Penulis: Miyamoto Musashi (diterjemahkan oleh William Scott Wilson)
Goodreads: 4/5
Personal rating: 3.5/5
Konsep kehormatan dan rasa tanggung jawab tinggi dalam dunia samurai kerap kali mendapat perhatian dari masyarakat luas berkat banyaknya adaptasi ke dalam bentuk media kontemporer. Contoh yang paling terkenal tentu saja adalah film The Last Samurai (2003) yang dibintangi Tom Cruise dan Ken Watanabe. Tidak hanya dalam pertarungan dengan musuh-musuh mereka, kode etik samurai yang menjunjung nilai kehormatan juga dibawa ke dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai prinsip hidup mereka.
Hal ini terbukti dalam tulisan seorang samurai pengembara atau yang disebut dengan ronin bernama Miyamoto Musashi (1584 – 1645). Musashi dianggap sebagai pendekar terhebat dalam sejarah Jepang, dimana ia berhasil memenangkan sebanyak 61 duel pedang dengan samurai lain. Ia pun mendirikan sekolah ilmu pedang bernama Niten Ichi-ryu dan menulis buku The Book of Five Rings dalam masa senja kehidupannya.
The Book of Five Rings pada dasarnya adalah buku instruksi bela diri, lebih tepatnya bela diri menggunakan pedang. Namun di luar ilmu bela diri menggunakan pedang, Five Rings juga mengajarkan pesan tersirat; meskipun konteks ajaran dalam buku ini lebih sering digunakan dalam perang atau pertarungan satu-lawan-satu, pola pikir yang diajarkan dalam buku ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Five Rings terbagi menjadi lima bagian: “The Book of Earth” yang membahas strategi dasar dalam bertarung, “The Book of Water” yang mengulas teknik dasar dalam duel pedang, “The Book of Fire” mendalami teknik adaptasi terhadap ragam situasi dalam duel pedang, “The Book of Wind” membandingkan ajaran Musashi dengan berbagai ajaran pada waktu itu, dan “The Book of Void” sebagai epilog yang memaparkan filosofi hal “kasat mata”.
Prinsip Musashi dalam Five Rings yang bisa dibawa ke dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah analogi Musashi tentang seorang kepala tukang:
“The foreman should take into account the abilities and limitations of his men, circulating among them and asking nothing unreasonable. He should know their morale and spirit, and encourage them when necessary.”
Selain itu masih banyak lagi ajaran Musashi yang tidak hanya bisa diterapkan dalam konteks perang, tapi dalam konteks kehidupan seperti memperhatikan hal sepele atau hal kasat mata dan menemukan keseimbangan sempurna di antara sikap tenang dan sikap sigap dalam konflik sehari-hari.
“The Book of Water” dan “The Book of Fire” yang mendalami teknik adu pedang memang sulit untuk diterapkan dalam kehidupan modern; bagaimanapun juga, tidak ada lagi yang namanya adu pedang dalam dunia jaman sekarang. Namun itu bukan berarti tidak ada filosofi Musashi yang bisa dijadikan pedoman. Di awal “The Book of Water” misalnya, menekankan sifat air yang fleksibel dan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, berubah wujud mengikuti wadah yang menampungnya; prinsip yang kelak diadopsi oleh aktor dan ahli bela diri Bruce Lee. Tidak hanya itu, pembaca Five Rings juga bisa menemukan nilai tambah dalam berbagai instruksi duel pedang Musashi, seperti pola pikir yang diadopsi oleh seorang ahli pedang pada masa itu, taktik efektif untuk mengalahkan seorang musuh, dan sedikit pelajaran sejarah mengenai tradisi samurai dan ronin.
Meskipun sarat makna dan ajaran, patut diketahui bahwa Five Rings tidak ditulis dalam bahasa sehari-hari, mengingat teks asli Five Rings ditulis dalam konteks Jepang abad ke-17. Oleh karena itu, OZIPmates yang membaca Five Rings bisa mengalami kesulitan dalam memahami maksud dari ajaran Musashi. Gaya penulisan Five Rings yang lugas dan mengandalkan penggunaan frasa secara berulang-ulang juga bisa menjadi rintangan bagi pembaca buku ini, sehingga penting untuk mengonsumsi materi interpretasi Five Rings di samping membaca buku Five Rings itu sendiri. Di sisi lain, pemilihan kata Musashi membuat teks ini menjadi terbuka untuk interpretasi oleh pembaca yang membuat Five Rings menjadi bacaan yang mengundang intrik.
Secara keseluruhan, The Book of Five Rings adalah bacaan yang relatif pendek namun berbobot dipenuhi dengan ajaran-ajaran yang secara mengejutkan masih bisa diterapkan dalam dunia modern. Meskipun besar kemungkinan ada ajaran yang hilang dalam terjemahan akibat perbedaan generasi yang besar antara penulis dan pembaca, pastinya ada satu-dua pelajaran berharga yang bisa dipetik dari panduan milik samurai legendaris ini.
Teks: Jason Ngagianto
Foto: Goodreads