Pertunjukan teater Princess of Champa sukses digelar di Capitol Theatre, Melbourne, pada hari Sabtu (20/7/2024). Acara ini merupakan hasil kolaborasi komunitas multikultural dari berbagai negara yang diprakarsai oleh Perwira (Perhimpunan Warga Indonesia di Victoria). Pementasan berlangsung selama dua jam dan didukung suasana Capitol Theatre yang impresif. Pertunjukan ini tayang dua kali, pukul 14.00 dan 19.00 AEST dengan harga tiket AU$ 25 hingga AU$ 70 per individu.
Diana Lestari, Presiden Perwira, menjelaskan bahwa proyek ini melibatkan komunitas dari Vietnam, Kamboja, Malaysia, Singapura, India, dan Turki. “Ceritanya diangkat dari sejarah, tentang raja terakhir Majapahit yang menikah dengan salah satu putri kerajaan Champa,” ujar Diana.
Ide kolaborasi ini muncul setelah pementasan teater Perwira sebelumnya, Ande-Ande Lumut. Saat itu, sejumlah komunitas hadir sebagai bentuk saling mendukung kegiatan satu sama lain. “Ketika acara Ande-Ande, mereka ajak kami untuk buat teater yang melibatkan mereka, yang multikultural,” tambahnya.
Pembahasan pertunjukan ini sudah dimulai sejak akhir Mei 2023. “Dalam diskusi itu, kami putuskan untuk memperbesar proyek ini, melibatkan lebih banyak komunitas, bukan hanya dari Indonesia,” kata Diana. Adapun casting call dimulai pada Desember 2023, dan terus berlanjut hingga latihan perdana pada Februari 2024.
Dukungan dari berbagai organisasi sangat penting dalam pementasan ini. Terdapat pemeran yang berasal dari Vietnam, India, sampai Turki, dimana sebagian besar adalah aktor amatir yang belajar bersama dalam proses ini. Diana menambahkan, dukungan juga berasal dari partner pementasan, seperti dari Cense Media Plus dari Vietnam yang membantu dalam hal media, pencahayaan, dan suara. Selain itu, tim backstage juga berasal dari India. “Kami melibatkan banyak komunitas meski dominan Indonesia,” jelas Diana.
Princess of Champa mengisahkan perjalanan seorang putri yang mengikuti hatinya untuk menjadi istri Raja Majapahit, meninggalkan keluarga dan kerajaannya di Champa. Meskipun Champa bukan bagian dari Vietnam modern, peninggalan kerajaan ini tersebar di Vietnam dan Kamboja. Adapun cerita Princess of Champa disampaikan dalam bahasa Inggris dengan campuran bahasa Indonesia membangun kedekatan dengan penonton Indonesia, dilengkapi dengan humor khas Indonesia untuk menambah daya tarik pementasan.
Teks dan foto: Rivi Satrianegara