juga kelemahan yang ditemukan atas hukum internasional dan regional (yang menjadi bagian dalam riset ini), dapat menjadi masukan bagi para pembuat kebijakan untuk memperbaiki penegakan hukum ke depan.

 

Ahmad Almaududy Amri-OZIP
Dudy saat berkunjung ke PPIA Victoria di Melbourne.

Selama ini, dari 17.000 lebih pelajar Indonesia di Australia, berapa banyak yang terjangkau oleh PPIA? Apa yang akan Anda lakukan agar daya jangkau PPIA semakin meluas?

Pada kepengurusan sebelumnya dimana saya berperan sebagai Wakil Ketua Umum, kami melakukan berbagai upaya komunikasi yang disalurkan melalui perwakilan Cabang dan Ranting PPIA sehingga kami dapat mengetahui secara langsung apa yang sedang dilakukan atau permasalahan apa yang dihadapi oleh para mahasiswa Indonesia pada umumnya. Perlu disadari pula bahwa untuk menjangkau keseluruhan mahasiswa bukan hal yang mudah mengingat jumlahnya yang amat banyak, tetapi dengan komunikasi dan dilibatkannya para perwakilan Cabang dan Ranting dari berbagai state di Australia dalam kepengurusan PPIA Pusat, merupakan langkah konkrit yang kami lakukan.

Pada kepengurusan yang baru yaitu periode 2014-2015, kami akan membuat program PPIA Reach Out. Program ini bertujuan untuk meliput secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh setiap Cabang dan Ranting. Kami akan menunjuk officers pada setiap state di Australia yang memiliki tanggung jawab untuk melaporkan kondisi riil di lapangan. Selain meliput kegiatan, para officers juga akan mecari tahu permasalahan-permasalahan mahasiswa di setiap Cabang dan Ranting PPIA. Dengan demikian PPIA Pusat dapat mendapatkan informasi yang akurat, dan jika diperlukan untuk turun tangan dalam menyelesaikan masalah itu, PPIA Pusat dengan maksimal akan mengupayakannya.

 

Anda mengingingkan agar program kerja PPIA memberikan impact besar bagi seluruh pelajar dan mahasiswa, bisa dijelaskan lebih lanjut?

Saya berpandangan bahwa setiap Ketua PPIA yang terpilih sebelumnya memiliki pandangan luas mengenai kegiatan yang akan dilakukan dalam satu periode kepengurusan. Terdapat beberapa program yang dilakukan yang sifatnya baru dan original dan terdapat pula program-program yang merupakan pengulangan dari kepengurusan sebelumnya. Suatu program yang baik tidak harus baru, melainkan harus memiliki signifikansi dan impact yang berarti bagi yang menerimanya atau yang merasakannya. Program yang sudah ada, jika diaktualisasi dan dirancang dengan baik, tetap dapat memberikan implikasi positif bagi mahasiswa Indonesia di Australia. Namun, saya juga tentu memiliki program baru seperti Radio PPI Australia yang akan dikelola oleh para announcers dari seluruh state di Australia.

 

Bagaimana Anda akan “menyatukan” kebutuhan anggota yang pendidikannya berjenjang dari kandidat Bachelor hingga Ph.D? Program unggulan apakah yang kira-kira dapat menjadi common platform-nya?

Tujuan utama para mahasiswa datang ke Australia adalah belajar sehingga common plaform bagi mahasiswa pada setiap jenjang pendidikan adalah diskusi. PPIA Pusat dari tahun ke tahun telah aktif dalam melangsungkan berbagai kegitan diskusi. Walaupun penamaannya berbeda, namun tujuan utamanya sama yaitu membahas hal-hal aktual yang dianggap menarik untuk didiskusikan. Selain diskusi, olahraga juga merupakan kegiatan lain yang dapat memikat para pelajar dari berbagai jenjang. Baik yang pelajar dengan jenjang Bachelor maupun yang PhD, sama-sama senang untuk berolahraga. PPIA Pusat periode ini akan menyelenggarakan OLIMPPIA 2015 sebagai wujud nyata dari pemenuhan kebutuhan tersebut.

 

Diplomasi publik atau diplomasi warga mulai nyaring diwacanakan, di manakah sebenarnya posisi pelajar dalam wacana tersebut? Apa pula peran besar (strategis) yang bisa “dimainkan” oleh para pelajar ini?

Pelajar dapat berperan dalam people to people relations. Diplomasi tidak hanya terbatas pada hubungan antar negara yang diwakili oleh pemerintah. Hubungan antar manusia yang menjadi grass root dari hubungan antar negara juga tidak kalah pentingnya. Penyebaran budaya dan ilmu mengenai negara asal akan sangat cepat tersalurkan dan disebarluaskan ketika masyarakat ikut aktif berkontribusi. Khusus untuk para pelajar terlebih lagi di Australia yang jumlahnya sangatlah signifikan, dapat memainkan peranan penting pada diplomasi warga tersebut. Oleh karena itu ada baiknya pelajar Indonesia mempelajari budaya dan sejarah Indonesia dengan baik sehingga saat berinteraksi dengan pihak asing dapat memaparkan keragaman budaya dan juga sejarah panjang bangsa Indonesia.

 

Sebagai negara tetangga terdekat, apa sebenarnya keuntungan yang bisa diambil oleh Indonesia dari Australia? Mengapa minat kajian pada Australia masih terbilang kecil di kalangan pelajar kita?

Indonesia beruntung bisa bertetangga dengan Australia. Negara Kangguru ini merupakan negara maju sehingga banyak hal yang bisa diambil manfaatnya oleh Indonesia. Pendidikan adalah keunggulan terbesar yang bisa kita peroleh. Lokasinya yang dekat dengan Indonesia menguntungkan para pelajar Indonesia untuk studi ke Australia. Terlebih lagi banyaknya beasiswa yang ditawarkan oleh Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia yang memberikan peluang bagi para pelajar untuk melanjutkan studi di Australia. Jadi tidak perlu jauh-jauh ke Amerika atau Eropa untuk menimba ilmu, karena kampus-kampus di Australia mendapatkan pengakuan sebagai lembaga pendidikan yang baik di mata masyarakat internasional.

Minat kajian pelajar Indonesia terhadap Australia sudah meningkat. Terdapat beberapa peneliti yang melakukan studi komparasi di berbagai disiplin ilmu antara kedua negara. Selain itu banyaknya twinning program yang di tawarkan oleh kampus-kampus di Indonesia hasil kerja sama dengan kampus-kampus di Australia, menjadi salah satu bukti nyata peningkatan peran pendidikan di Australia untuk pelajar Indonesia.

Apa harapan Anda selaku Ketua Umum PPIA di tengah hubungan Indonesia-Australia yang kerap up & down?

Menurut saya kita harus menghormati segala proses diplomasi yang terjadi di antara kedua negara. Tidak selamanya implikasi dari hubungan G to G berpengaruh pada hubungan P to P. Tugas utama pelajar Indonesia di Australia adalah untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan sebaik-baiknya dalam lingkungan yang mendukung. Saya berharap agar proses studi para pelajar Indonesia tidak terganggu dan kedua pemerintah dapat melakukan segala upaya agar para pelajar Indonesia tetap bisa melanjutkan studi dengan baik.

 

Dimuat dalam OZIP edisi September 2014.