Dalam rangka memperkenalkan kesenian tradisional Indonesia di Australia, Australia-Indonesia Youth Association Cabang Victoria (AIYA Victoria) mengadakan acara Gamelan Workshop di Eppalock, kota kecil berjarak setengah jam dari Bendigo. Kegiatan ini digelar dengan tujuan selain untuk memperkenalkan kesenian tradisional Indonesia kepada masyarakat Australia dan memberi kesempatan bagi mereka untuk belajar gamelan, juga untuk mendorong masyarakat Indonesia sendiri untuk lebih menghargai budaya luhur bangsa.
AIYA telah membuka pendaftaran bagi siapapun yang ingin bergabung dalam acara ini sejak beberapa minggu lalu, hingga terkumpul sebanyak 17 orang peserta. Kemudian, hari Minggu (5/8) lalu, peserta bertemu di dekat stasiun Southern Cross pukul setengah sepuluh pagi. Dari sana, mereka berangkat menuju Eppalock menggunakan minivan. Peserta acara ini kebanyakan terdiri atas mahasiswa asal Australia, Indonesia, Malaysia, dan Cina. Bagi banyak dari mereka, kegiatan ini merupakan pengalaman mereka untuk pertama kalinya mengunjungi daerah Victoria di luar area Melbourne.
Setelah dua jam perjalanan, tim Gamelan Workshop tiba di Eppalock, di kediaman Aaron dan Nita Hail. Pasangan Australia-Indonesia ini merupakan pendiri grup penggemar musik Indonesia Mugi Rahayu di Bendigo. Tiba di sana, tim disambut hangat oleh permainan gemalan dari para anggota grup Mugi Rahayu.
Rangkaian acara Gamelan Workshop dimulai dengan latihan gamelan. Peserta mencoba berbagai alat musik gamelan milik grup Mugi Rahayu. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan santap siang yang disediakan oleh Ibu Nita sendiri. Usai makan siang, peserta workshop lalu dipisah menjadi dua kelompok, satu kelompok memainkan gamelan sementara satu lagi menari dan mementaskan pertunjukan Ramayana. Tidak disangka bahwa dengan latihan gamelan yang hanya satu jam, peserta sudah dapat memainkan lagu-lagu sederhana untuk mengiringi pertunjukan tersebut. Setelah pertunjukan berakhir, peserta workshop pun disuguhi kopi oleh Bu Nita dan kembali menuju kota Melbourne pada pukul empat sore.
Seharian bermain gamelan di Eppalock memberi kesan tersendiri bagi para peserta. Yichen Wang, salah satu peserta asal Cina berkata, “Saya pikir acara ini adalah peluang yang saya sangat hargai, karena sebagai orang asing, saya kurang ada kesempatan untuk memainkan instrumen musik Indonesia. Kalau ada kegiatan seperti ini lagi, saya pasti ikut lagi untuk mengenal lebih lanjut budaya dan musik dari Jawa.“
Sungguh menyenangkan melihat komunitas bilateral Australia-Indonesia di Bendigo, khususnya di area musik, terlihat sangat erat dan antusias satu sama lain. Semoga saja kegiatan kecil ini dapat menjadi bagian dari perkembangan hubungan bilateral Australia-Indonesia dalam skala besar.
Untuk kegiatan AIYA Victoria lainnya, temukan kami di Facebook (Australia Indonesia Youth Association Victoria) atau hubungi vic.president@aiya.org.au.
Kontributor: Stephen S. Tedja (B. Commerce, Universitas Melbourne/Presiden AIYA Victoria)
Kontributor foto: Anggi Auliyani Suharja