NATAL & GEREJA MENURUT PAUS FRANSISKUS

Mungkin kita pernah mendengar. Konsili Vatikan II telah membuka lembaran baru dalam hidup Gereja Katolik sejagat. Pemahaman Gereja Katolik bergeser dari Gereja sebagai Institusi atau Hirarki menuju Gereja sebagai Persekutuan (communio). Pemahaman dan penghayatan baru tentang Gereja ini dilanjutkan dan dikembangkan oleh pimpinan Gereja Katolik dari waktu ke waktu, terutama oleh  pimpinan Gereja Katolik yang sekarang, Paus Fransiskus. Pasca terpilihnya menjadi Paus pada 13 Maret 2013, Paus yang menggunakan nama Fransiskus ini, secara perlahan-lahan membawa angin segar pembaruan dalam tubuh Gereja Katolik universal.

Beliau selalu mengedepankan tindakan  Kasih dan Kerendahan Hati. Semangat inilah yang mendorong Paus merombak tatanan pewartaan dan hidup menggereja Katolik yang selama ini dinilai kurang keluar menjemput bola, pelayanan menanggapi kebutuhan umat, terlebih pelayanan kasih kepada orang-orang miskin dan terpinggirkan.

Gereja yang sekarang ini tengah melangkah ke arah pembaruan, Paus Francis mengambarkannya secara singkat sebagai berikut: (1). Gereja yang berakar pada Kristus (2). Gereja yang sederhana dan miskin (3). Gereja yang melayani atau misioner (4). Gereja yang berani terluka (5). Gereja yang berdialog (6). Gereja sebagai gereja gereja mini (7). Gereja yang memperjuangkan keadilan dan perdamaian (8).Gereja yang ramah lingkungan (9).Gereja yang berziarah (10). Gereja yang berpihak pada kaum miskin dan terpinggirkan.

Natal selalu menjadi sebuah perayaan yang sangat istimewa bagi orang Kristen. Perayaan yang selalu tiba di penghujung sebuah tahun tersebut, bukan saja di lihat sebagai peringatan akan kelahiran sang Juru Selamat, sang Emanuel, sang  bayi Yesus yang lahir di kandang hina, dipinggiran kota kecil Betlehem, tetapi juga dilihat sebagai perayaan keluarga. Keluarga  tempat di mana kasih, persaudaraan dan syukur menjadi perasaan yang sangat dominan bagi setiap insan.  Perayaan Natal terkadang dilihat jsebagai kesempatan pulang kampong, mudik dan  kumpul keluarga di rumah. Diwarnai dengan suasana bulan Desember, tebaran hiasan  dan lagu-lagu Natal, orang hadir dalam sebuah rumah. Orang  merasa sangat dekat satu sama lain, bersyukur, berterimakasih dan saling memaafkan.

Dalam hubungan dengan pembaharuan dan model Gereja yang diimpikan oleh Paus Francis diatas, orang Kristen diminta untuk menjadi duta-duta pembaruan seperti Kristus sendiri menjadi duta pembaharuan dan keselamatan Allah Bapa bagi dunia yang terluka karena dosa. Natal yang intinya adalah Inkarnasi, Allah menjadi manusia lemah, Allah yang turun dan peduli dengan penderitaan manusia, menginspirasi kita orang Kristen untuk turun dan lebih dekat dengan orang yang menderita (Gereja yang berani terluka)

Waktu berjalan begitu cepat. Natal 2018 sudah dijenang pintu dan sebentar lagi akan tiba. Dalam suasana kemariahan Natal yang sudah dikomersial secara besar-besaran di kota kota  besar, masih banyak orang diluar sana yang jauh dari sentuhan kasih dan model Gereja pembaharuan yang  dekat dengan orang miskin model Paus Fransiskus. Masih banyak homeless  yang berbaring kedinginan dilorong jembatan dan pertokoan kota-kota metropolitan (termasuk Melbourne -Victoria, kota homeless terbayak di Australia). Banyak orang kehilangan tempat tinggal dan bermukim di tempat pengungsian karena perang saudara. Ada yang kehilangan orang tua atau  anggota keluarga karena bencana alam yang ganas (bencana Palu  & kecelakaan Lion Air di Indonesia), atau karena serangan  terorisme di Melbourne akhir-akhir ini.

Natal menjadi sebuah kesempatan isitimewa bagi kita untuk mengambil bagian dalam semangat pembaharuan dam model Gereja yang didambakan oleh sang Paus. Gereja yang turun, Gereja yang dekat dan terluka, serta menagis dengan orang yang miskin dan terpinggirkan. Yesus sendiri  berasal  dari keluarga pengunsi yang  miskin serta lahir dipinggir kota kecil, Betlehem.

Selamat Natal 2018

Pastor Boni Buahendri, SVD

Chaplain KKI Melbourne